Sonora.ID - Hari Jumat merupakan hari penuh berkah dalam Islam, terutama bagi kaum laki-laki yang wajib melaksanakan Shalat Jumat secara jamaah.
Ketika mengikuti shalat wajib ini, khutbah akan disampaikan oleh Imam yang menjadi pemimpin dalam pelaksanaan Shalat Jumat.
Khutbah sendiri wajib untuk disampaikan dan terkandung banyak makna berarti bagi para jamaah untuk melakukan muhasabah diri.
Melansir dari berbagai sumber, berikut adalah 4 Teks Khutbah Jumat yang Membuat Jamaahnya Menangis; penuh makna untuk muhasabah diri para jamaah.
1. 4 Hal yang Dipertimbangkan dalam Akhirat
Baca Juga: Contoh Ceramah Singkat Tentang Sholat yang Menggetarkan Sanubari
Assalamualaikum Wr. Wb.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang berbahagia ini, khatib berwasiat kepada kita semua untuk tidak pernah berhenti berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan terus melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh perkara haram.
Saudara-saudaraku seiman rahimakumullah,
Dalam kesempatan khutbah kali ini, khatib akan mengajak kita semua untuk bermuhasabah dan merenungkan sabda Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang 4 (empat) perkara yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat sebagai berikut :
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِي
Artinya: “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga dia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah dia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah dia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah dia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).
Jamaah Salat Jumat rahimakumullah,
Di antara empat perkara yang dipertanggungjawabkan di akhirat, pertama pada hari kiamat kelak adalah umur kita. Sejak kita menginjak usia baligh, seluruh apa yang kita yakini, kita ucapkan dan kita perbuat, akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat. Jika kita telah melakukan seluruh kewajiban dan menjauhkan diri kita dari semua yang diharamkan, maka kita akan selamat dan bahagia. Sebaliknya, jika tidak, maka kita akan binasa dan merana.
Jamaah Salat Jumat rahimakumullah,
Kedua, kita akan ditanya mengenai jasad kita. Jika seluruh anggota badan kita selama hidup di dunia, kita gunakan untuk berbuat taat kepada Allah, maka kita akan senang dan beruntung. Sebaliknya, jika kita menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah, maka kita akan merugi dan buntung. Setiap anggota badan kita berpotensi melakukan dosa dan maksiat. Karenanya, wajib bagi kita untuk menjaga hati, mata, hidung, telinga, lisan, tangan, perut, kelamin, kaki dan seluruh anggota badan kita dari setiap perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan syariat Allah ta’ala.
Lalu yang ketiga, kita akan ditanya mengenai ilmu kita. Kita akan ditanya, apakah kita telah mempelajari bagian ilmu agama yang fardhu ain untuk kita pelajari atau tidak. Dan jika kita telah mempelajarinya, apakah sudah kita amalkan ataukah tidak. Ilmu agama yang hukum mempelajarinya fardhu ain adalah seperti dasar-dasar ilmu aqidah, hukum-hukum dasar terkait bersuci, shalat, zakat bagi yang mampu, puasa, kewajiban hati, maksiat-maksiat anggota badan dan lain sebagainya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
وَيْلٌ لِمَنْ لَا يَعْلَمُ، وَوَيْلٌ لِمَنْ عَلِمَ ثُمَّ لَا يَعْمَلُ (رَوَاهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ فِي الْحِلْيَةِ)
Maknanya: “Sungguh sangat celaka orang yang tidak belajar (ilmu agama yang fardlu ain), dan sungguh sangat celaka orang yang mempelajarinya tapi tidak mengamalkannya.” (HR Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’).
Keempat atau terakhir, kita akan ditanya mengenai harta, dari mana kita memperolehnya dan untuk apa kita belanjakan. Dalam masalah harta, manusia terbagi menjadi tiga golongan, dua celaka dan satu yang selamat. Dua golongan yang celaka pada hari kiamat adalah mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang haram atau dari sumber yang haram, dan mereka yang mengumpulkan harta dengan cara yang halal tapi membelanjakannya untuk hal-hal yang diharamkan.
