Sonora.ID – Ada berbagai jenis tarian di Indonesia yang dapat dilakukan sendiri ataupun berpasangan.
Namun artikel ini akan fokus membahas contoh tari berpasangan di Indonesia dari berbagai daerah.
Menari adalah salah satu seni menggerakkan tubuh. Menari bisa dilakukan untuk kepentingan tertentu seperti tarian tradisional yang biasanya dilakukan untuk tujuan khusus atau tarian yang dilakukan sebagai bagian dari pendidikan atau kursus.
Tari berpasangan adalah tari yang dilakukan oleh dua orang secara bersamaan. Sesama penari akan bergerak dengan saling melengkapi, mengisi dan berinteraksi, sehingga menciptakan kesepakatan yang baik.
Berikut 10 contoh tari berpasangan di Indonesia, beserta daerah asalnya.
Baca Juga: Pola Lantai Tari Kecak, Lengkap dengan Makna, Tujuan dan Sejarahnya
Tari Zapin, Riau
Membaca kata zapin mungkin banyak yang akan langsung teringat salah satu lagu melayu terkenal dengan judul yang sama yaitu “zapin”.
Namun, tahukah kamu ternyata zapin juga merupakan salah satu seni tari tradisional yang ada di Indonesia.
Tari zapin merupakan salah satu tarian berpasangan yang m yang berasal dari masyarakat melayu yang tinggal di provinsi Riau.
Tarian ini memiliki sifat yang menghibur dan edukatif, di mana dulunya sering dijadikan sebagai media untuk berdakwah agama Islam.
Tari zapin merupakan perpaduan antara budaya Melayu dan Arab.
Di mana secara bahasa, kata zapin sendiri berasal dari Bahasa Arab, yaitu “Zafn” yang artinya gerakan kaki yang mengikuti rentak pukulan dengan cepat.
Selain itu, tarian ini juga ditampilkan dengan menggunakan iringan lagu dari Yaman.
Untuk iringan lagu atau musiknya tersebut, tarian ini menggunakan dua alat musik utama yaitu marwas (gendang kecil) dan gembus.
Tari Piring, Sumatera Barat
Tari piring atau tari piriang adalah tarian daerah asli Minangkabau, Sumatera Barat. Tarian ini menampilkan atraksi menggunakan piring.
Para penari mengayunkan piring di tangan dengan gerakan cepat yang teratur, tanpa satu pun piring terlepas dari tangan.
Tari piring dibawakan dalam bentuk berpasangan putra dan putri dalam sebuah kelompok pementasan.
Pada zaman dahulu tari piring dipentaskan pada saat panen sebagai ungkapan syukur dan rasa gembira.
Sesuai perkembangan zaman, saat ini tari piring dipentaskan pada acara-acara penting, seperti acara pernikahan, penyambutan tamu terhormat, atau acara pembukaan adat.
Tari piring juga menjadi tarian populer Indonesia yang sering ditampilkan di ajang promosi wisata dan kebudayaan Indonesia.
Tari Serampangan Dua Belas, Sumatera Utara
Tari Serampang Dua Belas adalah tari tradisional yang berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini merupakan tari klasik dari Melayu yang diciptakan oleh Guru Sauti.
Tarian ini menggambarkan mengenai kisah percintaan dari dua anak manusia yang dimulai dari proses perkenalan hingga akhirnya ke jenjang pernikahan.
Tari berpasangan ini memiliki pesan moral berupa, apabila sudah memiliki pasangan yang cocok, maka hendaknya tidak menunda-nunda dan segera ke pelaminan.
Sebelum dikenal dengan nama tari Serampang Dua Belas, tarian ini sebelumnya bernama Pulau Sari sesuai dengan lagu yang menjadi pengiring lagu ini yaitu lagu Pulau Sari.
Akan tetapi, nama Pulau Sari ini dirasa tidak cocok, dikarenakan tarian yang memiliki nama Pulau biasanya memiliki tempo cepat atau rumba.
Sementara itu, nama Dua Belas berarti tarian yang memiliki gerakan tercepat diantara lagu yang berjudul Serampang.
Alasan lain dari perubahan nama menjadi Serampang Dua Belas karena merujuk pada ragam gerak yang digunakan sebanyak 12 gerak.
Baca Juga: 10 Contoh Tari Tunggal di Indonesia, Beserta Daerah Asalnya!
Tari Bedhaya Ketawang, Surakarta
Contoh tari berpasangan yang ketiga adalah tari Bedhaya Ketawang. Jika dua tarian sebelumnya berasal dari pulau sumatera, contoh tarian ketiga ini berasal dari pulau Jawa, tepatnya di Kota Surakarta.
Tari Bedhaya ketawang adalah sebuah seni tari kesabaran. Tarian ini sangat sakral karena hanya bisa diperlihatkan saat penobatan tahta raja di kesultanan Surakarta saja.
Artinya, kamu tidak dapat melihat tarian ini jika di hari-hari biasa.
Secara bahasa, kata “Bedhaya” artinya penari perempuan di istana dan “Ketawang” artinya langit atau mendung pada langit.
Selain itu, kata ketawang juga merupakan sebuah simbol dari sesuatu hal yang suci, tinggi, dan merupakan tempat tinggal para dewa.
