Dikutip dari Tribunsolo.com, salah satu jamaah masjid ini juga, Marwoto menuturkan bahwa di rencana awal ketika warga mendirikan masjid darurat ini, pelaksana jalan tol berniat ingin menyewakan sebuah rumah untuk dijadikan sebagai masjid sementara dengan memberikan uang sewa sebesar Rp 15 juta.
Kemudian melalui pengurus masjid dan pelaksana tol pun melakukan musyawarah dan disepakati untuk menggunakan salah satu rumah sebagai masjid sementara itu kurang layak.
"Terus saya beri solusi. (Masjid darurat) dengan menggunakan atap terpal, menyewa brak (kajang) atau memindahkan kanopi masjid lama," jelasnya kepada wartawan. Senin (20/03/2023).
Selanjutnya dengan adanya opsi tersebut, opsi yang dipilih adalah pemindahan kanopi masjid, hanya saja masih kurang banyak dan kemudian warga pun membeli besi dan atap galvalum serta bagian dinding masjid menggunakan internet dengan tiang baja ringan.
"Dari pengurus nanti atapnya ini kan sekalian untuk menutupi halaman masjid. Jadi sewaktu-waktu jamaahnya membludak bisa digunakan," jelasnya.
"Sedangkan, internit dan baja ringannya bisa digunakan untuk plafon ketika masjid permanen telah dibangun," tambahnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa ketika membangun masjid darurat ini telah mengeluarkan kocek sebesar Rp. 16 juta yang digunakan untuk membeli besi holo dan atap serta dinding.
Menurut keterangannya hingga saat ini dari pelaksana tol belum memberikan uang pengganti terkait sewa rumah untuk masjid ini.
"Katanya masih diproses gitu. Tapi juga nggak tahu kapan mau dicairkan," terangnya.
Ia juga menambahkan bahwasanya perlengkapan yang berada di masjid sebelumnya juga telah dipindahkan di lokasi ini. Seperti karpet, lemari, kipas, hingga pengeras suara yang dimiliki masjid.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Ditolak! Rumah Biliar di Banjarmasin Tetap Dilarang Saat Ramadan