Lanjut mencari kelas IX-1 yang syukurnya ternyata di lantai bawah.
“Tir sini, aa… kangen berat tau gak.” Tania.
“Iya sama, lagian Ntan, ngapain sih pake acara pulang kampung selama sebulan pula tuh. Tapi syukur banget sih akhirnya kita sekelas lagi” kataku kegirangan sambil duduk di kursi sampingnya Tania.
“Ya mau gimana lagi yah, kalo aku gak ikut orangtua trus sendiri dong di rumah, ngeri banget kalo dibayangin, apalagi malam Tir, ihh ogah mah yaww dipeluk hantu” ujar Tania sambil membayangkan.
“Kan bisa Ntan mu nginep di rumahku”, dengan sedikit sebel menjawab Tania.
“Yaa, mu mah enak bilang gitu, yang segan mah aku nya Tir. Masa selama tiga puluh hari numpang hidup sama keluargamu. Orang tuamu emang gak masalahin tapi kamu tau sendiri lah Fadilah Tania Kiran ini gimana” ujar Tania membela diri.
“Sok malu, sok segan, sok santun, masih banyak lagi.” ucapku bercanda.
“Ihh, TIARA” teriak Tania.
“Iya hadir Ntan, udah ah hayuklah ke lapangan.” bujukku sebelum emosinya memuncak dan berhubung sebentar lagi jam tujuh tepat.
Berbaris rapi, siap dan tegap untuk mengikuti upacara bendera yang dilakukan pengurus OSIS pagi ini. Seusai upacara dengan sedikit susah diatur bagi siswa baru yang telah seminggu sudah menyelesaikan masa pengenalan lingkungan sekolah atau singkatnya MPLS. Seperti biasa di awal masuk pasti bersama walas dan tak luput dari pengenalan diri. Berhubung kami telah dua tahun bersama tentu tidak ada yang tidak kenal lagi, ada yang satu organisasi, dikenalkan dari teman satu kelas dulu, dan lainnya.
“Baiklah semuanya kita sudah menyepakati perangkat kelas tanpa debat, berhubung lima menit lagi istirahat kita cukupkan sampai disini. Pesan Ibu tolong patuhi semua kesepakatan dengan guru mata pelajaran kalian. Ibu pamit dulu dan silahkan istirahat”, penyampaian arahan berwibawa dari wali kelas kami Bu Walen, yang biasa dipanggil Bu Wal mengajar seni budaya.
“Baik Bu, siap Bu, oke Bu.” berbagai jawaban kelas dengan tujuan yang sama.
“Bawa bekal kan Ntan?” tanyaku.
“Yooii bawa, makan di kelas atau gazebo Tir?” Tania.
“Kelas aja deh.” kami makan sambil berbincang-bincang.
“Jujur deh, seneng banget loh kita sekelas lagi.” Tania. “Iyalah, inget yah kita bukan musuh bukan saingan, kita satu kelas lagi dan terpenting sahabatan. Jadi harus saling menguatkan terutama kerjasama yang legal.” ujarku.
“Contohin dong yang ilegal tuh kayak mana.” canda Tania. “Yaelah, kayak mu yang minta contekan ujian waktu itu loh.” ujarku sok serius.
“Enak aja, emang pernah yah?” tanyanya.
“Yah, sok lupa dia”, ujarku sambil tertawa dan Tania beneran mikir kapan dia nyontek, padahal kan emang gak pernah, setauku.
“Udah-udah ah, janji dulu kita akan terus saling menguatkan, membantu dan kerjasama sesuai kemampuan kita”, kata Tania serius.
“Iya, janji, janji, janji.” ucap kami mode serius saling menautkan kelingking dan serentak mengucapkan “SAH.” lalu tertawa terbahak-bahak.
Sebulan ini telah berlangsung kegiatan kami seperti biasa. Tiba-tiba Jiji naik ke atas mejaku. “Tania, Tiara, Kalian kenapa sih selalu aja makan, cerita, pulang pun berdua.” interogasinya.
“Emang kenapa? Apa mu terganggu Ji? Yang lain masalah juga kah?.” tanyaku sedikit emosi. “Apa pernah kalian dengar kami gibahin kalian, trus apa dong masalah buat kalian? Ngapain kamu nanya gitu Ji. Kesan mu ngomong gitu sedikit menyentil loh Ji. Dan maaf aja yah soal bercerita sama kalian belum bisa, ku gak tau apa kalian ini ember apa bukan, apa kalian peduli dengan ceritaku yang mungkin gak sefrekuensi dengan kalian.” Tania ikut terbawa emosi dengan kelakuan Jiji.