2. Berbakti Kepada Orang Tua
Baca Juga: 5 Contoh Teks Ceramah Singkat Tentang Ilmu Beserta Strukturnya, Lengkap!
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
صَلَّى اللهُ عَلَي مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Amma ba’du
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa pada-Nya. Takwa inilah bentuk syukur kita pada Allah.
Pada Jumat yang penuh berkah ini, kita diperintahkan berselawat ke Nabi akhir zaman, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, ke keluarga, para sahabat, dan pengikut setia beliau hingga akhir zaman.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah
Sebagai anak, kita diwajibkan untuk selalu berbakti ke kedua orang tua yang telah mendidik dan merawat kita sejak pertama kali dilahirkan sampai sekarang.
Sungguh, jasa orang tua apalagi seorang ibu begitu besar. Mulai saat mengandung, ia mesti menanggung berbagai macam penderitaan. Tatkala ia melahirkan juga demikian. Begitu pula saat menyusui, yang sebenarnya waktu istirahat baginya, tetapi ia rela lembur di saat si bayi kecil kehausan dan membutuhkan air susunya.
Oleh karena itu, jasanya sulit sekali untuk dibalas, walaupun dengan memikulnya untuk berhaji dan memutari Ka’bah.
Sebagaimana menurut Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang tawaf di sekitar Ka'bah sambil menggendong ibunya, ia berkata:
"Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh."
"Apabila tunggangan yang lain lari, aku tidak akan lari."
Orang itu lalu berkata, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi padanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Kitab Hadis Al-Adab Al-Mufarad karya Imam Al-Bukhari).
Para jemaah salat Jumat rahimani wa rahimakumullah
Kita diperintahkan untuk berbakti ke kedua orang tua yang telah mendidik dan membesarkan kita. Selain itu amalan yang paling dicintai Allah adalah berbakti pada orang tua. Kita dapat melihat pada hadis dari sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengatakan,
“Aku bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Salat pada waktunya’. Lalu aku bertanya, ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Kemudian berbakti ke kedua orang tua.’ Lalu aku mengatakan, ‘Kemudian apa lagi?’ Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Berjihad di jalan Allah’.”
Perlu digaris bawahi, bahwasanya berlaku durhaka ke kedua orang tua kita adalah perbuatan yang amat keji.
Sebagaimana yang dijelaskan Abu Bakhrah,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka ke kedua orang tua.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan (pada tangannya). (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cukuplah hadis-hadis di atas menjadi pengingat bagi kita akan pentingnya berbakti ke orang tua dan bahaya mendurhakai orang yang telah merawat kita. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah ke kita semua agar selalu berbakti ke kedua orang kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
3. Muhasabah Diri selama Pandemi
Assalamualaikum Wr. Wb.,
Seperti diketahui, seluruh umat manusia mengalami musibah yang luar biasa dan sangat berdampak bagi kehidupan yakni adanya Pandemi Covid-19. Terkait hal itu, sudah seharusnya kita intropeksi ataupun bermuhasabah, sebagaimana ceramah yang disampaikan oleh seorang da’i muda Palestina Syeikh Mahmud berikut ini :
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Perlu kita renungkan, apa dosa kita hingga terusir dari masjid? Sesuatu yang sangat menyedihkan hari ini adalah ketika masjid-masjid dikosongkan dengan alasan pembatasan sosial. Apa yang pernah kita lakukan sehingga kita terusir dari masjid?
Kemarin kita sudah lihat pintu-pintu Masjid Nabawi (Madinah) dikunci. Apa yang pernah kita lakukan sehingga kita terusir dari Masjid Nabawi? Apa yang pernah kita lakukan hingga kita terusir dari Masjidil Haram?
