Sonora.ID – Berikut 3 kultum singkat tentang adab dalam Islam yang dapat menyentuh hati dan memberikan hidayah.
Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak bisa bersikap semau-maunya. Ada tata krama yang harus diperhatikan saat melakukan segala sesuatu.
Adab memiliki arti kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Adab erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji.
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun berdasarkan aturan agama.
Norma tentang adab seringkali digunakan dalam pergaulan yang terjadi antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum.
Baca Juga: 3 Contoh Ceramah Tentang Malam Lailatul Qadar, Singkat Tapi Menggetarkan Hati
Makna adab juga dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan at Tirmidzi.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Jika seseorang mendidik anaknya (menjadikan anaknya beradab) maka itu lebih baik baginya daripada bersedekah setiap harinya setengah sha." (HR. at-Tirmidzi)
Oleh sebab itu, guna mengingatkan kembali akan pentingnya adab dalam menjalani kehidupan, berikut 3 kultum singkat tentang adab dalam Islam.
Contoh 1
Kebebasan dalam bermedsos ria tak jarang menimbulkan berbagai problematika di tengah masyarakat. Tak jarang informasi yang beredar tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya hoaks, fitnah, ghibah, namimah, gosip, fitnah, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmonisasi sosial.
Adab pertama yang harus diperhatikan seorang muslim dalam bermedia sosial adalah Muraqabah (merasa selalu diawasi Allah).
Apapun yang kita sebarluaskan di media sosial, termasuk niat dibalik postingan tersebut harus disadari bahwa Allah Maha Mengetahui.
Dengan selalu merasa diawasi Allah kita hanya akan menggunakan media sosial untuk hal-hal yang membawa maslahat.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
اِنْ تُبْدُوْا شَيْـًٔا اَوْ تُخْفُوْهُ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Artinya: “Jika kamu menampakkan sesuatu atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 54).
Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya Nomor 24 Tahun 2017 menyampaikan tentang hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial.
Fatwa ini mengatur tentang hubungan sosial sesama manusia mulai dari mengirim pesan di media sosial hingga cara memastikan kebenaran informasi yang beredar.
Seorang muslim harus senantiasa meningkatkan keimanan, mempererat persaudaraan, mengokohkan kerukunan, dan tidak mengajak kepada hal-hal yang maksiat.
Penting bagi seorang Muslim untuk melakukan tabayyun (klarifikasi) ketika mendapatkan informasi yang belum tentu kebenarannya.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Hujurat: 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
“Seorang Muslim dalam menyampaikan informasi harus dengan benar. Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta serta diungkapkan dengan tulus. Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya di media sosial.
Istilah ini disebut qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu.
Firman Allah SWT pada Q.S. Al-Hajj: 30:
ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ حُرُمٰتِ اللّٰهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۗ وَاُحِلَّتْ لَكُمُ الْاَنْعَامُ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْاَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوْا قَوْلَ الزُّوْرِ ۙ Artinya:
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.”
Perintah untuk amar ma’ruf nahi munkar idealnya juga dipedomani seorang Muslim dalam bermedsos.
Sudah saatnya media sosial harus dipergunakan untuk mengajak kepada kebaikan, menyalurkan konten positif melalui berbagai platform yang saat ini banyak digemari masyarakat.
Sosial media seperti Youtube, Tiktok, Twitter, Facebook, Instagram, dsb merupakan media yang tepat dan mudah untuk menyebarluaskan kebaikan yang bertanggungjawab.
Dan kita harus menjadi orang-orang yang masuk dalam golongan amar ma'ruf nahi munkar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran: 104:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ Artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Semoga, di tengah arus globalisasi dan gencarnya informasi yang tiada henti setiap detiknya saat ini, kita semakin bijaksana dan arif dalam bermedsos ria.
Akhlak yang mencerminkan pribadi Muslim harus terus dipedomani sehingga berbagai fasilitas dan kemudahan zaman dapat membawa maslahat untuk umat dan bangsa.
Wallahu a'lam bis shawab.
Baca Juga: 3 Contoh Teks Ceramah Tentang Persoalan Dunia Remaja, Mampu Mengetuk Hati
Contoh 2
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Pertama-tama dan yang utama, marilah kita haturkan puji dan syukur kehadirat Allah Azza wa Jalla yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga di waktu luang dan kesempatan yang baik ini, kita masih dapat bertemu dalam keadaan sehat walafiat.
Tak lupa pula sholawat dan salam kita haturkan kepada suri tauladan kita Nabi besar Nabi Agung Muhammad SAW.
Hadirin yang semoga selalu dirahmati oleh Allah SWT.
Pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan sebuah kultum singkat tentang adab berbicara.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW telah bersabda, cukuplah menjadi sebuah dosa bagi seseorang yakni jika ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar.
Sejatinya, apa yang kita dengar tidak selalu hal baik. Terkadang, kita mendengar aib orang lain, kejelekan orang lain, kesedihan orang lain, maupun kebahagiaan orang lain.
Meskipun kita mendengar semuanya, alangkah baiknya untuk menyimpan dan merahasiakannya. Janganlah kita membicarakan kejelekan dan keburukan orang lain .
Kemudian, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah, Rasulullah SAW telah bersabda, termasuk sebuah kebaikan Islamnya seseorang yakni ketika meninggalkan sesuatu yang tidak berguna.
Pada hadits ini, kita dianjurkan untuk membicarakan hal yang baik saja. Begitu pula sebaliknya, jangan membicarakan hal-hal yang tidak berguna.
Lebih baik kita diam daripada membicarakan hal-hal yang tidak berguna bahkan sampai merugikan.
Salah satu adab berbicara lainnya yang tak kalah penting untuk selalu kita ingat yakni berbicara dengan menggunakan suara yang pelan dan bisa didengar. Adab berbicara yang sopan, tidak terlalu keras dan juga tidak terlalu pelan.
Saat berbicara dengan orang lain, hendaknya mengungkapkan maksud dan tujuan dengan jelas, sehingga perkataan kita bisa dipahami. Jangan berbicara seperti dibuat-buat, dipaksakan apalagi berbohong.
Sebab, kebohongan yang keluar dari mulut kita, dari situlah awal munculnya ketidak percayaan orang lain terhadap kita.
Berbicaralah yang jujur. Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita untuk selalu berkata jujur.
Perkataan yang jujur, dapat menunjukkan tingkat keislaman seseorang. Untuk itulah, sudah seharusnya kita jujur dalam setiap perkataan maupun candaan sekalipun.
Adab berbicara selanjutnya yakni tidak memotong pembicaraan orang lain. Orang yang suka memotong pembicaraan orang lain, maka ia telah menunjukkan sikap tidak sopan dan egois.
Ketika ada seseorang yang berbicara kepada kita, dengarkan dengan penuh semangat dan tunggulah sampai pembicaraan orang tersebut selesai. Dengan begitu, orang yang menjadi lawan bicara kita akan merasa dihargai.
Hadirin yang semoga selalu mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
Dari kultum yang telah disampaikan, dapat kita ambil garis besarnya, setidaknya ada lima adab berbicara yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikianlah kultum singkat tentang adab berbicara yang bisa saya sampaikan. Apabila terdapat kekurangan maupun kesalahan saya mohon maaf.
Semoga apa yang saya sampaikan bermanfaat, khususnya bagi diri saya pribadi, dan umumnya bagi hadirin sekalian.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Baca Juga: 20 Contoh Penutup Ceramah yang Berkesan dan Tidak Membosankan!
Contoh 3
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita semua terutama nikmat iman dan Islam.
Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda alam nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah. Izinkan saya berbicara sedikit tentang adab bercanda dalam Islam.
Bercanda sudah menjadi bagian dari keseharian kita, sebagai pelipur lara, di kala seharian sudah bekerja penuh. Bercanda juga menjadi metode kita untuk mengakrabkan diri kepada saudara kita yang lainnya. Namun, jika kita ingin melakukannya, maka harus memperhatikan beberapa hal yang penting dalam bercanda.
Biasanya bercanda dilakukan untuk menghilangkan kepenatan, kebosanan dan rasa lesu, serta menyegarkan suasana dengan candaan yang diperbolehkan. Sehingga kita dapat memperoleh gairah baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.
Sebagian orang sering membuat lelucon yang terlalu jauh hingga melanggar norma-norma. Dia mempunyai maksud buruk dalam bercanda, sehingga bisa menjatuhkan wibawa dan martabatnya di hadapan manusia. Orang-orang akan memandangnya rendah, karena ia telah menjatuhkan martabatnya sendiri dan tidak menjaga wibawanya. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.
Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan candaan orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda. Selain itu, jaga tutur kata dan berpikir kembali jika ingin bercanda.
Ada beberapa keadaan yang tidak sepatutnya bagi kita untuk bercanda. Misalnya dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim, ketika memberikan persaksian, dan lain sebagainya. Hindari perkara-perkara yang dilarang Allah swt saat bercanda. Tidak boleh bercanda atau bersenda gurau dalam perkara yang dilarang oleh Allah SWT.
Sekian ceramah tentang adab bercanda ini saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat dan bisa dipetik pelajaran bagi kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: 20 Contoh Penutup Ceramah yang Berkesan dan Tidak Membosankan!