Sibuk Bekerja Cari Rejeki, Rini Tetap Bawa Anak Imunisasi untuk Proteksi Buah Hati

19 April 2023 15:45 WIB
ilustrasi
ilustrasi ( Sonora/Saortua Marbun)

Sonora.ID – Pagi itu, Rini Hairani (36 th) terlihat begitu sibuk menyiapkan bekal bagi dua orang anaknya, Hannah (7 th) dan Hagi (10 bln). Statusnya sebagai pekerja di salah satu perusahaan media di Jakarta mengharuskannya setiap hari meninggalkan kedua buah hatinya tanpa melupakan kewajiban sebagai seorang ibu. Saat akan berangkat kerja, Rini dengan sigap menyiapkan bekal sekolah buat Hannah sekaligus makanan pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi Hagi. Usai menyiapkan makanan, Rini bersama suami yang tinggal di Bekasi Selatan ini pun bergegas menitipkan sepasang anaknya ke rumah kakaknya lalu pergi bekerja mencari rejeki.

“Repot mah pasti, repot banget apalagi saya nggak punya mba kan (ART), mba nya ada cuma buat ngurusin rumah tapi buat megang anak belum dapat, susah banget, jadi saya nitipin anak-anak ke kakak. Jadi aktivitasnya, pagi sebelum saya ke kantor, saya siapin bekal anak dulu, bekal sekolah sama bekal dia di rumah kakak. Kemudian bikin makan buat bayi karena sudah MP-ASI kan,” ujarnya kepada Sonora, Selasa (18/04)

Sebagai ibu yang bekerja di tengah hiruk pikuk kota megapolitan seperti Jakarta, Rini mengaku sempat cemas dengan situasi penularan Covid-19 yang merebak dan mengakibatkan jutaan orang meninggal dunia. Ditengah situasi Covid-19, bukan perkara yang mudah bagi Rini untuk tetap menjaga kesehatan keluarga meski sang suami pada akhirnya juga ikut tertular Covid-19 sebanyak dua kali.

“Aku sendiri mikir, kurang apa, prokes ketat sudah, masker nggak pernah dilepas meskipun di kantor, terus anak juga di sekolah. Apalagi suamiku tuh lebih jauh over protective, aware terhadap prokes gitu,” ujarnya.

Baca Juga: Adakah Ciri-Ciri Imunisasi BCG yang Gagal? Orang Tua Perlu Tahu!

Seiring dengan waktu, sejak Covid-19 muncul pada 2 Maret 2020 lalu ,perlahan tapi pasti Indonesia ternyata mampu mengendalikan pandemi Covid-19 dengan baik. Presiden RI Joko Widodo resmi mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia pada Jumat (30/12 2022). Menurut Presiden Jokowi, Indonesia termasuk negara yang berhasil mengendalikan pandemi Covid-19 dengan baik dan sekaligus bisa menjaga stabilitas ekonominya.

“Setelah mengkaji dan mempertimbangkan perkembangan tersebut kurang lebih selama 10 bulan maka pemerintah memutuskan untuk mencabut PPKM yang tertuang dalam instruksi Mendagri nomor 50 dan 51 Tahun 2022,” ucap Presiden Jokowi.

Namun perlu diakui, terpaan pandemi Covid-19 juga berdampak pada berbagai sendi-sendi kehidupan, termasuk sektor kesehatan. Salahsatunya, rendahnya cakupan imunisasi rutin lengkap anak. Percepatan perlu dilakukan. Untuk mengejar kekurangan cakupan tersebut pemerintah lewat Kementerian Kesehatan RI menyelenggarakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dalam rangka Pekan Imunisasi Dunia, 24 hingga 30 April 2023.

Kesempatan imunisasi lewat BIAN 2023, ternyata ikut dimanfaatkan juga oleh Rini dengan membawa anak Hagi (10 bulan) untuk mengikuti imunisasi di Posyandu Anyelir, Sekretariat RW 015, Patuha Selatan, Kayuringin Jaya Bekasi Selatan. Menurutnya, imunisasi penting untuk perlindungan diri bagi tubuh anaknya kelak untuk tetap sehat.

