Di sana mereka duduk berhadapan, dengan wajah cemas kakek berharap bisa berbincang banyak dengan nenek yang saat itu cuek dan tak terlihat tertarik sama sekali. Kata nenek sih, ia menerima ajakan kakek karena telah merasa bosan dengan pesta tersebut. Nenek menggunakan alasan kakek agar ia bisa pergi dan segera pulang. Di tengah perbincangan yang membisu, kakek memanggil pelayan coffee shop tersebut. "Pak, bolehkah aku meminta sedikit garam untuk dimasukkan pada kopi ini?" Semua orang yang ada di sekitar kakek dan nenek keheranan. Untuk apa garam dimasukkan ke dalam secangkir kopi?
Hal tersebut berhasil menarik perhatian nenek. "Untuk apa kau menaruh garam di dalam kopimu?" tanya nenek.
"Oh... ini hanya sebuah kebiasaan lama ayahku. Dulu aku tinggal di sebuah desa dekat pesisir pantai. Di sana kami biasa menambah garam pada kopi agar tetap ingat pada laut, tempat tinggal kami. Dan, hari ini aku rindu kampung halamanku. Aku juga rindu pada orang tuaku yang sudah meninggal. Agar aku tak lupa akan mereka, aku terbiasa menaruh garam di dalam kopiku," tutur kakek.
Nenekpun merasa tersentuh. Tak pernah ditemui pemuda semanis kakek. Sejak saat itu, mereka selalu pergi berkencan dan bercerita panjang lebar. Merekapun akhirnya menikah. Hidup bahagia, hingga punya banyak anak dan cucu.
Suatu kali, di ulang tahun pernikahan ke-50, kakek akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Di sebuah kotak berisi perhiasan kado ulang tahun pernikahan, ditinggalkannya secarik surat untuk nenek. Karena mata nenek sudah kurang awas untuk membaca, maka ia memintaku untuk membacanya. Kira-kira beginilah isi surat itu...
Gemma yang terkasih,
Aku meminta maaf akan sebuah kesalahan yang sangat besar, yang pernah kulakukan sepanjang hidupku. Aku menyimpan sebuah kebohongan besar selama ini. Ingatkah saat aku mengajakmu ke coffee shop hari itu? Saat itu aku sangat gugup sekali. Saking gugupnya aku ingin meminta tambahan gula untuk kopiku. Namun, entah kenapa yang terucap adalah aku meminta garam.
Aku tak ingin terlihat konyol di depanmu. Dan akhirnya aku mengarang cerita itu. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Kau terlihat begitu cantik dan sempurna, hingga aku tak ingin melepaskanmu.
Tetapi, percayalah sayang... bahwa sepanjang hidupku aku sangat mencintaimu. Aku tak ingin kehilangan diriku. Sehingga sekalipun setiap pagi kau buatkan kopi asin itu, semua selalu terasa manis karenamu. Jujur saja, kau mungkin tak akan suka rasanya, karena sebenarnya rasanya sungguh tidak enak.
Gemma, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu.
Air mata nenekpun turun membasahi pipinya. Ia sadar betapa besarnya cinta kakek padanya. Sejak saat itupun ia selalu menambahkan garam di dalam kopinya.
3. Coklat Misterius
Saat kami berdua ingin masuk kelas, tiba tiba di atas mejaku ada coklat dan surat.
“Hell, di atas meja kamu kok ada coklat sama surat? dari siapa tuh?” tanya Bryan
“aku juga enggak tau siapa yang naru” jawabku dengan perasaan bingung
“coba kamu baca suratnya deh, siapa tau ada nama pengirim nya!” seru Bryan
Akupun langsung membuka surat itu :
“coklat ini ku persembahkan untukmu,semoga kamu suka. Kamu tau kan manis nya coklat? semanis itulah senyummu yang selalu ku tunggu”
Begitulah isi suratnya. Tanpa nama dan sangat misterius.
“Hell gimana, siapa pengirim nya?” tanya Bryan
“entahlah, aku enggak tau” jawabku dengan nada rendah
“ya udah lain kali kita cari tau ya!” kata Bryan
Kami berdua pun duduk, untuk mengikuti pelajaran, Bryan duduk di samping aku. Selama dua jam pelajaran aku bener bener enggak serius, aku masih kepikiran siapa pengirim nya.
Tiba tiba Bryan mengagetkan ku.
“hayo lagi mikirin apa sih?” tanya Bryan
“Aaa… Emm.. eehh… enggak kok” jawabku gugup
“Bohong. Ah males aku sama kamu, sekarang main rahasiaan ya. Ok kalau begitu” Kata Bryan sambil meninggalkan ku
“eh Bryan tunggu, mau kemana? kitakan sahabat masa marah sih?” kataku membujuk Bryan
“habis kamu sekarang main rahasiaan sih” jawab Bryan
“iya deh maaf maaf aku enggak akan begitu lagi” jawabku
Kami pun baikan lagi.
Bell pulang sekolah pun berbunyi, aku pulang berdua sama Bryan karena rumah kami tidak terlalu jauh.
Esok pagi akupun sekolah. Ku lihat di atas meja ku ada coklat dan surat.
“siapa sih yang ngasih seperti ini untuk ku?” tanyaku dalam hati
Tiba-tiba Bryan datang.
“hey Hell, dapat coklat lagi?” tanya Bryan
“iya nih, aku bingung siapa yang ngirim!” jawabku
“mungkin pengirim nya itu naksir sama kamu kali” ledek Bryan
“hahaha lucu kamu ya” tawaku
Seminggu, dua minggu, tiga minggu telah berlalu. tetapi pengirim coklat misterius itu masih belum diketahui. Karena penasaran aku pun sengaja pergi sekolah lebih awal.