Dalam talkshow, Ketua LPPPM Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, I Wayan Widana, menjelaskan literasi digital juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Akan tetapi, ada empat pilar indeks literasi digital yang wajib diperhatikan yakni kecakapan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital.
“Survei yang dilakukan oleh Kominfo terhadap 10 ribu orang di seluruh Indonesia di 34 provinsi menyatakan bahwa, bermacam-macam alasan mengapa mereka menggunakan media sosial. Kalau di Bali, bapak/ibu mungkin banyak yang menggunakan medsos salah satunya untuk menjual produk yang di-upload, misalnya di Facebook. Dengan demikian, medsos bisa digunakan sebagai salah satu kegiatan ekonomi untuk menambah kesejahteraan bapak/ibu,” paparnya.
Sementara itu, Bunda Literasi Klungkung, Ni Nengah Rayu Astini, yang juga menjabat sebagai Ketua PKK Kabupaten Klungkung memaparkan telah membuat program yang sejalan dengan fokus utama Perpusnas, yakni peningkatan indeks literasi masyarakat. Sehingga ketika melakukan kegiatan, dia selalu mengimbau masyarakat untuk rajin membaca. Program yang diusung PKK ini bernama Gelari Pelangi yaitu Gerakan Keluarga Indonesia dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Ekonomi.
“Dalam pembinaan kami ke desa/kelurahan, sudah barang tentu kami menyampaikan kepada masyarakat agar mempunyai minat membaca. Karena setelah mereka mempunyai minat membaca, sudah barang tentu mereka akan mengetahui apa isi dari bacaan tersebut sehingga bisa dikembangkan maksud dan tujuannya,” jelasnya.
Selama ini, upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan minat baca dan indeks literasi di Kabupaten Klungkung adalah pembinaan, webinar peningkatan minat baca dan talkshow di radio, serta pelatihan keterampilan seperti pembuatan saus cabai, tomat, dan pouch.
Sementara itu, pustakawan ahli utama, Perpusnas, Deni Kurniadi, mengungkapkan seluruh lapisan masyarakat mengambil peran dalam peningkatan indeks literasi masyarakat. “Siapapun kita, eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI, Polri, akademisi dan semua masyarakat mengambil peran masing-masing di dalam peningkatan indeks generasi masyarakat. Jadi perpustakaan tidak bisa sendirian,” ungkapnya.
Dia menambahkan Perpusnas memiliki peran lebih karena juga berperan dalam pengentasan kemiskinan. Dalam hal ini, Perpusnas menghadirkan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS). Karena selain mencerdaskan, Perpusnas juga wajib menyejahterakan masyarakat.
“Koleksi lifeskills dan koleksi tepat guna yang ada di perpustakaan provinsi, kabupaten/kota, termasuk di perpustakaan desa, diajarkan ilmunya kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat. Hingga, pada akhirnya masyarakat memiliki keterampilan untuk menghasilkan sesuatu dan bisa menambah income keluarga,” pungkasnya.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News