“Oh satu lagi, tolong sedikit sopan yah, untung gak ada guru ngelintas depan kelas” ucap Tania memukul meja lumayan keras.
“Bentar ada lagi, privasiku hanya orang tertentu yang boleh tau. Jadi tolong mengerti aja, kita satu kelas, kita semua teman, jadi mending kita saling memberi kesan yang baik aja yah.” jelasku yang memang gak pengen bikin masalah dan biar tidak ada yang merasa didiskriminasi.
Keesokan pagi jam pertama sama walas, Bu Wal bertanya soal masalah kami kemarin. Ternyata probleman kami kemaren sampe ke telinga Bu Wal.
“Salah satu dari kalian tolong jelaskan rinci keributan di kelas kemarin. Ibu tidak ingin ada keributan antar anak asuh Ibu. Tidak ada pengelompokan dan geng-gengan.” jelas Bu Wal.
“Baik Bu, biar Tiara terangkan masalah kemarin”, jawabku.
Setelah mendengar penjelasan dariku tidak ada sanggahan dari teman karena yang kusampaikan seperti adanya. “Oke Bu Wal simpulkan, kalian pengen Tiara dan Tania terbuka, transparan dengan kalian, benar?” Bu Wal. “Iya Bu, benar.” jawab mereka sebagian.
“Dulu Bu Wal juga pernah remaja seperti kalian, memang benar kita bercerita lebih sering pada teman yang kita percaya seperti seorang sahabat. Tapi Tiara sama Tania jangan berdua aja terus, kalian semuanya harus bersosialisasi antar satu sama lain, ngumpul bareng-bareng, saling mencurahkan. Bukan berarti Bu Wal meminta pada anak didik Ibu membicarakan masalah pribadi ya. Seperti status keluarga, tapi biasakan mengangkat topik umum yang dibahas siswa remaja, supaya suasana kelas ramai hingga nantinya tercipta rasa kekeluargaan. Kalian saling dekat satu sama lain, damai dan ramai. Bu Wal sebagai walas pun senang, bisa dimengerti dan laksanakan ya nak.” terang Bu Wal memberi pengertian. “Iya bu, mengerti.”
Saat pulang sekolah kami saling meminta maaf dan bertekad akan membangun suasana kelas lebih hidup dan menghindari pertengkaran. Setelah kejadian di kelas suasana kelas memang lebih ramai, lebih banyak canda tawa, lebih toleran antar teman karena semua telah sadar, suatu hubungan yang baik dimulai dari kerjasama yang lebih baik.
Baca Juga: 7 Contoh Cerpen Singkat Bermakna yang Inspiratif dan Tidak Membosankan
6. Sore Hari di Pantai Kuta
Namaku Malika Nattaya. Orang asli Bali. Sekarang aku sedang di Pantai Kuta. Menikmati angin sore. Sore ini sangat cerah. Aku menulis sesuatu di pasir menggunakan kayu. ‘Malika dan Erin’ itu yang kutulis.
Erin adalah sahabatku. Nama lengkapnya adalah Erina Matthew. Sekarang dia sudah menemui sang kuasa. Aku teringat kejadian itu. Mataku mengalir.
“Malika!!!” Erin berteriak saat aku sedang menangis di pantai ini. Aku tidak menghiraukannya.
“Hey! Kenapa kau menangis?” tanyanya.
“Baju ibu hanyut di laut” kataku. Aku takut dimarahi ibu.
“Akan aku ambilkan!” Erin melepas bajunya.
Dengan leging dan kaus ia berenang ke laut, padahal waktu itu sudah hampir malam. Aku terus menunggu dengan cemas. Sampai seorang nelayan datang menghampiriku.
“Adek ngapain malam-malam di sini?” tanyanya.
“Bapak akan melaut? Tolong carikan teman saya, dia dari sore belum kembali” aku dengan gelisah menjelaskan.
Bapak itu mengangguk. Aku disuruh menunggu di rumahnya.
Esok pagi bapak itu kembali dengan Erin.
Aku sangat senang. Tapi raut wajah bapak itu tidak senang.
“Maaf dek, teman adek sudah ditemukan mengambang di air. Dan dia sudah pergi” bapak itu berkata dengan wajah tertunduk.
Aku tak percaya akan hal ini. Sahabatku pergi karena aku! Aku menyesali perbuatanku untuk tidak melarangnya. Aku menangis sejadi-jadinya saat itu.
Kini pantai ini adalah saksi bisu persahabatan kami, dan untuk pengorbanan Erin. Semoga kau tenang di sana Erin!
Cerpen 7
Aku Virda, aku beruntung mempunyai sahabat yang selalu ada untukku, kami melewati suka duka bersama. Suatu ketika aku dan sahabatku bertengkar karena masalah yang kuanggap sepele, semua itu baru kusadari bahwa sahabatku sangat penting bagiku.
Suatu hari aku pergi ke mal bersama sahabatku, aku menyuruhnya membawa belanjaanku, dan ternyata belanjaanku yang dibawanya tertinggal. Saat itu juga aku marahi dia dengan perkataan yang kasar karena keegoisanku.
“Vir, tolong pegang belanjaan ku ini ya, soalnya berat banget,” kataku.
“Iya sini aku bantu bawa belanjaannya, takut kamu keberatan,” katanya.
“Siap, kamu memang sahabatku yang paling pengertian,” jawabku.
“Haha iyalah sesama sahabat memang seharusnya saling membantu” jawabnya sambil tersenyum. Sembari berpelukan.
“Kamu lapar enggak?” tanyanya.
“Lapar si, mulai keruyukan nih perut,” jawabku.
“Makan yuk! sekarang aku yang traktir, aku juga lapar” sambil menatapku dengan lemas.
“Hmm, ya sudah ayoo” jawabku.
Lalu sampailah kami di warung seberang mal.
“Kamu mau pesan apa vir?” tanyanya.
“Aku ngikut kamu deh,” jawabku.
“Hmm, oke deh,” jawabnya.
Beberapa menit kemudian kami selesai makan dan mulai berkendara untuk pulang.
“Eh.. kayaknya ada yang ketinggalan deh, tapi apa ya?” tanyanya dengan muka yang heran.
“Hmm, apa ya?” aku membantu berpikir.
“Oh iya belanjaanku mana?” celetukku.
“Ya ampun.. oh iya aku lupa, ketinggalan di warung tempat kita makan tadi,” jawabnya dengan rasa bersalah
“Apa? Ketinggalan? Yang bener aja, kita kan udah jauh dari warung tempat kita makan tadi,” jawabku dengan kesal.
“Duh, maaf banget ya vir, aku benar-benar lupa,” jawabnya dengan berkeringat.
“Apa? minta maaf? kamu pikir dengan minta maaf bisa membuat barangku kembali dan masalah selesai? Enggak kan? Seenaknya aja kamu minta maaf,” jawabku dengan kesal, lalu tanpa basa basi aku pergi meninggalkannya.
Keesokan hari, dia datang membawa belanjaanku dan meminta maaf karena kejadian kemarin, tetapi aku tetap menghiraukan nya. Maka setelah beberapa lama lama, aku sadar bahwa hal yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan, dan aku tersadar betapa egoisnya diriku. Aku pun meminta maaf.
8. Ku Ukir di Pasir
Mereka bercerita cukup panjang, dan terlihat sangat serius tidak seperti biasanya. Jika mereka bertemu selalu berakhir tawa dan wajah kebahagian. Ia sangat menyayangi sahabat sejatinya itu. Tiba-tiba terdengar suara tamparan. James menampar Beny.
Terdiam, lalu Beny mengatakan terimakasih kawan engkau telah membuatku terluka. Bukan itu maksudku Beny! Percayalah semua itu salah kembalilah Beny aku akan membantumu dari jeratan itu.
Kedua pergi meninggalkan tempat itu dan kembali. Keesokan harinya ia pergi bersama temannya yang lain untuk berenang di danau yang sangat indah itu. Dan meninggalkan james di dalam mes bersama teman yang lainnya.
Ketika terbangun ternyata dilihatnya temannya yang lain menyelamatkan Benny yang tenggelam di danau. James berlari dan melihat sebuah tulisan di pasir bertuliskan, James terimakasih telah menyadarkanku.
Apa yang terjadi. Mereka membawanya ke Mes untuk mendapatkan pertolongan pertama. Sambil membawa dan menggendong tubuh Beny, James mengoceh tidak karuan apa yang engkau lakukan Beny maafkan aku telah menyakitimu. Aku ingin engkau kembali seperti dulu.
Lalu tim sar memberikan pertolongan akhirnya Beny sadar. Sambil menangis James memeluk Beny maafkan aku. Apa yang kau lakukan James kata Beny.
Engkau membuatku takut kehilanganmu. Akhirnya mereka berpelukan aku menulis di pasir tentang apa yang kau lakukan padaku agar aku tidak merasa disakiti olehmu.
