Sonora.ID – Pada artikel kali ini akan membahas mengenai contoh kalimat resensi yang bisa kamu gunakan sebagai bahan belajar.
Sebelum belajar mengetahui contoh kalimat resensi, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian resensi.
Resensi adalah sebuah karya tulis yang dibuat berdasarkan penilaian, pengamatan, meninjau, dan melihat kembali suatu karya yang dikonsumsi banyak orang.
Resensi bisa berupa buku, film, musik, atau karya seni lainnya. Ketika menuliskan resensi tidak boleh sembarangan dan harus mengetahui strukturnya dan materinya terlebih dahulu.
Selain itu, tujuan dari resensi dibuat yaitu untuk menunjukkan kepada calon pembaca tentang isi karya tersebut berdasarkan opini penulis resensi.
Lantas apa bedanya resensi dan rewiew? dalam praktiknya kedua sebutan tersebut hampir sama diartikan sebagai teks yang mengulas buku dari kekurangan, kelebihan, dan informasi tentang karya tersebut.
Nah, supaya tidak kebingungan, berikut ini contoh kalimat resensi yang bisa kamu pelajari:
Baca Juga: Kumpulan Contoh Kalimat Logis dan Tidak Logis, Belajar Materi Bahasa Indonesia
Contoh Kalimat Resensi
Berikut ini contoh resensi buku yang ditulis oleh Rusdi Mathari yang berjudul Merasa Pintar Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi Dari Madura yang merupakan buku fiksi. Resensi ini menunjukan kalimat- kalimat yang mengulas isi buku, mulai dari cerita dalam buku, menilai bagian yang menarik dalam buku dan kekurangan yang ada di dalam buku ini, berikut resensinya:
Judul : Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya: Kisah Sufi dari Madura
Penulis : Rusdi Mathari
Cetakan : September 2016
Penerbit : Buku Mojok
Tebal : xviii+226 hlm.; 13×20 cm
ISBN : 978-602-1318-40-9
Baca Juga: 25 Contoh Kalimat Preposition, Lengkap dengan Fungsi, Jenis, dan Terjemahan
Pintar atau bodoh sudah seperti julukan yang melekat pada seseorang. Predikat pintar atau bodoh adalah subjektivitas seseorang yang tampak seperti objektivitas dengan fakta yang sebenarnya bisa dibantah. Orang-orang berlomba-lomba disebut pintar dengan segala cara yang terkesan dipaksakan. Memiliki jabatan yang tinggi berarti pintar, memiliki kekayaan yang berlebih berarti pintar, sekolah tinggi berarti pintar. Dengan semua itu, yang ‘pintar’ dengan mudah menJudge yang lain dengan predikat ‘bodoh’. ‘Pintar’ seolah menghadirkan sesuatu yang paling benar dan sempurna, sehingga patut dijadikan contoh yang menciptakan mayoritas dan menyalahkan yang minoritas.
Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya adalah antologi artikel Rusdi Mathari yang dimuat di situs web Mojok.co sebagai serial Ramadan dua tahun berturut-turut, yakni 2015 dan 2016. Artikelnya disampaikan dalam bentuk cerita pendek yang realis, dengan latar belakang masyarakat muslim Indonesia dengan budaya beragamanya saat ini.
Rusdi Mathari menghadirkan tokoh Cak Dlahom, Mat Piti, Romlah, dan Bunanali meskipun tokoh tersebut bukanlah rekaan mandiri dari Rusdi. Nama-nama tokoh tersebut diambil dalam cerita-cerita humor surabayan. Kurang lebih seperti tokoh Mukidi, yang belakangan kembali populer. Kemiripan gaya Rusdi dengan Dhalom-nya dan Cak Nun dengan Markesot-nya disebabkan oleh strategi yang sama-sama dikutip dari gaya bertutur humor-humor berfragmen pendek. Nama Dhalom sendiri diambil dari diksi Jawa Timur yang kira-kira artinya ‘agak bodoh’.
Kata “bodoh” menjadi refleksi Cak Dhalom mengenai pengetahuan manusia atas agama dan Tuhan. Penulis menekankan pula persoalan “bodoh” tersebut lewat judul yang dipilih untuk diterakan pada buku ini.
Serial Cak Dhalom mengisahkan kejadian sehari-hari disebuah desa di Madura. Sentra kisah ialah Dhalom, duda tua yang hidup sendiri di sebuah gubuk dekat kandang kambing milik Pak Lurah. Dhalom kerap menjadi komentator atau penyulut perbincangan mengenai substansi ibadah, yang membuat para tetangganya merenungkan ulang pemahaman mereka atas agama Islam.
Selain pokok-pokok obrolan itu sendiri, keseharian Cak Dhalom dan para tetangganya juga dijalin menjadi kisah bersambung. Kisah yang mengalir dalam perkembangannya turut memunculkan tokoh-tokoh baru. Latar penulisan buku ini di dua kali ramadan, yang mana bulan ramadhan juga menjadi situasi dalam serial ini, membuat buku ini dibagi dalam dua bab: Ramadan Pertama dan Ramadan Kedua.
Baca Juga: 30 Contoh Kalimat Poster yang Menarik Lengkap, Berbagai Tema
Percaya pada Orang Sinting
Masyarakat desa Ndusel yakin dan tak yakin Cak Dhalom adalah orang yang tak waras, tapi mereka menganggap keberadaan Cak Dhalom sebagai pembeda. Sebagai penyeimbang. Cak Dlahom orang yang dianggap sinting yang kadang mengharu biru. Kadang mereka rindukan, kadang mereka tidak suka. Setiap omongannya seperti melawan arus pendapat orang-orang kampung. Dia hadir dalam cerita sebagai orang yang tak silau pada dunia dan malah menghinakan dirinya sedemikian rupa. Membiarkan orang-orang menganggapnya tak waras. Membiarkan siapa saja meremehkannya.
