3 Contoh Khutbah Jumat Tentang Siapa Diri Kita, Punya Makna Baik untuk Refleksi Diri

6 Desember 2022 15:15 WIB
Ilustrasi khutbah jumat tentang siapa diri kita
Ilustrasi khutbah jumat tentang siapa diri kita ( unsplash.com)

Ada mandat, ada kekuasaan, ada otoritas yang diberikan oleh Allah kepada kita. Otoritas itu dibatasi oleh akal kita, akal pikiran kita. Otoritas itu ditentukan hukum-hukum syariat yang diturunkan oleh Allah dalam bentuk Al Quran maupun Hadits yang lalu dijabarkan oleh para ulama dalam berbagai macam ijtihad mewujudkan ijma’, qiyas, dan sebagainya.

Ada pedoman untuk menjalankan kita didalam melaksanakan otoritas dan mandat itu. Kita ini mandatarisnya Allah, khalifatullah fil-ardhi. Maka karena mandataris ada pertanggung jawaban, ada mas’uliyyah. Setiap mandat yang diberikan, setiap kekuasaan yang diberikan itu berkonsekuensi akan adanya mas’uliyyah, ada pertanggung jawaban. Ukuran dari pertanggung jawaban itu jelas. Ukuran agama yang sesuai apa yang digariskan baik didalam Al Quran, Hadits, dan seluruh penjabaran para ulama itu. Kitapun diberi akal.

Andaikata didalam Al Quran belum ada detail, belum ada penjabaran secara terperinci. Maka akal pikiran kita diberikan kewenangan untuk memberikan atas sebuah masalah atau kasus yang harus kita fahami. Karena akal manusia yang salim, yang hati yang benar itu pasti dia akan melakukan pilihan dan pikiran yang baik didalam melakukan sebuah tindakan atau mengambil keputusan.

Oleh karena itulah, harus setiap bentuk mandat yang diberikan kepada kita harus disertai dengan kemampuan yang baik, kemampuan yang cukup hingga mandat dan kekuasaan itu bisa digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu perlu ilmu, perlu latihan, perlu kebiasaan, perlu terus kita mengasah kemampuan, ketika pada akhirnya nanti kita diberikan kekuasaan dalam kehidupan bermasyarakat. Kekuasaan yang diberikan itu mampu kita berikan untuk menjadi sesuatu yang terbaik dalam hidup ini. Setiap orang punya itu, setiap orang itu punya otoritas itu dalam skala yang kecil maupun yang besar.

Ketika seseorang masuk kedalam dunia rumah tangga, dirumah tangga itu ada kekuasaan yang melekat dengan aqdun-nikah itu otomatis ada kekuasaan yang berupa kewajiban yang berupa kewajiban dan haq yang melekat didalam hubungan perkawinan. Ketika muncul seorang anak, lahir seorang anak dari hubungan perkawinan itu, maka lahirnya anak akan menimbulkan sebuah mandatais baru, ada mandat baru, sebagai seorang ayah, sebagai seorang ibu. Ketika kita harus dipasrahi masyarakat dalam lingkup lingkungan kehidupan masyarakat, maka apapun lingkup kekuasaan itu disana punya sekuensi yang berupa otoritas dan kekuasan yang harus kita gunakan.

Di situlah seluruhnya membutuhkan ilmu itu. Wa-ulul ilmi qoiman bil-qisthi, Allah menandaskan orang yang bisa mengambil keputusan yang adil itu orang yang berilmu. Adil itu ukurannya proposional, kemampuan untuk mengambil keputusan dengan sangat bijaksana. Bukan lalu keputusan yang tidak mengakitkan orang, keputusan itu pasti ada risiko menyakiti orang. Tetapi itu sepanjang itu dilakukan dengan prinsip-prinsip kebijakan dan keadailan, maka tentu itu keputusan yang sudah benar dan tidak mempunyai cacat di dalam pandangan agama.

Oleh karena itulah kita berharap danterus berdoa kepada Allah Subhnahu wata’ala diberikan ma’unah dan taufiqnya untuk terus bisa menyempurnakan diri dalam ibadah maupun dalam memahami, mempelajari pesantren ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

وَالۡعَصۡرِ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ ِالَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡر بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

2. Contoh II

"اَلْحَمْدُ ِللهِ الًّذِى خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيْمِ وَالّذِيْ هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لآاِلهَ إِلّاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْصِلُنَا إِلَى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِىُ الرَّؤُفُ الرَّحِيْمُ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ"

Ma’asyiral Muslimin rakhimakumullah,

Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk terbaik. Ia diciptakan dengan bentuk fisik yang indah, juga diberi perangkat lunak yang sempurna, seperti akal pikiran, rasa, dan karsa (kehendak). Manusia berbeda dari makhluk Allah lainnya. Malaikat diciptakan hanya memiliki akal tanpa diberi syahwat dan nafsu. Hewan dibekali syahwat sehingga hidupnya hanya mengikuti keinginan kebutuhan badannya; makan, minum, berhubungan badan dan segala keinginan yang bersifat jasmaniah. Sementara setan diciptakan hanya dengan bekal nafsu sehingga sepanjang hidupnya selalu ingkar akan nikmat Allah. 

Manusia, sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tiin ayat 4 diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya:  

"لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ"

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Manusia diciptakan dengan segala sesuatu yang dikaruniakan kepada malaikat, hewan dan setan, yakni berupa akal pikiran, syahwat, dan hawa nafsu. Oleh karena itu, kehidupan umat manusia lebih dinamis, karena manusia berjuang dalam tarikan antara ketiganya. Manusia bisa menjadi seperti malaikat hanya tunduk patuh pada Allah, bisa seperti hewan hanya mementingkan keinginan jasmaninya, ataupun bisa seperti setan hanya mengumbar hawa nafsunya.

Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin.

Sebagai makhluk ciptaan dalam bentuk terbaik, manusia dikaruniai empat hal sebagai permata dirinya. Empat permata ini disebutkan Rasulullah dalam hadistnya, sebagaimana dikutip oleh Ihya’ Ulumiddin.

"قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَرْبَعَةُ جَوَهِرَ فِيْ جِسْمِ بَنِيْ اَدَمَ يُزَلُهَا اَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَمَّا الْجَوَاهِرُ فَالْعَقْلُ وَالدِّيْنُ وَالْحَيَاءُ وَالْعَمَلُ الْصَّالِحُ"

Rasulullah SAW bersabda, “Ada empat permata dalam tubuh manusia yang dapat hilang karena empat hal. Empat permata tersebut adalah akal, agama, sifat malu, dan amal salih”.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm