Sonora.ID – Dalam bahasa Jawa, terdapat karya sastra yang disebut dengan tembang macapat. Berikut ini adalah penjelasan dan juga contoh tembang macapat bahasa Jawa.
Tembang macapat adalah puisi Jawa tradisional yang terikat oleh aturan-aturan tertentu, mulai dari guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu.
Dalam bahasa Jawa, pengertian tembang macapat yaitu sebagai berikut:
Tembang macapat yaiku tembang utawa puisi gagrag lawas sing kaiket paugeran tartamtu kayata guru gatra, guru wilangan, lan guru lagune.
Baca Juga: 20 Contoh Tembang Durma dalam Bahasa Jawa
Contoh tembang macapat
Filosofi tembang Sinom mengisahkan seorang manusia yang mulai beranjak dewasa atau remaja yang mulai tumbuh.
Di saat remaja masih memiliki banyak waktu luang, tugas mereka merupakan menuntut ilmu sebaik mungkin dan setinggi-tingginya agar kelak bisa menjadi bekal kehidupannya.
Contoh:
Nuladha laku utama,
tumraping wong tanah Jawi,
wong agung ing Ngeksiganda,
panembahan Senapati,
kepati amarsudi,
sudane hawa lan nepsu,
pinesu tapa brata,
tanapi ing siyang ratri,
amemangun karyenak tyas ing sasama.
Artinya:
Contohlah perilaku utama,
bagi kalangan orang Jawa (Nusantara),
penguasa dari Ngeksiganda (Mataram),
panembahan Senopati,
yang selalu tekun,
mengurangi hawa nafsu,
dengan jalan prihatin (bertapa),
baik siang maupun malam,
selalu berkarya membuat tenteram bagi sesama
Mijil melambangkan bentuk sebuah biji atau benih yang terlahir ke dunia, mijil berasal dari kata wijil yang berarti keluar. Mijil mengisahkan fase bayi manusia mulai mengenal kehidupan dunia, membutuhkan perlindungan. Tembang ini menggambarkan keterbukaan menyajikan nasihat dan tentang asmara.
Contoh:
Poma kaki padha dipun eling,
ing pituturingong,
sira uga satriya arane,
Kudu anteng jatmika ing budi,
Luruh sarta wasis,
samubarang tanduk.
(Serat Wulang Reh)
Artinya:
Ingat-ingatlah kalian, Nak
Nasehatku ini
Kamu juga seorang satriya
Harus selalu tenang dan berbudi baik
Rendah hati dan pandailah
Supaya dapat menguasai segalanya
(Serat Wulang Reh)
Simbol fase roh/kandungan di mana kita masih mengapung atau kumambang di alam roh yang kemudian di dalam kandungan yang gelap. Karakter tembang ini menggambarkan kesedihan, suasana hati sedang nelangsa.
Contoh:
Nadyan silih bapa biyung kaki nini,
Sadulur myang sanak,
Kalamun Muruk tan becik,
Nora pantes yen den nuta.
Artinya:
Walaupun meminjam bapak ibu, kakek nenek,
Saudara-saudaranya,
Kalau mengajari yang tidak baik,
Tidak pantas kalau ditiru.
Baca Juga: 7 Contoh Tembang Asmaradana Berbagai Tema, Lengkap dengan Artinya
Kinanthi berasal dari kata kanti yang berarti menggandeng atau menuntun. Tembang ini mengisahkan masa pencarian jati diri, pencarian cita-cita dan makna diri.
Padha gulangen ing kalbu
Ing Sasmita amrip lantip
Aja pijer mangan nendra
Ing kaprawiran den kaesthi
Pesunen sarinira
Sudanen dhahar lan guling
Artinya:
Lihatlah di dalam hatimu
Tentang suara hati agar menjadi pandai
Jangan hanya makan dan tidur
Turutilah jiwa kesatria
Kendalikanlah anggota tubuhmu
Kurangilah makan dan minum
Filosofi tembang asmarandana adalah mengenai perjalanan hidup manusia yang sudah waktunya untuk memadu cinta kasih dengan pasangan hidup.
Contoh:
Gegaraning wong akrami,
dudu bandha dudu rupa,
amung ati pawitané,
luput pisan kena pisan
yen ta gampang luwih gampang,
yen angèl angèl kalangkung,
tan kena tinumbas arta.
Artinya:
‘modal dalam pernikahan’
‘bukan harta atau rupa’
‘‘hanya hati modal utamanya’
‘sekali jadi, jadi selamanya’
‘jika mudah, semakin gampang
jika sulit, sulitnya bukan main
‘tak bisa ditebus dengan harta
Tembang gambuh adalah tembang yang mengisahkan tahap kehidupan manusia ketika sudah bertemu dengan pasangan yang cocok.
