Bali, Sonora.ID - Suasana duka menyelimuti kediaman I Nyoman Ranten (50) di Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali, Minggu (19/2/2023).
Pria tersebut berusaha tegar, walau istrinya Ni Wayan Supini menjadi korban akibat gempa bumi dasyat berskala 7,8 SR di Turki.
Sebelumnya I Nyoman Ranten dan Ni Wayan Supini merupakan pekerja pariwisata di Kuta. Namun karena pandemi Covid-19, membuat keduanya pulang kampung ke Klungkung.
I Nyoman Ranten memilih pensiun dini, dan istrinya memutuskan meninggalkan 3 anaknya untuk bekerja sebagai terapis di Turki.
Ni Wayan Supini berangkat ke Turki pada bulan Juli 2022 lalu, setelah mengikuti kursus keterampilan terapis secara mandiri di Karangasem.
Baca Juga: Tim Medis Unhas Bangun Tenda Darurat Bantu Korban Gempa Turki
"Selama bekerja di Turki, saya dan istri sering komunikasi," ungkap Nyoman Ranten, Minggu (19/2/2023).
Nyoman Ranten tidak menyangka, komunikasi melalui video call pada Minggu (5/2/2023) lalu, menjadi komunikasi terakhirnya dengan sang istri.
Menurutnya, tidak banyak hal yang dibicarakannya ketika itu, sebatas menanyakan kabar.
"Terakhir komunikasi itu tanggal 5 Februari 2022 lalu atau sehari sebelum gempa itu terjadi. Anak-anak yang minta untuk hubungi ibunya. Saya sempat bertanya kabar ke istri, keburu handphone direbut anak yang mau bicara. Mereka saat itu kangen-kangenan sama ibunya," ucap Ranten.
Sehari setelahnya, Nyoman Ranten mendapatkan informasi dari kerabatnya jika terjadi musibah gempa bumi dasyat di Turki.
Ranten diminta menghubungi istrinya, untuk memastikan keadaanya. Namun saat itu, Nyoman Ranten sama sekali tidak bisa menghubungi Wayan Supini.
"Saya hubungi terus lewat telpon WA, messanger, tapi tidak diangkat. Chat tidak dibalas," ungkap Ranten.
Seiring hari berjalan, ia selalu berusaha mencari informasi tentang keberadaan istrinya. Firasat buruk sempat terlintas di benaknya, saat beberapa kerabat mengaku bermimpi ada yang giginya tanggal. Ada juga kerabat yang bermimpi didatangi Supini sembari menangis.
Baca Juga: Indonesia Kirim Bantuan SAR dan Logistik untuk Korban Gempa Turki - Suriah
"Ada firasat-firasat seperti itu, sementara istri belum ada kabar keadaannya. Saya tentu perhatikan kondisi anak-anak. Saya sampaikan ke mereka sejak jauh-jauh hari, apapun berita yang kita dapat nanti tentang keadaan ibu, kita harus tabah menerimanya," ungkap Ranten.
Sampai akhirnya Jumat (17/2/2023), Nyoman Ranten dan anak-anaknya diminta untuk tes DNA di RS Bhayangkara Denpasar oleh kepolisian. Lalu pada Sabtu (18/2/2023), KBRI Indonesia menginformasikan Ni Wayan Supini menjadi korban meninggal dalam musibah gempa bumi di Turki. Di mata Ranten, Wayan Supini merupakan sosok wanita pekerja keras dan bertanggung jawab dengan keluarga.
Selama bekerja di Turki, Supini sempat beberapa kali mengirimkan uang untuk keperluan keluarga, termasuk keperluan untuk Hari Raya Galungan dan Kuningan pada awal tahun lalu.
Wayan Supini meninggalkan seorang suami, dan tiga orang anak. Anak pertama sudah bekerja, anak kedua masih SMA, sedangkan anak bungsunya masih TK.
Jenazah Ni Wayan Supini rencananya dipulangkan ke kampung halamannya pada Rabu (22/2/2023).
"Karena ada upacara agama, sementara jenazah rencana kami titip dulu di RSUD Klungkung. Nanti setelah tanggal 6 Maret 2023, baru akan dibicarakan dengan keluarga bagaimana upacara pemakamannya," terang Ranten.
Jenazah Ni Wayan Supini ditemukan di reruntuhan Apartemen Galeria di Kota Dyarbakir (17/2/2023).
Baca Juga: Unhas Makassar Kirim 5 Dokter Spesialis, Bantu Korban Gempa Turki
Selain Ni Wayan Supini, juga ditemukan jenazah Irma Lestari asal NTB. Keduanya diketahui tinggal apartemen Galeria Residence di Dyarbakir, Turki yang rata dengan tanah pasca gempa.
Penulis : I Gede Mariana
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.