Terimakasih telah menyelamatkanku aku akan ingat kata-katamu aku akan berhenti menggunakan barang haram itu dan akan menjalani kehidupan seperti dulu. Engkau sahabat sejatiku.
Baca Juga: Berikut Ini 5 Contoh Cerita Pendek Anak TK yang Bisa Jadi Referensimu!
Cerpen 9
Sebuah kisah persahabatan dua gadis cilik. Mereka selalu saling menyayangi dan saling membantu satu sama lain. Persahabatan mereka terjalin sejak kecil ketika duduk di bangku Taman kanak-kanak hingga saat ini duduk di bangku SMP.
Kemana pun selalu sama, dilakukan bersama karena kebetulan rumah mereka berada di kota yang sama. Membuat mereka juga saling mengunjungi rumah satu sama lain. Kedua keluarga mereka juga mengetahui kedekatan persahabatan kedua anak-anak mereka.
Suatu ketika ada teman mereka yang sangat tidak suka dengan persahabatan mereka. Karena satu hal, ia merencanakan agar dua anak tersebut saling membenci. Aisyah dan fitri tidak pernah bertengkar sama sekali selama bersahabat.
Esoknya mereka sekolah, Aisyah dan Fitri juga duduk bersama dalam satu meja. Apa –apa dikerjakan bareng, main juga bersama. Tiba-tiba Aisyah kehilangan jam tangan miliknya. Aisyah bertanya kepada Fitri. Apakah ia melihat jam kesayangannya itu
Lalu fitri juga ikut sambil mencari jamnya. Coba lihat dulu di tas kamu siapa tau terselip. Lalu Aisyah mencari jam dalam tasnya ternyata tidak ada. Dan mencari di tas fitri sendiri siapa tau terbawa sewaktu beberes buku saat belajar. Ternyata tidak ada juga
Hei jam kamu hilang ya? Coba cek siapa tahu teman kamu sendiri yang mencurinya. Maksud kamu apa ya? Alah jangan sok suci lo. Coba periksa tasnya sekarang.
Fitri dan Aisyah bingung dan Reina merampas tas Fitri dan mengeluarkan isi tasnya terlihat ada jam miliknya . Mereka pun terkejut. Aisyah menuduh fitri mencuri jamnya dan ia sangat kecewa dengan fitri. Tanpa bicara apapun Aisyah menjauhinya namun akhirnya tetapi ternyata Aisyah mencari tau tentang kebenaranya ternyata Reina telah merekayasa jamnya dan akhirnya ketahuan. Akhirnya Aisyah dan fitri berpelukan kembali dan saling memaafkan. Sahabat ku tidak mungkin melakukan hal yang salah dan aku percaya itu.
10. Panggil Dia Rina
Namaku Kristina kelas 2 SMP. Aku punya sahabat yang lebih dari segalanya. Kemana aja kita selalu bersama bahkan ketika kelas kami berbeda persahabatan tetap bisa berjalan dengan baik. Kami selalu mengisi kekurangan dan kelebihan.
Suatu ketika ujian sedang berlangsung Rina datang terlambat, lalu guru kami marah dan mengusirnya tanpa berkata apa-apa Rina langsung pergi meninggalkan ruang kelas tanpa rasa ragu. Hatiku tidak tenang ingin berontak kenapa terlambat lagi sih padahal tadi pagi aku telepon supaya jangan terlambat aduh Rina.
Resting pun tiba aku lari kesana kemari mencari sahabatku entah dimana dia. Tepat di kantin pojok kutemukan dia dengan tenang sambil makan dan minum. Rina panggilku. dia pun menoleh kenapa sih terlambat kan tadi sudah aku telpon kamu. Dia tidak menjawab. Aku terus bicara Rina tatap aku kamu kenapa sih? Kenapa akhir akhir ini kamu bersikap seperti ini.
Tidak apa apa. Semua baik baik saja. Enggak pokoknya engkau harus bicara sekarang atau aku tidak akan menganggapmu sebagai sahabat lagi Rina tetap diam dan aku meninggalkannya. Diam diam setelah pulang sekolah aku mengikuti Rina pulang aku ingin tahu siapa yang telah merubahnya. Dan akhirnya tiba di rumahnya aku melihatnya biasa saja bahkan di perjalanan tadi aku tidak menemukan siapapun yang ditemuinya. Sampai aku terdengar suara hentakkan yang sangat keras.
Aku kaget …dan berusaha ingin tahu ada apa?. Untuk mencari tahu dari balik pintu aku mendengar Rina dan ibunya sedang adu mulut hingga menghancurkan semua barang perabotan.
Keesokan pagi aku berdiri di balik pagar rumahnya. Hingga menunggu Rina keluar..tidak lama kemudian Rina keluar betapa kagetnya Rina melihat. Belum sempat mengeluarkan kata-kata aku langsung memeluknya. Mengapa engkau tidak pernah cerita apapun tentang kehidupan dan permasalahan itu bukankah engkau selalu membantuku selama ini aku menangis dan Rina pun bingung.
Baca Juga: 7 Contoh Cerpen Horor, Seram dan Menegangkan, Kamu Berani Baca?
11. Senasib
Namaku Dije aku seorang putri ke 3 dari 5 bersaudara ibuku seorang buruh karyawan dan seorang single parent. Dalam hidup aku punya prinsip jalani hidup yang telah ditakdirkan. Bersyukur dan berusaha semampunya. Keseharianku selain sekolah membantu ibuku di rumah.
Aku tinggal di sebuah komplek tidak jauh dari beberapa kawanku yang bernama putri. Tidak jauh beda dengan hanya saja ia masih memiliki ayah dan ibu yang sempurna tentunya. Namun kami merasa hidupnya sama. Harus berjuang demi masa depan yang lebih baik karena berasal dari keluarga yang belum kaya.
Tanpa disadari kejenuhan datang saat ada kemudahan, entah mengapa kami tergiur tanpa berpikir panjang untuk bolos dan main ke pantai bersama teman yang lain dian, Retno dan fitri. Saat kelas kosong bengong dan bingung mau cari kesenangan seperti apa. Akhirnya pilihan jatuh kepada pantai.
Naas kami keciduk guru karena tidak ada di kelas pas jam akhir. Mau tak mau harus dijalani dan diterima hukumnya yaitu kena SP serta pemanggilan orang tua masing-masing merasa bersalah sih atas kejadian itu. Namun seharusnya mereka percaya kami hanya bermain tidak lebih tidak kurang.
Hanya mencari kesenangan menikmati pantai tanpa melakukan hal lain dan aneh. Apa boleh buat kami habis-habisan di marah seharian oleh kedua orang tua. Terutama putri dan aku, sampai-sampai aku dituduh sebagai biang keladi mengajak putri untuk bolos. Sempat renggang persahabatan karena orang tua namun diluar itu kami tetaplah sahabat.
Saat ini alhamdulilah persahabatan tetap terjalin walau rintangan datang menggoda. Namun itulah sahabat dalam apapun kami bersama membuktikan bahwa sahabat tidak ada hubungannya degan perilaku siapapun sahabat tidak akan mempengaruhi pribadi dan diri kami.
12. Sahabat yang Hilang
Aku ingat saat dulu keakraban selalu terjalin diantara aku. Aku orang yang paling susah dekat dengan siapapun sedangkan sahabatku membutuhkan aku karena dia tidak percaya diri di sekolah. Kami saling membutuhkan dan menjadi sahabat. Sekolah bersama bermain dan segalanya bersama.
Tapi itulah meski ia sahabat kami adalah anak-anak yang mengikuti takdir yang dibawa dari keluarga kemana keluarga di situlah kami. Kami terpisah kelas 3 SMP aku harus melanjutkan sekolah di luar kota sedangkan ia merasa putus asa hingga akhirnya memutuskan sekolah di dekat rumah saja.
Tiba akhirnya ia datang ke rumahku setelah beberapa tahun lamanya tidak bertemu. Aku heran mengapa dia sangat merindukan aku. Laila namanya anak yang polos sama cupu nya dengan aku.. namun kegiatan aku saat SMA sangatlah banyak berbeda dengannya yang hanya sekolah dan dirumah.
Malam itu ia tidur di rumahku ia meminta fotoku dan membawanya pulang. Tidak ada yang diceritakan selain kehidupan sekolah masing-masing hingga tiba keesokan harinya aku mendengar dari ibuku kalau Laila nyaris bunuh diri karena hamil diluar nikah.
Aku bingung mau percaya atau tidak. Tapi itulah adanya. Mungkin itu yang ingin Laila sampaikan padaku malam itu namun mungkin Dia tak tau harus bagaimana. Kasihan dia aku sangat menyesal Mengapa aku tidak bertanya saat itu. Namun sudahlah itu takdirnya padahal 1 tahun lagi kami akan lulus sma namun ia harus terputus karena cintanya.
Berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: 4 Contoh Cerpen Singkat Terbaik Beserta Unsur Intrinsiknya, Lengkap!