Sonora.ID - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K) optimistis mencapai target penurunan stunting 14 persen pada 2024.
Optimisme Hasto itu dikemukakan saat menerima kunjungan audiensi Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Dr. Ma'mun Murod Al-Barbasy, M.Si., beserta jajarannya, Selasa sore (6/6/2023) di ruang rapat BKKBN, Jakarta.
Menurut Hasto Wardoyo, prevalensi stunting pada 2021 berada di angka 24,4 persen, dan pada 2023 menjadi 18 persen.
“Pada tahun 2024, angkanya akan menyentuh 14 persen,” ujar Hasto
Bagi Hasto, percepatan penurunan stunting sangat penting mengingat pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan Generasi Emas pada 2045, saat negeri ini mencapai usia 100 tahun.
“Stunting menjadi persoalan besar yang harus segera ditangani demi menciptakan generasi yang berkualitas pada 2045,” terang hasto.
Baca Juga: Percepat Penurunan Stunting, Advokasi dan KIE Rutin Digelar di Kalsel.
Kekhawatiran Hasto itu ditandai juga dengan sederet data terkait dengan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Data tahun 2019 yang dimiliki Hasto menunjukkan bahwa gangguan mental emosional/disorder mencapai 9,8 persen, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berkisar 7/1000, napza 5,1 persen, dan difabel/autisme 4,1 persen.
Belum lagi bila melihat angka kawin-cerai yang trennya terus meningkat sepanjang periode 2013-2018. Data tahun 2021 saja menunjukkan angka perceraian yang inkrah mencapai 581.000 kasus, sementara yang masih berproses sekitar 800.000 kasus. Penyebab utama perceraian didominasi persoalan “ego”, bukan perselingkungan.
“Disharmoni keluarga luar biasa,” jelas Hasto.
Bila kelompok difabel, disorder dan stunting disatukan, menurut Hasto, angkanya mencapai total 41,5 persen. Kondisi ini harus segera diatasi. Sehingga pada 2045 bangsa ini keluar dari jebakan negara middle income. Untuk itu, perkuatan harus dilakukan mulai dari keluarga.
“Kualitas SDM menjadi keprihatinan serius. Karenanya, pembangunan keluarga menjadi fondasi tercapainya kemajuan bangsa,” ujar Hasto mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo.
Hasto pun menyambut antusias ketika jajaran Universitas Muhammadiyah Jakarta menyatakan minatnya berkolaborasi dengan BKKBN dalam program percepatan penurunan stunting.
Salah satu program yang disodorkan Hasto dalam pertemuan audiensi 1,5 jam itu adalah kolaborasi dalam pengembangan program 8 Fungsi Keluarga BKKBN.
Implementasi dari kemitraan ini akan semakin mudah dilakukan karena BKKBN memiliki data mikro “by name by address” berupa Pendataan keluaurga. Data ini di-update setiap tahun. Setidaknya saat ini terdapat 68 juta KK, di mana di dalamnya terdapat keluarga-keluarga yang memiliki anak stunting atau berpotensi stunting.
“Data BKKBN ini lebih hidup lagi kalau digunakan untuk penelitian,” tandas Hasto Wardoyo.