Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” [An-Nisa’: 36]
فَالتَّعَاوُنُ عَلَى الْخَيْرِ مِنَ الْفِطْرَةِ الَّتِي فَطَرَ اللهُ النَّاسَ عَلَيْهَا
Jadi, saling menolong di atas kebaikan merupakan fitrah yang Allah ciptakan manusia di atas fitrah tersebut.
وَفِي الصَّحِيْحَيْنِ : عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم – المُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كالْبُنْيانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. ثُمَّ شَبَّكَ بيْنَ أصابِعِهِ
Di dalam Ash Shahihain dari Abu Musa Al-Asy’ari ia berkata, ”Rasulullah ﷺ bersabda, ”Seorang mukmin bagi mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, yang satu sama lainnya saling menguatkan. Setelah itu Rasulullah ﷺ menjalinkan jari jemarinya.”
[Hadits riwayat al-Bukhari no. 6026, 6027 di dalam Shahih Al- Bukhari dan Muslim no. 2585]
وَيَرْوِي الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ قِصَّةَ ذِي الْقَرْنَيْنِ الَّذِي تَعَاوَنَ مَعَ أَهْلِ الْبِلَادِ عَلَى بِنَاءِ السَّدِّ فِي وَجْهِ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ الْمُفْسِدِيْنَ
Al-Quran Al-Karim mengisahkan cerita Raja Dzulqarnain yang saling membantu dengan penduduk sebuah negeri untuk membangun tembok penghalang dari Yakjuj dan Makjuj yang suka melakukan kerusakan.
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدّاً، قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْماً
Mereka berkata, “Wahai Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj adalah (bangsa) pembuat kerusakan di bumi, bolehkah kami memberimu imbalan agar engkau membuatkan tembok penghalang antara kami dan mereka?”
Dia (Zulqarnain) berkata, “Apa yang telah dikuasakan kepadaku oleh Tuhanku lebih baik (daripada apa yang kamu tawarkan). Maka, bantulah aku dengan kekuatan agar aku dapat membuatkan tembok penghalang antara kamu dan mereka. [Al-Kahfi: 94-95]
وَفِي قَوْلِهِ تَعَالَى عِنْدَمَا دَعَا مُوْسَى رَبَّهُ: {وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي* هَارُونَ أَخِي* اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي* وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي}،طه [29-32 ]
Kemudian juga dalam firman Allah Ta’ala ketika Musa ‘alaihis salam berdoa kepada Rabbnya,
وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ ۙ ٢٩
Jadikanlah untukku seorang penolong dari keluargaku,
هٰرُوْنَ اَخِى ۙ ٣٠
(yaitu) Harun, saudaraku.
اشْدُدْ بِهٖٓ اَزْرِيْ ۙ ٣١
Teguhkanlah kekuatanku dengannya,
وَاَشْرِكْهُ فِيْٓ اَمْرِيْ ۙ ٣٢
dan sertakan dia dalam urusanku (kenabian). [Thaha: 29-32]
فَهَذِهِ الْآيَةُ تَدُلُّ عَلَى أَهَمِّيَةِ التَّعَاوُنِ فِي الْمُجْتَمَعِ بِوُجُوْدِ أَخٍ مُتَعَاوِنٍ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
Ayat-ayat ini menunjukkan pentingnya saling menolong dalam masyarakat dengan adanya saudara yang membantu dalam kebaikan dan takwa.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَيْهِ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Demikianlah pidato yang bisa saya sampaikan. Saya memohon ampun kepada Allah Ta’ala yang Maha Agung untuk diri saya dan anda sekalian dan seluruh kaum Muslimin. Mohonlah ampunan kepada-Nya dan bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Baca Juga: Arti Allahu Akbar, Manfaat dan Tempat Melakukan Takbir
Contoh Pidato Bahasa Arab Tema Takut Kepada Allah
الـحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam atas nabi dan rasul yang paling mulia, nabi kita dan kekasih kita Muhammad ﷺ, keluarganya dan seluruh sahabatnya serta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik hingga Hari Pembalasan.
Adapun sesudah itu:
عِبَادَ اللهِ
Wahai hamba-hamba Allah!
إِنَّ الْخَوْفَ مِنَ اللهِ مِنَ الْمَقَامَاتَ الْعَلِيَّةِ وَهُوَ مِنْ لَوَازِمِ الْإِيْمَانِ
Sesungguhnya takut kepada Allah termasuk kedudukan yang tinggi. Ia merupakan keharusan dari iman.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Allah Ta’ala berfirman,
tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang mukmin. [Ali Imran: 175]
وَقَالَ: إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Allah Ta’ala juga berfirman,
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama [Fathir : 35]
وَفِي صَحِيْحِ مُسْلِمٍ أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((وَاللَّهِ إِنِّي لأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَعْلَمَكُمْ بِمَا أَتَّقِي))
Di dalam Shahih Muslim Nabi ﷺ bersabda, ”Demi Allah, sungguh aku benar-benar berharap menjadi orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan paling mengetahui dengan apa aku bertakwa kepada Allah.”
وَكُلَّمَا كَانَ الْعَبْدُ أَقْرَبَ إِلَى رَبِّهِ كَانَ أَشَدَّ خَشْيَةً، فَقَدْ وَصَفَ اللهُ الْمَلَائِكَةَ بِقَوْلِهِ: يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ
Semakin dekat seorang hamba kepada Allah maka rasa takutnya semakin besar. Allah telah menjelaskan sifat para malaikat dengan firman-Nya,
Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka [An-Nahl : 50]
وَقَالَ عَنِ الْأَنْبِيَاءِ: الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ
Allah Ta’ala berfirman tentang para nabi,
(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, dan takut kepada-Nya serta tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. [Al-Ahzab: 39]
فَالْخَوْفُ مِنَ اللهِ مِنْ سِمَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَصِفَاتِ الْمُتَّقِيْنَ، وَسَبِيْلٌ لِمَنِ ابْتَغَى النَّجَاةَ فِي الْآخِرَةِ