Sonora.ID – SKK Migas mematok target investasi untuk hulu minyak dan gas bumi (migas) senilai US$ 13,2 miliar atau setara dengan Rp 206,7 triliun (kurs Rp 15.644 per dolar) pada 2022.
Pelaksana Tugas Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Mohammad Kemal mengaku optimis target tersebut bisa tercapai.
“Target investasi tahun ini kan kita sekitar US$ 13,2 miliar kita cukup optimis sih, itu artinya meningkat lebih dari 20 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar dia di sela-sela acara 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, pada Jumat, 25 November 2022.
Kemal mengatakan, biasanya SKK Migas memasang target investasi antara US$ 10-11 miliar. Namun, tahun ini, target itu naik US$ 13 miliar dan tahun depan meningkat menjadi US$ 14 miliar. Dia berharap ke depan, investasi itu bisa terus meningkat.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan industri hulu migas membutuhkan investasi yang cukup besar.
“Kami perkirakan, industri hulu migas membutuhkan investasi US$ 179 miliar (setara Rp 2.810 triliun dengan acuan Rp 15.700 per dolar),” ujar dia pada Rabu, 23 November 2022.
Karena itu, dia melanjutkan, industri tersebut memerlukan partisipasi aktif dari pelaku domestik dan internasional untuk membuka potensi migas di Indonesia.
Sehingga, bisa mencapai target pemerintah, yaitu memproduksi minyak 1 juta barel atau setara dengan minyak per hari (MBOEPD) dan produksi gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD).
Sementara itu, Mohammad A.Alkazimi, Senior Upstream Oil Industruy Analyst OPEC, saat berbicara pada 3rd International Oil and Gas Conference 2022 di Nusa Dua, Bali, Kamis (24/11) mengatakan, proyeksi kami menunjukkan bahwa investasi lebih dari US$ 12 triliun akan dibutuhkan di hulu, tengah dan hilir.
Baca Juga: SKK Migas-KKKS dan Kementerian KLHK Tanam Puluhan Ribu Mangrove
Hal ini ia sampaikan berdasarkan kajian World Oil Outlook 2022 pada ajang Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC).
Dalam kajiannya, OPEC memperkirakan butuh US$ 12 triliun investasi di bidang miyak dan gas (Migas) di 2045 untuk memenuhi kebutuhan energi.
Alkazimi menyampaikan, permintaan kebutuhan energi akan terus meningkat hingga 23% pada 2045.
Sementara itu, dalam hal investasi, OPEC terus mengulangi apa yang telah disampaikan sebelumya bahwa investasi besar sangat diperlukan.
“Pendorong utama permintaan energi masa depan adalah pertumbuhan ekonomi global yang mencapai dua kali lipat dan penambahan sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia pada 2045,”
World Oil Outlook mengkaji perkembangan permintaan energi dan minyak, pasokan dan penyulingan minyak, ekonomi global, kebijakan dan perkembangan teknologi, tren demografis, isu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Kajian ini menawarkan penilaian prospek jangka menengah dan panjang, tetapi bukan merupakan prediksi.
Menurut Alkazimi, ketika menyusun World Oil Outlook pada 2021, tidak ada yang bisa meramalkan peristiwa yang terjadi pada 2022 terkait krisis energi, khususnya di Eropa, dan perkembangan geopolitik.
Sebaliknya, Outlook menyajikan referensi yang bermanfaat sebagai wujud komitmen OPEC untuk berbagi pengetahuan dan transparansi data.
Disebutkan bahwa pendorong utama permintaan energi masa depan adalah pertumbuhan ekonomi global dua kali lipat dan penambahan sekitar 1,6 miliar orang di seluruh dunia pada 2045.
Faktor-faktor lain yang juga berperan, seperti urbanisasi dan pengeluaran kelas menengah terutama di negara-negara berkembang, serta kebutuhan energi.
Permintaan energi primer global diperkirakan akan terus tumbuh dalam jangka panjang, meningkat signifikan sebesar 23% hingga tahun 2045.
Energi terbarukan akan meningkat secara signifikan lebih cepat daripada sumber lainnya dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 7,1% hingga tahun 2045.
Baca Juga: Resesi Global, Minat Investor dikhawatirkan Menurun