Aja nganti kabanjur,
barang polah ingkang nora jujur,
yen kebanjur sayekti kojur tan becik,
becik ngupayaa iku,
pitutur ingkang sayektos.
Artinya:
Jangan sampai terlanjur
Melakukan perbuatan tidak jujur
Jika sudah terlanjur itu akan mendatangkan celaka
Sebaiknya berusahalah
Ajaran yang sejati
Pangkur merupakan fase uzla (pangkur=menghindar), fase menyepi, fase kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti Allah dan menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup. Tembang ini berkarakter gagah, kuat, perkasa, dan hati besar.
Contoh:
Mangkya darajating praja,
kawuryan wus sunya ruri,
rurah pangrehing ukara,
karana tanpa palupi,
atilar silastuti,
sujana sarjana kelu,
kalulun kalatidha,
tidhem tandhaning dumadi,
ardayengrat dene karoban rubeda.
(Serat Kalatida)
Artinya:
Saat ini keadaan negara
Terlihat sunyi dan sepi
Terlihat telah rusak
Karena tak lagi memiliki panutan
Semua telah meninggalkan tuntunan
Orang cerdik dan pandai tidak bisa berpikir jernih
Karena terpengaruh jaman kalatidha
Keheningan sebagai tanda-tandanya
Sebab jaman benar-benar penuh dengan kekacauan
Megatruh merupakan fase penutup kehidupan dunia di mana roh meninggalkan badan (megat=memisahkan). Tembang ini mengisahkan kesedihan dan kedukaan
Contoh:
sigra milir kang gèthèk sinangga bajul
kawan dasa kang njagèni
ing ngarsa miwah ing pungkur
tanapi ing kanan kéring
kang gèthèk lampahnya alon
(Babad Tanah Jawi)
Artinya:
Sang rakit segera berjalan dengan didorong buaya
Empat puluh yang menjaganya
Ada di depan ada pula di belakang
Begitu pula sisi kiri dan kanan
Rakit pun berlayar dengan perlahan
Baca Juga: 10 Contoh Tembang Mijil dalam Bahasa Jawa, Lengkap dengan Artinya
Dhandanggula merupakan fase puncak kesuksesan secara fisik dan mater (dhandang=bejana). Namun selain kenikmatan gula (manisnya) hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan spiritual.
Contoh:
Lamun bisa samiyp anuladha
Duk ing nguni caritane
Andelira sang Prabu
Sasrabau ing Maespati
Aran Patih Suwanda
Lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara
Guna kaya purun ingkang den antepi
Nuhoni trah utama
Artinya:
Sepantasnya para prajurit
Hendaknya bisa mencontoh
Seperti cerita zaman dahulu
Kepercayaan sang Prabu
Sasrabau di Maespati
Bernam Patih Suwondo
Lelabuhannya
Yang dibingkai tiga perkara
Berguna seperti mau dipegang teguh
Meniru keluarga utama
Durma merupakan fase kehidupan harus lebih banyak didermakan untuk orang lain, bukan mencari kenikmatan hidup lagi (gula). Tembang ini menggambarkan peristiwa duka, selisih, dan juga kekurangan akan sesuatu berkarakter tegas, keras, dan amarah yang menggebu-gebu.
Dipunsami hambanting sariranira,
cecegah dhahar guling,
darapon sudaa,
napsu kang ngambra-ambra,
rerema hing tyasireki,
dadi sabarang,
karsanira lestari
Artinya:
Hendaklah kalian menahan diri,
mengurangi makan dan tidur,
agar berkurang,
nafsu yang tidak keruan,
tenangkan hati kalian,
jadi segalanya,
agar lestari.
Pucung merupakan fase kembali kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali dengan menjadi pocung (jenazah), fase menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan yang Maha Suci. Ada pula yang mengatakan pucung berasal dari kudhuping gegodhongan atau kuncup dedaunan yang segar, tembang ini menceritakan hal-hal lucu dan tebak-tebakan.
Contoh:
Den budiya kapriye ing becikipun,
aja nganti pisah,
kumpule kaya nomeki,
anom kumpul tuwa kumpul kang prayoga.
(serat wulang reh)
Artinya
Sebaik apapun usaha yang diusahakan
Jangan sampai pisah
Seperti menyatunya anak muda
Lebih baik anak muda bersatu dengan orang tua
(Serat Wulang Reh)
Itu dia penjelasan dan contoh tembang macapat bahasa Jawa yang berjumlah 11.
Semoga bermanfaat!
Baca Juga: Tembang Gambuh: Pengertian, Watak, Aturan dan Contoh
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.