Sonora.ID - Berikut adalah paparan mengenai berbagai macam unsur ekstrinsik novel dan pengertiannya.
Dalam dunia sastra, novel merupakan salah satu bentuk karya yang paling populer dan mendalam.
Ketika membahas sebuah novel, tidak hanya penting untuk memahami plot dan karakter di dalamnya, tetapi juga unsur-unsur ekstrinsik yang membentuk dan mempengaruhi karya tersebut.
Unsur ekstrinsik novel merujuk pada faktor-faktor di luar teks yang memberikan konteks, interpretasi, dan pemahaman yang lebih luas tentang karya sastra.
Artikel ini akan menjelajahi unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhi sebuah novel.
Meskipun fokus utama pada sebuah novel adalah cerita, karakter, dan gaya penulisan, unsur-unsur ekstrinsik juga memiliki peran yang signifikan dalam memengaruhi pengalaman pembaca.
Faktor-faktor seperti konteks sejarah, latar belakang penulis, dan pengaruh budaya dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang pesan dan makna yang terkandung dalam sebuah novel.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara umum tentang unsur-unsur ekstrinsik yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis dan memahami sebuah novel.
Baca Juga: Review Novel ‘Convenience Store Woman (Gadis Minimarket)’ yang Bikin Nagih!
Dengan memahami unsur-unsur ini, pembaca akan dapat melihat karya sastra sebagai sebuah kesatuan yang lebih luas, yang dipengaruhi oleh lingkungan dan waktu di mana novel itu ditulis.
Maka, untuk tahu lebih jauh, simak paparan mengenai berbagai macam unsur ekstrinsik novel sebagaimana yang Sonora kutip dari Kompas.com berikut ini.
Unsur Ekstrinsik Novel
1. Biografi Penulis
Unsur pertama yang sangat memengaruhi karya sastra adalah si penulis sendiri. Setiap penulis memiliki perjalanan hidup yang berbeda, yang membuat karya mereka juga berbeda.
Biografi penulis biasanya terletak di bagian belakang novel, namun jika Anda ingin mencari tahu lebih banyak, biasanya informasi tersebut juga ada di internet.
Dengan memahami penulis, Anda akan bisa memahami karyanya dengan lebih mudah. Ada pula beberapa penulis yang membuat autobiografi, atau memiliki biografi yang ditulis oleh orang lain.
Ini juga bisa membantu Anda memahami penulis dengan lebih dalam.
Sebagai contoh, jika Anda adalah penggemar karya-karya Arswendo Atmowiloto, Anda dapat membaca catatan-catatan kehidupan hariannya dalam buku berjudul Bersyukur Tanpa Libur (GPU, 2020).
Baca Juga: Review Novel Katarsis: Sadisnya Pembantaian, Pembunuhan Satu Keluarga
Senapas dengan karyanya, tulisan Arswendo juga bernuansa santai dan humoris, serta dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan membaca buku ini, Anda akan dapat memahami karya-karya Arswendo Atmowiloto dengan lebih mendalam.
2. Psikologi Penulis
Kondisi psikologis penulis tentu sangat memengaruhi kehidupan penulis itu sendiri, terutama karya-karya yang ditulisnya.
Kondisi psikologis ini berkaitan erat dengan latar belakang kehidupan penulis. Kondisi tersebut dapat memengaruhi suasana hati yang akan memengaruhi pikiran si penulis.
Contohnya adalah seorang penyair berkebangsaan Amerika, Sylvia Plath, yang terkenal karena karya-karyanya yang banyak mengisahkan kehidupannya.
Sylvia Plath mengalami depresi karena hal-hal yang terjadi di hidupnya, seperti kematian ayahnya dan suaminya yang meninggalkannya.
Hal ini lalu tertuang dalam puisi-puisinya, terutama judul Daddy dan Mad Girl’s Love Song.
3. Lingkungan Penulis
Baca Juga: Review Novel ‘Laut Bercerita', Perlu Siap Tisu Sebelum Baca!
Kondisi pada masyarakat di sekitar penulis ketika sedang menulis karya sastra juga memengaruhi tulisannya.
Banyak penulis yang menulis berdasarkan keresahannya atas kondisi masyarakat saat itu, misalnya kondisi sosial budaya, politik, ekonomi, pendidikan, dan isu-isu lainnya.
Contohnya adalah karya-karya sastrawan kondang, Pramoedya Ananta Toer, yang banyak mengangkat isu ketika Indonesia masih berada di bawah pemerintahan kolonialisme Belanda.
Novel-novel Pram sarat akan semangat perjuangan dan nilai-nilai nasionalisme. Hal ini menyebabkannya sempat ditangkap oleh Belanda karena tulisannya yang provokatif.
Karya legendaris Pram adalah empat buku yang tergabung dalam satu seri bertajuk Tetralogi Pulau Buru, dengan buku pertamanya berjudul Bumi Manusia.
Salah satu penulis perempuan asal Indonesia, Okky Madasari, juga banyak menulis karya yang bernada kritik terhadap kondisi lingkungan di masyarakat saat itu.
Contoh novel yang ditulis oleh Okky Madasari adalah Maryam, yang menceritakan tentang konflik Ahmadiyah di Lombok.
4. Subjektivitas Penulis
Kemampuan penulis dalam berpikir membuat pemikiran-pemikirannya akan tertuang dalam karya-karyanya.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Novel yang Cocok Dibaca Sebelum Tidur
Seorang penulis memiliki ideologi dan pengetahuan yang berbeda-beda, sehingga hasil karya mereka akan merefleksikan hasil pemikiran yang juga berbeda.
Penting bagi kita untuk mengetahui di mana penulis berpijak dalam suatu isu karena akan memengaruhi cara pandangnya ketika menulis.
Novel Saman karya Ayu Utami menjadi kontroversi karena pembahasan mengenai seks yang dinilai liberal atau vulgar.
Novel ini menjadi novel dengan ideologi feminisme yang mendorong munculnya istilah Sastra Wangi.
Melalui karya-karyanya, Ayu Utami menuangkan pemikiran dan perasaannya tentang ketidakadilan terhadap perempuan dan hak-hak yang seharusnya perempuan dapatkan.
5. Penulis dengan Karya Sastra
Berdasarkan poin-poin di atas, Anda dapat menyimpulkan bahwa sebuah karya sastra tidak bisa dipisahkan dari penulisnya.
Memahami kondisi-kondisi penulis ketika membuat suatu karya menjadi cara yang bisa Anda lakukan untuk memahami novelnya dengan mudah.
Apabila Anda ingin mempelajari unsur ekstrinsik lebih jauh, atau teori lain tentang sastra, Anda dapat membaca buku Pengantar Teori Sastra yang ditulis oleh sastrawan besar Indonesia, Budi Darma.
Demikian paparan mengenai berbagai macam unsur ekstrinsik novel dan pengertiannya sebagaimana di atas. Semoga bermanfaat.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News
Baca Juga: Pengertian Novel: Unsur-Unsur, Jenis, Lengkap dengan Ciri-Cirinya