Tari ini sering ditampilkan dalam acara memperingati hari-hari besar kerajaan Belanda.
Tari payung dibawakan secara berpasangan oleh sepasang muda mudi dan menggunakan payung sebagai instrumen utamanya.
Payung lebih banyak digunakan penari laki-laki, sedangkan penari wanita mengekspresikan gerakan dengan permainan selendang.
Busana yang dikenakan penari pria berupa satu stel baju cekak musang, kain samping, dan tandak (songko).
Busana penari wanita terdiri dari satu stel kebaya labuh, kain songket, ikat pinggang dan selendang.
Tari Wireng, Surakarta)
Masih dari Surakatra, Jawa Tengah, contoh tari berpasangan yang keempat adalah tari Wireng.
Tarian ini merupakan salah satu genre tarian di Jawa Tengah yang mengisahkan tentang perang atau keprajuritan.
Hal tersebut sesuai dengan namanya, di mana secara bahasa tari wireng berasal dari kata “Beksan” yang artinya tari dan “Wiring” merupakan gabungan dari kata wira/perwira dan aeng yang artinya prajurit unggul.
Tarian berpasangan satu ini sudah ada sejak zaman Jenggala Kediri.
Di mana tarian ini diciptakan oleh raja pertama Jenggala dengan gelar Jayanegara untuk mengajarkan dan melatih putranya mengenai ketangkasan berperang.
Tari Legong, Bali)
Sedikit bergeser ke pulau Bali, contoh tari berpasangan yang kelima adalah Tari Legong.
Tarian ini memiliki gerakan yang cukup kompleks, dimana para penari akan memadukan gerakannya dengan iringan musik gamelan tradisional khas Bali.
Tari legong berasal dari salah satu kata dalam bahasa Bali yaitu “Leg” yang artinya gerakan tari yang luwes dan “Gong” yang diambil dari sebuah unsur alat musik gamelan.
Jadi, tari tradisional ini dapat diartikan sebagai sebuah tarian yang gerakannya terikat dengan irama gamelan yang menjadi musik pengiringnya.
Biasanya, tari legong dilakukan wanita secara berpasang-pasangan dengan jumlah tertentu.
Saat ini, tari legong telah dikenal oleh mancanegara dan menjadi salah satu keunikan yang dimiliki masyarakat Bali.
Baca Juga: Awas Kecolongan Lagi! 8 Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia
Tari Janger, Bali
Tari Janger merupakan salah satu tari Bali yang terpopuler. Tari janger diciptakan pada tahun 1930-an.
Janger adalah tari pergaulan muda mudi Bali yang dibawakan 10 orang penari yang berpasangan, yaitu kelompok putri dan putra.
Mereka menari sambil menyanyikan lagu janger secara bersahut-sahutan, mengikuti irama teriakan satu sama lainnya dan menjadikan tarian ini menjadi harmonis.
Tarian ini mengangkat kisah tentang arjuna wiwaha, sunda upanisad, dan lain sebagainya.
Meski tidak sepopuler tari kecak dan tari pendet, tarian ini memiliki makna yang mendalam.
Tari Ketuk Tilu, Jawa Barat
Tari ketuk tilu merupakan tarian khas suku Sunda, yang dianggap sebagai cikal bakal tari jaipongan.
Tarian ini mengandung unsur tari dan pencak silat yang dilakukan laki-laki dan perempuan secara berpasangan.
Gerakan yang dilakukan penari ketuk tilu di antaranya goyang pinggul, pencok muncid, getuk, dan geol.
Nama ketuk tilu berasal dari bunyi tabuhan tiga buah bonang yang menjadi musik pengiringnya.
Kendati cukup terkenal di masa silam, saat ini kepopuleran tari ketuk tilu justru kalah dibandingkan tari jaipong.
Tarian Bambang Cakil, Jawa Tengah
Tarian Bambang Cakil adalah tarian klasik yang berasal dari Jawa Tengah. Tarian ini diadopsi dari salah satu adegan cerita pewayangan.
Adegan yang diambil yaitu adegan perang kembang, yang menceritakan perang antara ksatria dan raksasa.
Ksatria tersebut bernama Janaka yang bersifat halus dan lemah lembut sebagai lambang kebaikan.
Sebaliknya, raksasa bernama Cakil menggambarkan tokoh yang berkarakter kasar, sombong dan bringas yang melambangkan kejahatan.
Makna yang terkandung dalam Tari Bambang Cakil adalah segala bentuk kejahatan dan keangkaramurkaan pasti akan kalah dengan kebaikan.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Berikut Perbedaan Menggambar dan Melukis, Serupa Tapi Tak Sama!