Sonora.ID - FIlm Mangkujiwo 2 menjadi salah satu film horor yang cukup dinanti-nantikan oleh penggemar horor Indonesia.
Film yang dibintangi oleh Sujiwo Tejo ini pun telah tayang di bioskop sejak tanggal 26 Januari 2023 yang lalu.
Jalan cerita Mangkujiwo 2 diketahui masih melanjutkan sekuel sebelumnya yang telah tayang pada tahun 2020.
Cerita Mangkujiwo 2 ini fokus pada Uma yang berusaha melawan trauma sembari mencari jawaban atas misteri keterlibatan Kuntilanak dalam hidupnya dan tujuan balas dendam Brotoseno.
Meski telah dibumbui dengan adegan penuh darah, Mangkujiwo 2 ini nyatanya masih meninggalkan beberapa penilaian negatif dari para penontonnya.
Meskipun ada pula beberapa poin positif yang mampu menguatkan alur cerita film ini sehingga cukup recommended untuk ditonton.
Baca Juga: Review Film: Miracle in Cell No. 7 Indonesia, Penonton Dibuat Tertawa hingga Menangis
Kelebihan
Melansir dari akun YouTube Cine Crib, reviewer film Rasyid Harry menjelaskan film ini tidak didominasi dengan teror, namun justru didominasi dengan obrolan.
Para tokoh cukup sering saling berbalas kata. Hal ini pun menjadi hal yang menguatkan identitas Mangkujiwo sebagai cerita mistis bernada politis alih-alih horor tradisional.
Kisah yang diangkat dalam film ini pun dinilai tampil unik dengan mengetengahkan soal friksi bernuansa politik dan bisnis penuh tipu daya.
Sama seperti sekuel sebelumnya, Mangkujiwo 2 masih mengandalkan adegan kebrutalan berdarah, pencabutan jantung yang menjadi senjata utama film ini.
Kelebihan lainnya adalah para pemain senior yang memiliki kemampuan yang mendukung untuk menghidupkan jalan cerita film ini.
Mangkujiwo 2 identik dengan adegan membutuhkan obrolan yang cukuplah panjang. Adegan-adegan yang seperti ini menjadi adegan yang sangatlah dikuasai oleh para aktor dan aktris dalam film ini seperti Sujiwo Tejo.
Kekurangan
Sayangnya, alur cerita film ini dinilai terlalu rumit untuk dipahami lantaran narasi non-linearnya.
Naskah terlalu sering melempar nama atau peristiwa secara campur aduk, beruntun, tanpa adanya penjelasan bertahap.
Meski adegan obrolan dalam film ini mampu menguatkan identitas, namun penataan obrolan dinilai kurang rapi dan terkesan repetitif.
Adegan mimpi dan penglihatan mistis memang seakan menjadi amunisi dalam film horor. Sayangnya film ini terlalu sering menampilkan adegan-adegan tersebut sehingga antisipasi penonton terhadap teror-teror yang muncul berikutnya pun sedikit berkurang.
Secara simpulan, dalam unggahan video tersebut Rasyid Harry pun memberikan penilaian 6/10 untuk film ini. Bagaimana dengan pendapatmu yang sudah menonton film ini?
Baca Juga: Spoiler! Review Film Turning Red, Tentang Usaha untuk Jadi Diri Sendiri
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.