Berikut Penjelasan BEI Cara Menghindari Jebakan ‘Sandwich Generation’ Lewat Reksa Dana

19 Februari 2023 17:00 WIB
Begini Cara Menghindari Jebakan ‘Sandwich Generation’ Lewat Reksa Dana
Begini Cara Menghindari Jebakan ‘Sandwich Generation’ Lewat Reksa Dana ( Kompas.com)

Sonora.ID - Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (KPw BEI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Pintor Nasution mengatakan, Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyusutan nilai (mata uang) setiap tahunnya adalah melalui investasi di usia produktif.

Namun, banyak yang belum memahami bagaimana cara berinvestasi yang praktis, mudah, dan terjangkau, terutama bagi generasi milenial yang baru mulai berkarir.

Hal itu disampaikan dalam siaran persnya yang diterima wartawan, Jumat (18/02/2023).

Dalam bayangan sebagian kaum milenial, berinvestasi butuh modal besar, sehingga seringkali mayoritas anak muda menunda atau menunggu punya uang dalam jumlah yang besar. 

"Yang terjadi, tidak mulai-mulai berinvetasi dan tanpa sadar sudah memasuki usia pensiun. Oleh karena itu, banyak yang kemudian menjadi generasi “Sandwich” atau generasi yang terjepit, karena perlu membiayai orangtua yang sudah pensiun dan membiayai anak-anak mereka, “terang Pintor. 

Maka dari itu, Pintor mengajak untuk bisa memutuskan jebakan menjadi “Sandwich Generation” dengan cara berinvestasi sejak dini.

BEIBaca Juga: BEI Sumut: Layanan Data Perdagangan Pasar Modal Bisa Diakses Publik

“Sejak ketika mendapatkan income pertama, atau gaji pertama. Caranya, dengan menyisihkan 10% saja dari total penghasilan per bulan. Kemudian, setiap individu dapat mengalokasikan dana tersebut dengan cara membeli produk investasi reksa dana yang terjangkau buat kantong milenial, “ ungkap Pintor.

Diterangkannya, Cukup dengan Rp 100 ribu per bulan, masing-masing calon investor bisa mulai berinvestasi reksa dana. Prinsip investasi salahsatunya adalah berinvestasi sedini mungkin agar dapat melipatgandakan uang di masa depan.

"Artinya, dana investasi yang dikelola setiap individu berpotensi memberikan return investasi setiap tahun. Walaupun hanya Rp 100 ribu tiap bulan, jika disisihkan secara konsisten selama 30 tahun ke depan, nilainya akan bertumbuh bagaikan bibit tanaman yang dalam jangka panjang akan menjelma menjadi pohon yang kokoh dan tidak berhenti berbuah. Apalagi jika jumlah investasi tersebut ditambah secara berkala seiring kenaikan penghasilan. Dengan tetap berpatokan pada komposisi 10% setiap bulan dari gaji atau income usaha, “katanya.

Lebih lanjut Ia mengatakan, jika saat ini penghasilan per bulan seorang individu adalah Rp 1 juta per bulan.

Ketika individu tersebut rutin mengalokasikan dana Rp 100 ribu/bulan selama 30 tahun, maka nilai uang investasi yang kita sisihkan akan menjadi Rp 37.594.800 (dengan asumsi rata-rata return Reksa Dana Pendapatan Tetap 10 tahun terakhir).

Bandingkan jika kita hanya menyimpan uang Rp100 ribu/bulan di tabungan maka nilainya hanya akan menjadi Rp 36 juta dalam 30 tahun. Bunga bank tidak dihitung karena ada potongan biaya administrasi dan pajak.

“Nah, bayangkan jika selama 30 tahun itu kita juga menaikkan pembelian reksa dana seiring penambahan income kita. Hasil investasi reksa dana bervariasi tergantung jenis reksa dana. Ada empat jenis reksa dana, yaitu reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran dan reksa dana saham. Berdasarkan urutan ini, potensi return makin besar dari kiri ke kanan. Namun, sesuai rumus investasi yaitu high risk, high return, semakin besar potensi investasi semakin besar pula risiko investasi, “ terangnya.

Baca Juga: Melihat Pentingnya Pemahaman Ekonomi Pascapandemi, Fojekha Gelar Talkshow Perekonomian

Risiko utama dari investasi adalah risiko fluktuasi harga reksa dana. Namun, fluktuasi harga ini bisa dikelola dengan cara melakukan investasi dalam jangka panjang melewati rentang waktu siklus naik turun pasar modal yang umumnya terjadi setiap lima tahunan.

“Jadi jika kita berinvestasi untuk masa pensiun, sejak usia kita 20-an tahun atau 30-an tahun, maka risiko fluktuasi harga relatif bisa dikelola. Jangan panik jika melihat nilai investasi reksa dana kita turun pada periode waktu tertentu. Hal ini karena kita akan berfokus untuk pertumbuhan jangka panjang, bukan volatilitas dalam jangka pendek. Di sisi lain, pembelian yang dilakukan saat harga unit reksa dana sedang rendah berpotensi menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi pula di masa depan, “jelasnya lagi.

“Pelajari baik-baik jenis reksa dana, termasuk potensi return dan risikonya. Pilih reksa dana yang yang dikelola manajer investasi yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), “ungkap Pintor mengakhiri penjelasannya. 

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Gooogle News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm