Baginya, wanita tidak hanya di dapur, tetapi juga harus mempunyai ilmu.
Ia mulai mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya.
Setelah dipingit dari usia 15 tahun , R.A Kartini akhirnya menikah pada usia 24 tahun.
Tanggal 12 November 1903, K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat memperistrinya.
Namun sayangnya Kartini bukanlah sebagai istri pertama, melainkan sebagai istri keempat dari Bupati Rembang tersebut.
Ternyata Suami Kartini bisa mengerti jalan pikiran Kartini . Suaminya pun mendukung keinginan Kartini untuk mendirikan sekolah wanita.
Sekolah itu didirikan di sebelah timur pintu gerbang kompleks Kantor Kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai gedung pramuka.
Baca Juga: 30 Quotes Hari Kartini 2023 yang Penuh Semangat dan Menginspirasi
Perjuangan Sang Pahlawan Emansipasi Wanita
Keinginan Kartini untuk memajukan pendidikan bagi kaum perempuan, terinspirasi dari buku, koran dan majalah Eropa yang sering dibacanya.
Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Ia sering membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft.
Ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan), antara lain majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, serta majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.
Kartini juga sering menuliskan pemikirannya, dan mengirimkannya ke berbagai majalah dan surat kabar, salah satunya majalah De Hollandsche Leile.
Dari suratnya itu, terlihat bahwa Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian sambil membuat catatan kecil.
Kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum.
Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Beberapa buku yang dibaca Kartini sebelum berusia 20 adalah Max Havelaar dan Surat-surat Cinta karya Douwes Dekker alias Multatuli.
Kartini juga sempat membaca De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Couperus dan Van Eeden, buku karya Augusta de Witt, dan buku roman-feminis karya Goekoop de-Jong Van Beek. Semua buku yang dibacanya ini tertulis dalam bahasa Belanda.
Meski tidak sempat berbuat banyak untuk kemajuan bangsa dan tanah air, Kartini mengemukakan ide pembaharuan masyarakat yang melampaui zamannya, lewat suratnya yang bersejarah.
Pada 13 September 1904, Kartini melahirkan anak pertamanya. Beberapa hari kemudian, pada 17 September 1904, Kartini menghembuskan napas terakhirnya.
Setelah Kartini wafat, Jacques Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.
Surat Kartini tersebut kemudian diterbitkan di negeri Belanda pada 1911, oleh Mr JH Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht, berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: Kumpulan 35 Link Twibbon Hari Kartini, Rayakan Perjuangan Emansipasi Wanita!