Bila kelompok difabel, disorder dan stunting disatukan, menurut Hasto, angkanya mencapai total 41,5 persen. Kondisi ini harus segera diatasi. Sehingga pada 2045 bangsa ini keluar dari jebakan negara middle income. Untuk itu, perkuatan harus dilakukan mulai dari keluarga.
“Kualitas SDM menjadi keprihatinan serius. Karenanya, pembangunan keluarga menjadi fondasi tercapainya kemajuan bangsa,” ujar Hasto mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo.
Hasto pun menyambut antusias ketika jajaran Universitas Muhammadiyah Jakarta menyatakan minatnya berkolaborasi dengan BKKBN dalam program percepatan penurunan stunting.
Salah satu program yang disodorkan Hasto dalam pertemuan audiensi 1,5 jam itu adalah kolaborasi dalam pengembangan program 8 Fungsi Keluarga BKKBN.
Implementasi dari kemitraan ini akan semakin mudah dilakukan karena BKKBN memiliki data mikro “by name by address” berupa Pendataan keluaurga. Data ini di-update setiap tahun. Setidaknya saat ini terdapat 68 juta KK, di mana di dalamnya terdapat keluarga-keluarga yang memiliki anak stunting atau berpotensi stunting.
“Data BKKBN ini lebih hidup lagi kalau digunakan untuk penelitian,” tandas Hasto Wardoyo.