Rusdi Mathari memulai cerita dengan hal-hal aneh yang dilakukan Cak Dlahom. Masyarakat kampung menganggap apa yang dilakukan Cak Dlahom adalah sesuatu yang tidak wajar, sehingga mereka tidak jarang meneriaki Cak Dlahom dengan diksi ‘gila’, ‘sinting’, ‘tidak waras’. Tetapi setelah mereka mengetahui alasan mengapa Cak Dlahom melakukan hal tersebut, mereka tertunduk, merenung ternyata apa yang dilakukan Cak Dlahom lebih mulia dari apa yang sebenarnya mereka pahami selama ini.
Cak Dlahom pernah tidur di kandang kambing pak Lurah dan membawa anjing tidur bersamanya. Anjing dan kambing-kambing itu dipeluknya bergantian, sambil diajak berbicara. Masyarakat menuduh Cak Dlahom menebarkan najis. Disinilah Cak Dlahom mengaku anjing. Cak Dlahom tidak berani memberi cap kepada orang lain seperti kebanyakan mereka yang menyukainya. Puncak keberaniannya hanyalah meremehkan dirinya sendiri. Cak Dlahom juga pernah telanjang bulat dibilang serambi imam di masjid. Kelakuannya ini membuat gempar masyarakat ternyata dia hanya ingin bersedekah kepada nyamuk yang dianggap juga makhluk Allah yang perlu kita sejahterakan.
Baca Juga: 30 Contoh Kalimat Bujukan yang Menarik dan Efektif Mengajak Orang Lain
Keanehan cak Dlahom tidak berhenti berhenti disitu saja. Dia telah menjadi perhatian masyarakat kampung. Tiba-tiba dia tidak mau berbicara sama sekali. Alasanya adalah Sejak balita sudah diajar bicara dan terus berbicara sampai sekarang. Sudah terlalu banyak berbicara. Mulut ini mengajarkan orang tentang kebajikan dan ketidakbajikan, tapi sebetulnya hanya mengharap orang-orang memujiku sebagai orang yang bijaksana.
Sebagai orang yang alim mulut menasehati orang, tapi perbuatan dan tingkah laku jauh dari yang dinasehatkan. Mulut memberitahu dan mengajarkan sesuatu hanya agar dianggap berilmu luas. Mulut sering berkata-kata yang menyakiti orang lain. Bahkan mendengarkan suaraku saja sebagian orang takut. Sering merasa telah berkata sesuai hati nurani, tapi sebetulnya hanya merancang agar orang lain bisa kagumi dan tidak remehkan.
Kata-kata dirancang sehalus mungkin, tapi dimaksudkan untuk mengiris perasaan orang lain. Mulut berkata-kata agar orang percaya dan bisa dipercaya. Berbicara menyenangkan orang agar dianggap dan dinilai sebagai orang yang menyenangkan. Orang yang asyik, meskipun berdusta. Hanya berbasa-basi. Mulut, hati, dan perbuatan tak pernah sesuai.(hal. 190)
Mat Piti, salah satu tokoh yang sering berinteraksi dengan Cak Dlahom dan keanehannya justru meminta menjadi lebih gila dari Cak Dlahom. Keluguan dan kejujuran Cak Dhalom dirasa Mat Piti, membuat hidup Cak Dlahom damai. Dullah, mantan imam masjid dan Gus Mut keponakannya justru meminta berguru pada Cak Dlahom. Cak Dhalom tentu menolak, mengapa mereka meminta berguru pada orang sinting sepertinya.
Obrolan Cak Dlahom dan orang yang diajaknya bicara, berkesan mbulet, berputar-putar, beruntun, dan pada akhirnya sulit dikenali siapa bilang apa. Sama seperti tokoh-tokoh aneh dan nyeleneh dalam cerita-cerita Putu Wijaya:caranya yang berbeda dalam memandang dunia. Dalam buku ini ada pengakuan Cak Dlahom adalah orang sinting, dia anjing, Cuma wayang, tapi ada saat dia mengaku bisa melihat Tuhan. Dalam pengantar buku ini Mahfud Ikhwan berpesan untuk tidak percaya pada tokoh ini, Rusdi mathari telah memperdaya pikiran kita melalui tokoh Cak Dhalom yang sinting tetapi lebih pintar dari orang yang waras.
Karya Rudy ini mampu menghadirkan sensasi nyata karena keterlibatan secara langsung dengan kebiasaan masyarakat sehari-hari saat bulan puasa. Melalui buku ini kita bisa mengenali penyakit-penyakit kita hari ini,bagaimana kebiasaan beribadah yang ternyata salah, justru semakin menjauhkan kita pada Allah. Pesan yang disampaikan Cak Dlahom dalam cerita ini dapat kita gunakan untuk mempersiapkan bulan ramadhan yang sebentar lagi akan kita jumpai. Atau sekedar bernostalgia dengan ramadhan lalu, bagaimana kita merasa sombong dan percaya diri menjalankan ibadah yang kita anggap benar dan sempurna itu.
Baca Juga: Contoh Kalimat Tesis Berbagai Tema yang Identik dengan Teks Eksposisi
Sumber: Gramedia.com