Jangan sampai terlanjur
Melakukan perbuatan tidak jujur
Jika sudah terlanjur itu akan mendatangkan celaka
Sebaiknya berusahalah
Ajaran yang sejati
Pangkur merupakan fase uzla (pangkur=menghindar), fase menyepi, fase kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti Allah dan menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup. Tembang ini berkarakter gagah, kuat, perkasa, dan hati besar.
Contoh:
Mangkya darajating praja,
kawuryan wus sunya ruri,
rurah pangrehing ukara,
karana tanpa palupi,
atilar silastuti,
sujana sarjana kelu,
kalulun kalatidha,
tidhem tandhaning dumadi,
ardayengrat dene karoban rubeda.
(Serat Kalatida)
Artinya:
Saat ini keadaan negara
Terlihat sunyi dan sepi
Terlihat telah rusak
Karena tak lagi memiliki panutan
Semua telah meninggalkan tuntunan
Orang cerdik dan pandai tidak bisa berpikir jernih
Karena terpengaruh jaman kalatidha
Keheningan sebagai tanda-tandanya
Sebab jaman benar-benar penuh dengan kekacauan
Megatruh merupakan fase penutup kehidupan dunia di mana roh meninggalkan badan (megat=memisahkan). Tembang ini mengisahkan kesedihan dan kedukaan
Contoh:
sigra milir kang gèthèk sinangga bajul
kawan dasa kang njagèni
ing ngarsa miwah ing pungkur
tanapi ing kanan kéring
kang gèthèk lampahnya alon
(Babad Tanah Jawi)
Artinya:
Sang rakit segera berjalan dengan didorong buaya
Empat puluh yang menjaganya
Ada di depan ada pula di belakang
Begitu pula sisi kiri dan kanan
Rakit pun berlayar dengan perlahan
Baca Juga: 10 Contoh Tembang Mijil dalam Bahasa Jawa, Lengkap dengan Artinya
Dhandanggula merupakan fase puncak kesuksesan secara fisik dan mater (dhandang=bejana). Namun selain kenikmatan gula (manisnya) hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan spiritual.
Contoh:
Lamun bisa samiyp anuladha
Duk ing nguni caritane
Andelira sang Prabu
Sasrabau ing Maespati
Aran Patih Suwanda
Lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara
Guna kaya purun ingkang den antepi
Nuhoni trah utama
Artinya:
Sepantasnya para prajurit
Hendaknya bisa mencontoh
Seperti cerita zaman dahulu
Kepercayaan sang Prabu
Sasrabau di Maespati
Bernam Patih Suwondo
Lelabuhannya
Yang dibingkai tiga perkara
Berguna seperti mau dipegang teguh
Meniru keluarga utama
Durma merupakan fase kehidupan harus lebih banyak didermakan untuk orang lain, bukan mencari kenikmatan hidup lagi (gula). Tembang ini menggambarkan peristiwa duka, selisih, dan juga kekurangan akan sesuatu berkarakter tegas, keras, dan amarah yang menggebu-gebu.
Dipunsami hambanting sariranira,
cecegah dhahar guling,
darapon sudaa,
napsu kang ngambra-ambra,
rerema hing tyasireki,
dadi sabarang,
karsanira lestari
Artinya:
Hendaklah kalian menahan diri,
mengurangi makan dan tidur,
agar berkurang,
nafsu yang tidak keruan,
tenangkan hati kalian,
jadi segalanya,
agar lestari.
Pucung merupakan fase kembali kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali dengan menjadi pocung (jenazah), fase menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan yang Maha Suci. Ada pula yang mengatakan pucung berasal dari kudhuping gegodhongan atau kuncup dedaunan yang segar, tembang ini menceritakan hal-hal lucu dan tebak-tebakan.
Contoh:
Den budiya kapriye ing becikipun,
aja nganti pisah,
kumpule kaya nomeki,
anom kumpul tuwa kumpul kang prayoga.
(serat wulang reh)
Artinya
Sebaik apapun usaha yang diusahakan
Jangan sampai pisah
Seperti menyatunya anak muda
Lebih baik anak muda bersatu dengan orang tua
(Serat Wulang Reh)
Itu dia penjelasan dan contoh tembang macapat bahasa Jawa yang berjumlah 11.
Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Tembang Gambuh: Pengertian, Watak, Aturan dan Contoh
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.