“Iya sekali datang ke posyandu, disuntik dua kali, DPT-3 sama PCV. Jadi satu kali datang ke posyandu, dapat dua kali suntikan,” ungkap Rini

Rini pun mengakui percepatan cakupan imunisasi anak sangatlah penting. Apalagi akibat pandemi Covid-19, sebagian orangtua cenderung tidak mau datang ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) untuk membawa anaknya imunisasi. Tekad menjaga anaknya sehat dengan imunisasi ia sematkan meski masyarakat disekitar tempat dimana ia tinggal memilih tidak peduli dengan kegiatan imunisasi.

“Ini kan terlambat, kita harus ngejar kan. Aku aja mau nyari vaksin campak bagi anakku aja ini, nyari dulu kan. Kemarin di posyandu belum tersedia karena minimal harus ada tiga anak untuk vaksinasi campak. Jadi harus ke fasilitas kesehatan. Sementara ke faskes, otomatis harus hari biasa kan. Bagi waktunya buat aku, harus menyempatkan diri waktu sehari untuk imunisasi. Tapi harus tahu dulu neh, faskes mana yang menyediakan vaksin campak,” terangnya

Mengenai datang ke posyandu lalu mendapatkan dua suntikan vaksin dalam proses imunisasi balita Hagi, sang ibu Rini Khairani bercerita kalau kader posyandu terlebih menanyakan lewat komunikasi Whatsapp (WA). Pertanyaan yang dilontarkan seputar berapa usia anak, sudahkah mendapat vaksin imunisasi jenis tertentu dan mengapa sang anak diberikan suntikan imunisasi sebanyak dua kali, turut disampaikan.

"Dijelasin suntikan yang PCV itu gunanya buat apa. Free juga kalo di posyandu dan vaksin PCV itu kalau diluar bisa mencapai 1,5 juta rupiah. Tapi gitu sih, nggak enaknya efek samping ikut imunisasi begitu, paling rewel. Tapi, paling cuma dua hari si Hagi, habis itu aktif kembali. Tapi, di Posyandu kita mendapatnya gratis. Penting banget buat emak-emak. Apalagi jaman begini kan,” kata Rini sambil berkelakar

Mengingat arti penting imunisasi pada anak, Rini kemudian mengajak orangtua untuk segera mendatangi posyandu atau puskesmas terdekat. Imunisasi menurut Rini akan memberikan proteksi dari dalam atau antibodi bagi anak. Ia pun menilai propaganda anti vaksin lewat kegiatan imunisasi tidaklah tepat. Ibu yang juga berprofesi sebagai jurnalis ini menegaskan lebih baik fokus pada kesehatan dari anak.

“Banyak hal, propagandaa-propaganda apa, udahlah !. Ini kan berfikirnya imunisasi kan buat anak. Imunisasi utama kan nggak banyak kasus yang aneh-aneh kan. Vaksin dalam imunisasi anak kan sudah ada sejak nenek moyang kita, sudah diuji. Kalau disekolah anak saya, untuk persyaratan masuk sekolah itu harus ikut vaksinasi penuh,” tegasnya

Mengenai efek samping, Komite Nasional PP KIPI memastikan efek samping dari pemberian imunisasi ganda, akan tetap sama. Selama pemberiannya dilakukan sesuai prosedur.

"KIPI-nya bukan berarti nambah, jadi tidak ada beda, mau disuntik sekali, dua kali, mau disuntik tiga sekaligus. KIPInya itu tidak (nambah), misal vaksin A plus vaksin B plus vaksin C sama gitu," kata Ketua Komisi Nasional KIPI Prof. Hindra Irawan Satari

Prof. Hindra menjamin imunisasi ganda aman jika diberikan secara bersamaan. Dia menekankan, KIPI yang timbul usai melakukan vaksinasi bukan berarti menambah efek samping dari masing-masing jenis vaksin.

"Jadi efek sampingnya bukan efek kumulatif. Misalnya penjumlahan dari KIPI-KIPI vaksin-vaksin itu," ujarnya

Ia kemudian menjelaskan pihaknya juga pernah melakukan penelitian di Lombok, Nusa Tenggara Barat terkait pemberian imunisasi ganda. Dia timnya melakukan uji coba terhadap kelompok imunisasi PCV dengan kelompok yang diimunisasi ganda dengan PCV+Pentabio.