Katakan wahai sekalian manusia, apa yang pernah kita perbuat hingga kita terusir dari rumah Allah (Masjid)??! Untuk menjawabnya, mari lihat wajah kita di depan cermin meski hanya sebentar.
Bukankah kita pernah mengambil hak orang lian sebelum adanya virus Corona? Bukankah kita pernah beramai-ramai di bank riba sebelum adanya virus Corona? Hari ini kita menangis dan saling menangisi ketika masjid ditutup. Kita menangis dan saling menangisi ketika rumah-rumah Allah terkunci dari wajah-wajah kita.
Ini terkunci karena kita. Ini tidaklah terkunci kecuali karena kita. Sebelum adanya wabah penyakit ini, kita memiliki wabah kezaliman, wabah kebencian, wabah kecurangan, wabah dosa-dosa dan wabah kemaksiatan. Lihatlah mengapa, beginilah kita.
Wabah ini Insya Allah akan berakhir, namun apakah kita akan kembali bermaksiat seperti dulu? Dan kita sama seperti sebuah syair: "Kita meminta dengan sungguh agar perahu kita yang ada di tengah lautan diselamatkan. Tetapi, ketika sampai di pantai kita kembali bermaksiat kepada-Nya."
Baca Juga: 5 Contoh Teks Ceramah Singkat tentang Sabar, Penuh Makna saat Khutbah
4. Bakti Anak kepada Orang Tua
"اَلْحَمْدُ للهِ الْقَائِلُ : وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ قَضَى بِعِبَادَتِهِ وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ مَنْ اَرْشَدَ النَّاسَ إِلَى الْبِرِّ وَحُسْنُ الْخُلُقِ . صَلًّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . أَمَّا بَعْدُ :
فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ"
Hadirin jama’ah sholat jum’at yang dirahmati Allah Swt. Orang tua menjadi sebab hidup dan wujudnya seorang anak di dunia. Peran orang tua sangat besar dalam mewarnai hidup seorang anak.
Kita diperintahkan oleh Allah untuk berbuat baik dan berbakti kepada keduanya. Hal ini berlandaskan dari al-Qur’an, Allah Swt berfirman:
"وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمًا"
Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isro: 23)
Dalam ayat di atas juga dijelaskan agar kita tidak diperbolehkan untuk berbuat buruk dan durhaka kepada mereka. Karena berbuat buruk kepada mereka merupakan dosa yang sangat besar. Tendensi ini berdasarkan hadis Rasulullah Saw:
“عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” الكَبَائِرُ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَاليَمِينُ الغَمُوسُ"
Dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dosa besar ialah menyekutukan Allah, durhaka kepada orangtua, membunuh, dan bersumpah palsu.”[1] (HR. Bukhari: 6675).
Hadirin jama’ah Jum’at rohimakumulloh
Lantas bagaimana caranya berbakti kepada orang tua yang telah meninggal?
Dalam Sunan Ibnu Majah Nabi Muhammad Saw bersabda:
"عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَبَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ: نَعَمْ، الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِيفَاءٌ بِعُهُودِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا"
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah berkata:
Ketika kami berada di samping Nabi Saw, tiba-tiba seorang laki-laki dari Bani Salamah datang kepada beliau dan bertanya;
“Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal?” Beliau menjawab: “Ya, yaitu berdo’a kepada keduanya, meminta ampun untuk keduanya, melaksanakan janji-janji keduanya setelah keduanya meninggal, memuliakan teman keduanya dan tidak menyambung silaturrahim kecuali karena keduanya.” (HR. Sunan Ibnu Majah: 3664)[3]
Tidak ada yang dibutuhkan bagi orang yang telah meninggal dunia kecuali amal baik yang dikhususkan pahalanya untuk mereka. Dengan mengirimkan do’a dan memintakan ampun, amal yang kita kirimkan tersebut akan menjadi teman bagi mereka di alam barzah sana, menjadi penenang dan penyelamat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.