Kep. Sitaro, Sulut, Sonora.Id - Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) yang berjarak 146 kilometer dari Manado kini telah memiliki perpustakaan umum yang representatif. Bangunan perpustakaan setinggi tiga lantai tersebut dibangun menggunakan dana alokasi khusus (DAK) 2021 senilai Rp10 miliar.
Bupati Sitaro Evangeline Sasingen dalam peresmiannya mengatakan keberadaan perpustakaan, khususnya di daerah kepulauan sangat dibutuhkan. Karena perpustakaan merupakan salah satu sarana penting untuk mengembangkan kualitas manusia.
“Kualitas manusia adalah modal kemajuan dan keberhasilan pembangunan,” ujar Evangeline, Kamis, (11/05).
Kondisi saat ini yang serba internet, tambah Bupati, telah membentuk persepsi seolah-olah perpustakaan tidak lagi diperlukan. Namun, kemudahan internet yang bisa diakses rupanya tidak mampu membentuk kepribadian seseorang, utamanya anak-anak.
Beda halnya, ketika berada di dalam perpustakaan mereka diajarkan tentang sosialisasi. Ketika seseorang bersosialisasi, maka dia akan mengembangkan apa yang telah menjadi potensi pengetahuan dan kemampuan dirinya.
Sedangkan, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menambahkan peresmian gedung perpustakaan adalah upaya pemerinyah membangun aksesibilitas dalam rangka memenuhi kebutunan pengetahuan dan infomasi masyarakat.
“Kemajuan peradaban mewajibkan perpustakaan turut bertransformasi. Mengubah paradigma sehingga tidak lagi terlihat eksklusif, melainkan inklusif,” imbuh Syarif Bando.
Perpustakaan adalah rumah masyarakat untuk beraktivitas, menciptakan inovasi, membangun peradaban sehingga dapat berubah ke arah yang lebih baik. Menuju kehidupan yang lebih sejahtera.
Pada kesempatan talk show Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar mengatakan perpustakaan adalah hak masyarakat dan masuk agenda prioritas pembangunan RPJMN 2020-2024, yakni pembangunan yang inklusi berbasis pada manusia (human capital).
Maka, peranan perpustakaan adalah menjamin agar masyarakat Indonesia bisa mencipta, mengakses, memanfaatkan sumber informasi dan pengetahuan untuk peningkatan kualitas hidupnya.
“Knowledge is power. Pengetahuan adalah kekuatan,” kata Adin.
Paradigma baru mengharuskan perpustakaan sebagai ruang terbuka publik, tempat belajar konstekstual, berbagi pengalaman, dan medium meningkatkan keterampilan.
“Tidak ada negara maju tanpa kebiasaan membaca didalamnya karena dengan membaca seseorang didorong kreatif, berinovatif, dan produktif, tambah Adin.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sulawesi Utara Arsipan Nani mengatakan ukuran parameter kemajuan suatu di daerah dilihat dari tiga aspek. Pertama indeks pembangunan manusia (IPM) yang mencakup pendidikan, termasuk perpustakaan di dalamnya. Kedua kesehatan, dan ketiga adalah pendapatan per kapita masyarakat.
Hasilnya, IPM Sulawesi Utara pada 2022 menurut data BPS, tambah Arsipan, pada angka 73,81. Sedangkan untuk Kabupaten Kep. Sitaro berada pada level sedang, yakni 68,94.
Maka itu, perpustakaan bukan lagi sebagai simbol tempat membaca. Banyak capaian dari program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS) yang terbukti berhasil mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
“Keberhasilan program TPBIS tampak dari yang sudah dilakukan Perpustakaan Desa Lehi di Kabupaten Kep. Sitaro yang menghasilkan produk kerajinan tangan dari kerang dan manisan pala, atau pembuatan mebel yang merupakan binaan dari Perpustakaan Desa Leilem di Kabupaten Minahasa,” ungkap Arsipan.
Di sela-sela kegiatan peresmian, Kepala Perpusnas turut menyerahkan stimulan mobil perpustakaan keliling (MPK) kepada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Minahasa Selatan.