Perpustakaan Nasional Mendukung Perpstakaan Sains

20 Juni 2023 16:49 WIB
Kepala Perpusnas Drs Muhamad Syarif BAndo, MM dalam kegiatan Bunda Literasi dan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Kota Balikpapan, Senin, (19/6/2023).
Kepala Perpusnas Drs Muhamad Syarif BAndo, MM dalam kegiatan Bunda Literasi dan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Kota Balikpapan, Senin, (19/6/2023). ( Humas Perpusnas)

Jakarta,Sonora.Id —Sebagai upaya mendukung pengembangan literasi sains, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menyediakan dan menyiapkan beragam konten sains digital.

Hal ini sejalan dengan paradigma perpustakaan masa kini yang memprioritaskan perpustakaan sebagai pusat transfer ilmu pengetahuan. Saat ini, kebijakan perpustakaan untuk manajemen koleksi sebesar 10 persen, untuk manajemen ilmu pengetahuan sebesar 20 persen, dan untuk transfer ilmu pengetahuan sebesar 70 persen.

“Secara substansi, Perpusnas telah menyiapkan konten sains digital daripada menciptakan aplikasi di era digital," kata Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dalam Seminar Internasional dengan tema Science Literacy in the Digital Era yang diselenggarakan secara hibrida, pada Selasa (20/6/2023).

Kepala Perpusnas menjelaskan paradigma perpustakaan tersebut membawa perpustakaan bertransformasi menjadi perpustakaan yang berbasis inklusi sosial atau dikenal dengan Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), yang menjadi program unggulan Perpusnas.

"Program TPBIS membantu masyarakat di pedesaan untuk mendapatkan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan," jelasnya.

Dia mengatakan, daya baca memiliki peran yang penting dan mendasar. Memiliki daya baca tidak hanya sekadar memiliki kemampuan dan minat membaca, melainkan juga memiliki kemampuan untuk menangkap isi bacaan, menganalisis, memahami intisari dalam beragam wacana dan karya.

"Daya baca adalah kunci untuk membuka pintu pengetahuan yang lebih dalam dan memperoleh wawasan yang lebih luas," katanya.

Sementara itu, Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan literasi sains saat ini tidak hanya penting bagi individu, tetapi juga untuk kesehatan dan kesejahteraan komunitas serta masyarakat secara keseluruhan.

“Literasi sains kontemporer melibatkan pemahaman tentang proses dan praktik ilmiah, keakraban dengan cara kerja sains dan ilmuwan, kemampuan mengevaluasi produk sains, dan keterlibatan dalam keputusan sipil yang berkaitan dengan nilai sains," ungkapnya.

Dalam era digital, literasi digital menjadi keterampilan yang penting untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan bijak dalam mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi. Dia mengatakan pandemi Covid-19 menjadi contoh pentingnya literasi digital sebagai sarana sosialisasi kesadaran dan perilaku sehat kepada masyarakat melalui berbagai pendekatan kreatif.

"Harapan kami, masyarakat di segala bidang harus memiliki literasi ilmu digital sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, sehingga mampu bertahan menghadapi tantangan masa depan," harapnya.

Dalam kesempatan yang sama dilakukan penandatanganan kesepakatan antara AIPI dan Perpusnas. Disebutkan bahwa kedua pihak akan mensinergikan sumber daya, sarana, dan prasarana yang dimilikinya dalam pengembangan dan optimalisasi perpustakaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sementara itu, Presiden Asosiasi Akademi dan Masyarakat llmu Pengetahuan di Asia (AASSA) Ahmet Nuri Yurdusev menyampaikan literasi secara umum dan literasi ilmu pengetahuan secara khusus merupakan hal yang signifikan bagi masyarakat, ilmuwan, juga bagi umat manusia.

Menurutnya, literasi dan literasi ilmu pengetahuan menjadi semakin signifikan dewasa ini terkait revolusi digital. “Revolusi digital membuka peluang luar biasa dalam hal memperoleh akses, mempelajari, dan mengkomunikasikan pengetahuan secara umum dan ilmu pengetahuan secara khusus,” ujarnya.

Ketua SHARE Communication AASSA Finarya Legoh menyampaikan rasa terima kasih atas kehadiran dan dukungan dari semua pihak atas terselenggaranya seminar ini. Seminar terkait literasi ilmu pengetahuan di era digital akhir-akhir ini menjadi semakin penting.

“Agar tidak tertinggal dengan informasi terkini kita menyadari bahwa literasi digital merupakan sarana untuk membuka wawasan dengan cepat dan mudah. Perkembangan yang cepat membuka banyak peluang untuk mempermudah komunikasi dan menghemat waktu tetapi kita juga harus memikirkan dan sadar akan ancaman dan dampak negatifnya,” pungkasnya.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm