Begini Sejarah Penemuan Mata Air Sapta Tirta Pablengan Karanganyar

6 Februari 2023 15:00 WIB
Begini Sejarah Penemuan Mata Air Sapta Tirta Pablengan Karanganyar
Begini Sejarah Penemuan Mata Air Sapta Tirta Pablengan Karanganyar ( Tribunnews.com)

Solo, Sonora.ID - Pemkab Karanganyar saat ini mempunyai tempat pengelolaan baru yaitu Sapta Tirta Pablengan. Tempat tersebut memiliki 7 mata air unik dan berbeda. 7 mata air ini dipercaya masyarakat memiliki khasiat untuk menyembuhkan diri dari segala penyakit.

Salah seorang pegawai yang bekerja di obyek wisata tersebut yaitu, Sugeng Karyanto mengatakan lokasi tersebut sudah ada sejak sebelum Raden Mas Said alias Mangkunegaran I menemukannya pada saat perang melawan VOC pada abad 17. Beliau menapak tilas di Sapta Tirta Pablengan pada saat perang melawan VOC kala itu.

Sapta Tirta sudah ada sejak sebelum pada masa Majapahit. Dapat diperkirakan lokasi tersebut sudah ada pada saat zaman pemerintahan Airlangga, ditemukan dan dirawat oleh Raden Mas Said.

Buktinya terdapat 8 arca di bukit Argotiloso dan pohon beringin yang identik dengan kebudayaan saat era kerajaan hindu. Akan tetapi sekarang, hanya tersisa 2 arca yaitu arca Batara Guru dan Batara Gono atau Ganesha.

Sugeng juga mengatakan bahwa Sapta Tirta tersebut mulai dikelola setelah terjadi perang yang pada saat itu Pangeran Mangkubumi bersama Raden Mas Said berperang melawan Belanda dengan gencarnya terjadi MOU 1755.

Kemudian dari tahun 1755 hingga saat ini wilayah Karanganyar masuk Mangkunegaran dan dikelola juga digunakan oleh raja-raja Mangkunegaran. Pada saat pertama kali menemukan lokasi tersebut, Sapta Tirta digunakan oleh Raden Mas Said bersemedi atau berkontemplasi sampai dirinya mendapat pencerahan.

Semboyan perjuangan gerilya dari Raden Mas Said pertama kali muncul di lokasi itu. Semboyan itu berbunyi Tiji Tibeh yang artinya “mati siji, mati kabeh” (mati satu, mati semua) atau “mukti siji, mukti kabeh” (berjaya satu, berjaya semua).

Baca Juga: OSO Kembali Pimpin DPP Gebu Minang

Sugeng menceritakan Sapta Tirta dibangun dengan kosmologi perang raja Mangkunegaran pada abad 17. Dimana Wonobroto yaitu perjuangan RM Said mengusir penjajah yang berkuasa pada saat itu dan memiliki tujuan bumi Mataram bebas dari VOC. Kemudian RM Said melanjutkan perjalanan sampai di Sapta Tirta. Disini beliau mendapatkan Saswito (petunjuk dari Tuhan) yang kemudian seluruh prajuritnya satu energi dengan media air.

Menurut Kitab Leleno Broto, penemuan Sapta Tirta dimulai dari perjalanan RM Said yang melakukan peperangan mulai dari Gunung Kidul, Pantai Selatan, hingga melintasi Gunung Lawu. Di Sapta Tirta tersebut, RM Said mendapatkan inspirasi dan petunjuk dari Tuhan untuk menggodok pasukan intinya (Kawandoso Punggawa Baku).

Pertama kali ditemukannya Sapta Tirta ini, RM Said menggunakannya untuk mandi di Air Bleng. Filosofi air bleng yaitu ngeblengake tekad, manunggaling cipta lan karsa untuk melawan VOC dari bumi Mataram.

Setelah mandi di air bleng, RM Said mandi di urus-urus yang memiliki arti segala masalah eyang RM Said diserahkan pada Tuhan melalui media urus-urus serta agar visi misi beliau juga terurus. RM Said kemudian minum air soda untuk mendapat kesegaran jasmani yang mana rasa soda tersebut seperti soda gembira.

Setelah itu, eyang Mangkunegaran I masuk ke air mati dan hidup yang memiliki makna mati sajroning urip atau urip sajroning mati dan filosofi tersebut dipakai sebagai slogan beliau berperang. Kemudian dilanjutkan oleh Mangkunegaran I mandi di air kasekten.

Mandi di air kasekten memiliki filosofi supaya mendapatkan kekuatan secara psikologis untuk berperang membela bangsa dan negara. Dan yang terakhir eyang Mangkunegaran I mandi di air hangat, yang berarti mendapatkan kemuliaan dari bumi Mataram.

7 mata air di Sapta Tirta sudah pernah dilakukan penelitian oleh ilmuwan asal Jepang bernama Tanaka. Hasilnya, 7 mata air tersebut memiliki kandungan zat yang berbeda sehingga otomatis orang yang mempunyai penyakit dalam seperti liver, ginjal, diabetes maupun kolesterol akan sembuh. Selain itu kandungan sulfur dan belerang yang tinggi dapat menyembuhkan penyakit kulit.

KMRT L Nuky Mahendrabaya Nagoro alias Kanjeng Nuky yang merupakan pemerhati sejarah Kota Solo mengungkapkan 7 mata air yang ditemukan Mangkunegaran I sudah ada sejak lama. 7 mata air tersebut hanya sendang mati yang tidak bisa dikonsumsi. walaupun sebenarnya spirit dari air tersebut membuat kita lebih segar dan jernih dalam berpikir.

Baca Juga: OSO Resmikan I Gede Pasek Suardika Sebagai Sekjen Partai Hanura

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm