Baik mereka orang fakir maupun orang yang kaya, baik mereka orang yang lemah maupun orang yang kuat, sama semua di mata Allah SWT.
Tapi ada satu yang membedakannya. Apa itu? Ya, yang membedakannya adalah ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya “pimpinan dari segala perkara adalah islam, tiangnya adalah solat, pijakannya adalah berpihak dijalan Allah”
Islam tidak akan tampak lebih besar tanpa salat, lalu, apa yang menyebabkan kita malu untuk menyembah Allah.
Padahal Allah telah memberikan rezeki kepada kita melalui perantara orang tua kita, dan Allah telah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya.
Zaman sekarang ini banyak orang yang sudah bisa melaksanakan salat tapi senantiasa melaksanakan kemaksiatan.
Mengapa demikian? Karena yang terkandung dalam salat tidak masuk dalam dirinya.
Padahal satu kemaksiatan yang kita buat akan jatuh satu titik kita dihati kita dan apabila kemaksiatan yang kita buat banayk, banyak pula titik dihati kita yang menodai hati kita.
Terkadang salatnya pun buru-buru, salatnya dipercepat doanya pun singkat-singkat. YaAllah Engkaulah yang maha tahu apa yang aku mau, Aamiin. Astagfirullah.
Jadi kesimpulannya adalah yang pertama jangan pernah kalian meninggalkan salat karena hanya kelalaian duniawi, yang kedua jangan salat nanti-nanti, nanti keburu mati, dan yang terakhir salatlah kalian sebelum kami salati.
Undur maaqola wala tandur man qola
Jangan melihat siapa yang berbicara, tapi lihatlah apa yang dibicarakannya. Wabillahittaufik walhidayah. Wassalamu’alaikum warakhmatullahi wabarakatuh.
Baca Juga: Ayat Al-Qur'an tentang Isra Miraj: Arab, Latin, dan Artinya
Contoh 2
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah.
Segala puji bagi Allah, tuhan semesta Alam yang telah memberi kita nikmat yang berlimpah hingga detik ini.
Sholawat serta salam, mari kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.
Hadirin yang saya hormati, Hari ini kita bertemu di bulan yang suci, yakni bulan Rajab. Nama Rajab ini diambil dari kata “Rojaba” yang artinya adalah “mengagungkan dan memuliakan”.
Hadirin, bagaimana dan kenapa bulan Rajab ini dimuliakan? Jawabannya adalah pemuliaan bulan Rajab ini merupakan bagian dari tradisi masyarakat Arab, bahkan sejak zaman jahiliyah.
Bayangkan, sejak zaman jahiliyah saja orang-orang Arab waktu ini memuliakan bulan Rajab ini, masa di zaman kita ini tidak memuliakannya.