Sonora.ID - Upacara adat merupakan sebuah tradisi yang dimiliki masyarakat tradisional dan mempunyai nilai yang kental serta relevan untuk kebutuhan masyarakat yang mendukung upacara tersebut.
Upacara adat biasanya digelar dengan berbagai tujuan seperti untuk menghormati Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhurnya, untuk tujuan sosial (pengendalian, norma, dan pengelompokkan sosial), untuk pengintegrasian di antara pandangan hidup dan sistem nilai budaya.
Di Indonesia sendiri upacara yang dilestarikan secara turun-temurun dan digelar sesuai kepercayaan daerah masing-masing ini pun memiliki berbagai macam jenis dimulai dari upacara pernikahan, kelahiran seorang anak hingga kematian.
Dalam artikel ini kita akan membahas secara khusus mengenai upacara adat Jawa Tengah yang kami kutip dari berbagai sumber.
Baca Juga: Berikut Upacara Adat di Bali yang Terkenal dan Populer
Upacara Adat Jawa Tengah
1. Pernikahan
Kumbakarnan
Selamatan usai memusyawarahkan segala hal yang perlu dipersiapkan untuk pernikahan dan biasanya digelar 7 hari sebelum acara.
Pasang Tarub
Selamatan untuk mempersiapkan acara pernikahan yang biasanya digelar 2 atau 1 hari sebelum acara.
Midodareni dan Majemukan
Selamatan dan pelaksanaan tebusan kembar mayang. Usai penebusan kembar mayang akan diadakan selamatan majemukan untuk mendoakan kelancaran dan keselamatan acara.
Selamatan Walimahan
Selamatan yang digelar setelah ijab kabul.
Sepasaran Manten
Selamatan yang digelar pada hari kelima usai ijab kabul terlaksana.
2. Kelahiran Anak
Ngupati
Upacara yang digelar saat usia kandungan menginjak 4 bulan.
Nglimani
Upacara yang digelar saat usia kandungan pada kehamilan pertama menginjak 5 bulan.
Mitoni atau Tingkeban
Upacara yang digelar saat usia kandungan menginjak 7 bulan.
Nyangani
Upacara yang digelar saat usia kandungan pada kehamilan pertama menginjak 9 bulan.
Brokohan
Upacara selamatan yang digelar usai kelahiran bayi.
Mendhem Ari-Ari
Biasanya ari-ari ditempatkan di dalam kendi dan diberi daun talas sebagai simbol agar sang anak ke depannya tidak memikirkan duniawi saja.
Setelah itu ari-ari dipendam oleh sang ayah di dekat pintu utama rumah, diberi pagar bambu serta penerangan berupa lampu minyak selama 35 hari.
Sepasaran
Selamatan yang digelar pada hari kelima kelahiran bayi. Disertai dengan pemberian nama, aqiqah, bancakan.
Puputan
Upacara selamatan yang digelar usai sisa tali pusar lepas.
Selapanan
Selapanan atau hari memperbagus fisik sang bayi merupakan selamatan yang digelar di hari ke-35 kelahiran bayi.
Tedhak Siti
Selamatan untuk mendoakan kebaikan sang anak dan digelar saat sang anak berusia 7 lapan atau 7 x 35 hari.
Setahunan
Selamatan yang digelar saat sang anak telah berusia satu tahun.
3. Kematian
Surtanah
Upacara yang digelar setelah mayat dikebumikan. Digelar dengan harapan agar ruhnya mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Tuhan.
Nelung Dina
Selamatan hari ketiga dari hari kematian dengan tujuan memohonkan ampunan agar mendiang bisa memperoleh jalan yang terang menuju-Nya.
Mitung Dina
Selamatan yang digelar pada hari ketujuh dari hari kematian.
Matang Puluhan
Selamatan yang digelar pada hari ke-40 dari hari kematian. Digelar dengan khataman Al-Qur’an.
Nyatus Dina
Selamatan yang digelar pada hari ke-100 dari hari kematian dengan tujuan untuk menyempurnakan yang bersifat badani.
Mendhak Pisan
Peringatan 1 tahun pertama setelah hari kematian.
Mendhak Pindho
Peringatan 2 tahun setelah hari kematian.
Nyewu Dina
Purna upacara bagi orang yang telah meninggal yang digelar pada hari ke-1000 usai kematiannya.
Haul/Kol
Selamatan peringatan tahunan bagi orang yang telah meninggal yang digelar pada hari pasaran dan bulan wafatnya.
Baca Juga: Mengenal Upacara Adat Mondosiyo Tawangmangu, Karanganyar
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.