Menariknya, tari ini bukan hanya sebuah tarian tradisional semata karena dahulu tarian ini merupakan salah satu aktivitas religius yang dilakukan oleh para kaum ningrat di Jawa.
Tari Piring, Sumatera Barat
Tari payung merupakan salah satu tarian tradisional Minangkabau, Sumatera Barat.
Tari payung tergolong dalam tarian melayu versi Minangkabau yang dahulu menjadi bagian dari pertunjukan seni drama dan tari.
Tari ini sering ditampilkan dalam acara memperingati hari-hari besar kerajaan Belanda.
Tari payung dibawakan secara berpasangan oleh sepasang muda mudi dan menggunakan payung sebagai instrumen utamanya.
Payung lebih banyak digunakan penari laki-laki, sedangkan penari wanita mengekspresikan gerakan dengan permainan selendang.
Busana yang dikenakan penari pria berupa satu stel baju cekak musang, kain samping, dan tandak (songko).
Busana penari wanita terdiri dari satu stel kebaya labuh, kain songket, ikat pinggang dan selendang.
Tari Wireng, Surakarta)
Masih dari Surakatra, Jawa Tengah, contoh tari berpasangan yang keempat adalah tari Wireng.
Tarian ini merupakan salah satu genre tarian di Jawa Tengah yang mengisahkan tentang perang atau keprajuritan.
Hal tersebut sesuai dengan namanya, di mana secara bahasa tari wireng berasal dari kata “Beksan” yang artinya tari dan “Wiring” merupakan gabungan dari kata wira/perwira dan aeng yang artinya prajurit unggul.
Tarian berpasangan satu ini sudah ada sejak zaman Jenggala Kediri.
Di mana tarian ini diciptakan oleh raja pertama Jenggala dengan gelar Jayanegara untuk mengajarkan dan melatih putranya mengenai ketangkasan berperang.
Tari Legong, Bali)
Sedikit bergeser ke pulau Bali, contoh tari berpasangan yang kelima adalah Tari Legong.
Tarian ini memiliki gerakan yang cukup kompleks, dimana para penari akan memadukan gerakannya dengan iringan musik gamelan tradisional khas Bali.
Tari legong berasal dari salah satu kata dalam bahasa Bali yaitu “Leg” yang artinya gerakan tari yang luwes dan “Gong” yang diambil dari sebuah unsur alat musik gamelan.
Jadi, tari tradisional ini dapat diartikan sebagai sebuah tarian yang gerakannya terikat dengan irama gamelan yang menjadi musik pengiringnya.
Biasanya, tari legong dilakukan wanita secara berpasang-pasangan dengan jumlah tertentu.
Saat ini, tari legong telah dikenal oleh mancanegara dan menjadi salah satu keunikan yang dimiliki masyarakat Bali.
Baca Juga: Awas Kecolongan Lagi! 8 Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia
Tari Janger, Bali
Tari Janger merupakan salah satu tari Bali yang terpopuler. Tari janger diciptakan pada tahun 1930-an.
Janger adalah tari pergaulan muda mudi Bali yang dibawakan 10 orang penari yang berpasangan, yaitu kelompok putri dan putra.
Mereka menari sambil menyanyikan lagu janger secara bersahut-sahutan, mengikuti irama teriakan satu sama lainnya dan menjadikan tarian ini menjadi harmonis.
Tarian ini mengangkat kisah tentang arjuna wiwaha, sunda upanisad, dan lain sebagainya.
Meski tidak sepopuler tari kecak dan tari pendet, tarian ini memiliki makna yang mendalam.
Tari Ketuk Tilu, Jawa Barat
Tari ketuk tilu merupakan tarian khas suku Sunda, yang dianggap sebagai cikal bakal tari jaipongan.
Tarian ini mengandung unsur tari dan pencak silat yang dilakukan laki-laki dan perempuan secara berpasangan.
Gerakan yang dilakukan penari ketuk tilu di antaranya goyang pinggul, pencok muncid, getuk, dan geol.
Nama ketuk tilu berasal dari bunyi tabuhan tiga buah bonang yang menjadi musik pengiringnya.
Kendati cukup terkenal di masa silam, saat ini kepopuleran tari ketuk tilu justru kalah dibandingkan tari jaipong.
Tarian Bambang Cakil, Jawa Tengah
Tarian Bambang Cakil adalah tarian klasik yang berasal dari Jawa Tengah. Tarian ini diadopsi dari salah satu adegan cerita pewayangan.
Adegan yang diambil yaitu adegan perang kembang, yang menceritakan perang antara ksatria dan raksasa.
Ksatria tersebut bernama Janaka yang bersifat halus dan lemah lembut sebagai lambang kebaikan.
Sebaliknya, raksasa bernama Cakil menggambarkan tokoh yang berkarakter kasar, sombong dan bringas yang melambangkan kejahatan.
Makna yang terkandung dalam Tari Bambang Cakil adalah segala bentuk kejahatan dan keangkaramurkaan pasti akan kalah dengan kebaikan.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Berikut Perbedaan Menggambar dan Melukis, Serupa Tapi Tak Sama!