Sonora.ID – Berikut kumpulan puisi cinta sedih menyentuh hati yang bisa membuat siapapun yang membacanya baper dan nangis.
Puisi adalah salah satu karya sastra yang diciptakan melalui rima, irama, serta penyusunan bait dan larik.
Puisi dapat dibuat dalam berbagai tema seperti percintaan, pendidikan, orangtua, dan lain sebagainya.
Nah, puisi cinta sedih menyentuh hati merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dibuat untuk mengekspresikan rasa sedih yang dimiliki penyair.
Mari simak kumpulan puisi cinta sedih menyentuh hati berikut ini.
Baca Juga: Puisi Kontemporer: Pengertian, Jenis dan Contohnya Dibahas Lengkap
Jika Kau Berkenan
Karya: Netraphim
Aku cukup bersamamu saja
dalam bias batas antara surga dan neraka
Aku cukup bersamamu saja
dalam nikmat libido kesementaraan
Aku cukup bersamamu saja
dalam persenggamaan gelombang kerinduan
Easther
Karya: Nisfanda Bella Vizta
Sempatkah terlintas namaku
Dalam ingatan batinmu
Dalam singkatnya takdir Tuhan?
Apakah kau dapat mekar dan berbunga sesuka hati?
Sementara diriku melayu dan mati
Padamkanlah apimu
Dalam kesaksian yang menyakitkan
Bersajaklah kau
Mekarmu adalah kemenangan
Ayunkanlah rohku
Jauh di angkasa
Menuju ruang tak tertuju
Jengah
Karya: Avelin Mulyati
sempatkah terucap namaku
pada bait drama melankolis
yang rumit
yang berderet
tegak berjaga
separuh menghujam
menekan busung dada
mengurung kau dan aku
menuju ruang hampa
siapa aku
siapa kamu
(kita) saling tak peduli
di sini
jengah
menunggu pagi
menepi
kau dan aku
takkan pernah mengerti
Pilar Harapan
Karya: Netraphim
melihat dunia dengan caraku sendiri
menghafal tiap sudut yang tlah dijejaki
merabanya lagi
berharap ada rasa dan kenangan
tuk dikenang lagi
namun, tak juga tertemui
walau tiap deret sudah kuturuti
tiap bagian sudah kumasuki
dan, tiap lorong kuterangi
akhirnya, aku tersesat
tersesat dalam hati, perasaan, dan pikiranku sendiri
entah di mana lagi jalan keluar
dari kekosongan ini
mungkin, tanya ini tak akan terjawab cepat
namun, suatu saat nanti akan tertemui
entah detik ini
atau kelak
ketika tlah tiba di “tanah indah”
semoga!
tak terhitung beban yang tlah kupikul
terlalu banyak nasib tlah mengalahkanku
kini, saatnya aku menggugatnya
memenangkan perseteruan ini
tak lagi mau untuk diam
aku berdiri di sini untuk menghadapinya
bukan untuk bersembunyi dan menepi
dua tangan ini yakin
jiwa ini tak ragu
langkahku tak lagi kaku
masalah kecil itu tlah jadi kekuatanku
yakin semua bisa kuhadapi!
untukmu, untuk kita, untuk yang katanya “masa depan”
dan, langkah yang akan ternukil dalam kisah yang indah
Rapalan Digit Angka-Angka
Karya: Seniwati
melihat dunia
dengan cara tersendiri
menghafal tiap angka
yang tlah terlampaui
merasakan hilangnya angin
yang berganti kemarau gersang
orang bilang
waktu bisa membuat lupa segalanya:
penantian, kekecewaan, dan kemarahan
manusia selalu berdamai dengan kesedihan
meski mereka takkan pernah bisa melepaskannya
Galau
Karya: Iwan Dwi Aprianto
tirai pekat di balik asa
logika tak lagi dirasa
jiwa-jiwa gundah menari digenggam malam
berbisik tentang keburukan
inikah galau yang sebagian orang katakan
ataukah hanya kiasan ketakutan
entahlah
mungkin hanya bayangan
atau sekadar kenangan yang tercampakkan
roh-roh berdiri di antara dua jalan
bagai lukisan dosa yang nyata
atau buih-buih di lautan
yang terkadang ada dan tiada
seperti itulah perjalanan
bak angin
dapat dihirup namun tak dapat digenggam
menyelinap di balik ranting-ranting rapuh
mencoba dendangkan nyayian bersama dedaunan
namun, nadanya semakin menambah cekam
hingga membius logika nyata
sepi dan jengah makin menghantui
berharap kebaikan
meski dosa tegak berdiri
sebagaimana keruh air paling anyir
tak ada lagi rahasia
yang ada hanya esok makan apa
Aku Tengah Menantimu
Karya: Sapardi Djoko Damono
Aku tengah menantimu, mengejang bunga randu alas
di pucuk kemarau yang mulai gundul itu
Berapa Juni saja menguncup dalam diriku dan kemudian layu
yang telah hati-hati kucatat, tapi diam-diam terlepas.
Awan-awan kecil melintas di atas jembatan itu, aku menantimu
Musim telah mengembun di antara bulu-bulu mataku
Kudengar berulang suara gelombang udara memecah
Nafsu dan gairah telanjang di sini, bintang-bintang gelisah.
Telah rontok kemarau-kemarau yang tipis; ada yang mendadak sepi