Dalam reaksi lokal pasca imunisasi ganda tidak berbeda yang ditimbulkan adalah nyeri dan bengkak. Sedangkan, reaksi sistemik pascaimunisasi ganda tidak berbeda yang timbul, yakni demam dan iritasi.

Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menggelar Pekan Imunisasi Dunia 2023 yang akan dilaksanakan selama pekan terakhir bulan April. Dalam pelaksanaannya tahun ini, Kemenkes akan membawa tema nasional yang bertajuk "Ayo Lindungi Keluarga dan Masyarakat dengan Imunisasi Lengkap". Dalam penyelenggaraan Pekan Imunisasi 2023, Direktur Pengelolaan Imunisasi, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dr. Prima Yosephine Berliana Tumiur Hutapea, MKM, menjelaskan akan ada beberapa antigen/imunisasi baru yang akan dimasukkan ke dalam program imunisasi nasional.

"Pengenalan imunisasi antigen baru ini yang akan dimasukkan program imunisasi nasional," ungkap dr. Prima dalam sebuah acara Temu Media di Kantor Kemenkes, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Menurut dr. Prima, penambahan imunisasi antigen baru ini bertujuan sebagai komitmen pemerintah dalam memenuhi hak warga negara, khususnya pada bayi dan anak. Sehingga, dapat mencegah mereka dari penularan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi (PD3I).

Untuk jenis imunisasi yang akan ditambahkan dalam program nasional tahun 2023 :

1. PCV

Jenis imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) bertujuan untuk mencegah terjadinya pneumonia atau radang paru pada anak. Imunisasi wajib PCV ini sebenarnya sudah dilaksanakan sejak tahun 2016, namun masih di beberapa kota/kabupaten saja. Sedangkan per September 2022, semua daerah sudah mulai memasukkan dan melakukan imunisasi PCV secara nasional. Ditargetkan tahun 2023 bisa meluas hingga se-Indonesia.

2. HPV

Imunisasi Human Papilomavirus Vaccine (HPV) bermanfaat untuk mencegah terjadinya kanker leher rahim atau serviks. Untuk pelaksanaanya diwajibkan kepada anak perempuan berusia 5 dan 6 SD. Pemberian imunisasi HPV sudah dilakukan di beberapa provinsi seperti DKI Jakarta, DIY, jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Kemudian pada 2022 diperluas lagi ke beberapa kabupaten/kota di Indonesia. Ditargetkan tahun 2023 ini imunisasi HPV sudah bisa dilaksanakan secara nasional.

"Tahun 2023 vaksinasi HPV akan diperluas secara nasional. HPV merupakan bagian imunisasi anak sekolah, sehingga pelaksanaannya dilakukan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah. BIAS tahun 2023 ini untuk pemberian HPV akan diberikan kepada semua kabupaten kota se-Indonesia," tutur dr. Prima.

3. Rotavirus

Imunisasi Rotavirus bertujuan untuk mencegah diare berat dan komplikasinya yang disebabkan oleh virus Rota. Pada beberapa tahun belakangan, vaksin Rotavirus sebagai program imunisasi wajib baru diberikan di 100 lebih kabupaten/kota dan mewakili tiap pulau, kemudian akan diperluas menjadi nasional tahun ini.

4. IPV 2

Imunisasi lainnya yang akan dijadikan program nasional adalah Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) dosis kedua. Vaksin ini bertujuan untuk memperkuat perlindungan si kecil dari bahaya polio. Pada tahun 2022, imunisasi dosis kedua ini baru dijadikan program imunisasi wajib di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Mulai tahun ini akan diperluas lagi secara nasional. Untuk pemberiannya dosis pertama ketika bayi berumur 4 bulan, dan IPV dosis kedua saat bayi berusia 9 bulan.

5. JE

Vaksin JE atau Japanese Encephalitis bermanfaat untuk mencegah ensefalitis (radang otak) pada anak. Vaksin ini baru menjadi imunisasi wajib pada 2018 di Bali, dan tahun 2023 akan diperluas ke Kalimantan Barat saja.

Dengan adanya pengenalan imunisasi antigen baru di tahun ini, dr. Prima mengungkapkan ini semua merupakan komitmen pemerintah untuk anak-anak dan masyarakat agar terhindari dari PD3I. Termasuk penyakit yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan bahkan kematian.

Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm