Kau bilang perbanyak doa dan harapan Impian kita pasti kan terwujud
Namun apa yang terjadi kini?
Biarlah langit yang memutuskan
Satu keinginan
Cinta kita jangan sampai berubah
Hati kita tetap menyatu
Menciptakan bahagia bersama
Tak semudah yang kita duga
Bagaimana harus ku hentikan air mata?
Impian kita hanya sebatas dalam mimpi
Biarlah langit yang memutuskan
Tentang akhir cerita cinta kita
Kontemplasi Perihal Kesendirian
Karya: Seniwati
Seketika, menderas aksara bisu Dan, kau lebih bisu Dengan seikat bunga Yang kian layu Musnahlah sudah Lupakan kedamaian semu Beserta isyarat segala pesonamu
Biarlah misteri batu nisan samar memanggil Sebagaimana aku tak dapat menahan ingatan tentang kepal tangan orang-orang Yang dikutuk parasmu menjadi genangan kolam Mungkin, surga cemburu Dan, mencuri dirimu dari pelukanku
Cinta
Cinta itu buta Rindu itu nyata Luka itu ada Kecewa pun menerpa
Cinta yang membuat merana Rindu yang membuat candu Luka yang membuat kecewa
Kau Tak Akan Pernah Tahu
Karya: Endam
Kau tak akan pernah tahu Betapi aku mencintaimu Seberapa dalam dan luasnya itu rahasia Seperti air terjun Devil's Kettle Yang entah bermuara ke mana
Jangan coba-coba mencari tahu Kau tak akan pernah tahu Jangan penuh curiga Kau hanya perlu membalasnya
Senja yang Durja
Di dalam kemelut yang kau rajut Seorang penyulam begitu lihai Seperti merangkai pelangi Keindahan kau tawarkan Gambaran cinta membiru Seolah dunia hanya aku dan kamu Tanpa ku sadari Cinta begitu durja Sekejap hilang tiada kesan Gelap kini gelap nanti Seandainya semua ini tak pernah terjadi
Tak ada yang lebih sakit Ketika mencintai hati yang sama Tapi seperti berbeda Pergi sana, tanya pada Tuhanmu 'Kenapa cara doa kita berbeda?' Padahal Tuhan hanya Dia Dia yang mencipta cinta untuk kita yang sama
Perbedaan
Jika sekarang di dunia ini dan kehidupan ini Kami tak dapat saling memiliki karena perbedaan Kumohon di dunia lain dan kehidupan yang lain Jangan lahirkan aku dan dia berbeda Agar kami dapat saling memiliki
Mengagumi Dalam Diam
Karya: Anandita Wardani
Terdengar derap langkah tegas dan tak asing Meramaikan lorong pendek ini Canda tawamu menggema entah sampai kemana Tak kan pernah kulewatkan anugerah pemberian-Nya Sepasang raga yang saling bertemu Tak pernah mengucap, tak pernah merayu Menjadi kebiasaan baru Di sepanjang perjalanan cintaku Saat ini hanya berdiri mematung Ditemani mulut yang membisu Melangkahpun aku tak kuasa Untuk menyampaikan sebuah asa Apalah arti mengagumi bagi seseorang? Sebuah pertanyaan yang tak akan bisa ku jawab Karena aku hanya mengagumi dalam diam
Hanya Sebuah Cara
Ini hanya sebuah cara saja Untuk aku tetap bisa mencintaimu Menjadi seorang bangsat yang diajarkan membunuh Membunuh segala ketidakpastian semata
Menjadi oecundang yang merelakan terbunuh terbunuh oleh ketidakwarasan jiwa.
Mengenalmu adalah anugerag Menyakitimu serupa larangan Pertemuan menjadi kebahagiaan.
Tahukah kamu hal yang paling menyiksa?
Melihat kekecewaan di wajahmu. Melihat matamu yang berkaca. Seakan aku rasakan hal yang sama, bahkan lebih.
Rasanya ingin aku cari seribu cara mengembalikan senyummu. mengembalikan kebahagiaanmu. Tanpa kau sadari kamu adalah sumber kenyamanan.
Membuat aku selalu merasa tenang. Membuat jantungku berdetak lebih nyaman. Aku ingin sekali mendampingimu. Karena itu kebahagiaanku yang nyata.
Tidak berucap walau kutahu kamu cinta Melihatku saja tidak walau kutahu kamu rindu Ya, begitulah kamu. Pembohong. yang paling aku cinta.
Takut… dia menyerangku! Masuk ke dalam jiwaku, merobek dan menusuk hingga hatiku tak terbaca lagi kalau saja takut adalah wujud rasa seharusnya aku bisa mencoba menikmatinya. Biarlah ketakutan ini membuatku merasa sakit membuatku sadar betapa kecil, lemah, dan rapuhnya aku. biarlah pagi ini takut menemaniku.
Jika nanti cinta dan rindu tak terdengar di telingamu lagi, percayalah doaku akan setia memeluk jiwamu hingga malam yang menyendiri.
Merindukanmu
Tahukah Kamu ombak yang deras itu bisa apa?
Ya, dapat menghapus segala benih-benih cinta bersama serpihan rindunya….
Namun, ternyata tak denganku
Sebab, disini aku tetap merindukanmu yang jauh disana
Sehingga ku tak yakin, bila ombak deras itu dapat menghapus serpihan rindu ini
Risau
Saat sang angin mulai membisikkan tentangnya
Namun aku tak pernah tahu apa maksudnya
Seakan menyentuh, sampai menusuk relung kalbu
Hingga membuat hati ini menjadi bisu
Namun, entah apa isi bisikan angin itu
Yang ku harap hanyalah berita kesenangan
Tanpa disertai dengan kedukaan dalam hati
Namun, nyatanya bukan itu maksud dari sang angin
Hingga rasa gelisah pun mulai tertanam pada hati dengan seketika
Dan membuat penat bertanya
Hampa
Karya: Disa Virdiansa
Perih tanpa luka biasa kurasa Sedih tanpa sebab hal yang biasa Air mata datang tanpa peringatan Tiada menunggu hati untuk bersiap
Hari-hari kini terasa hampa Laksana gelap gulita tanpa cahaya Bahagia serasa tiada harapan Kini diriku berselimut kesedihan
Melodi lagu terasa berceceran Dulu menyenangkan kini menyesakkan Hati rasa sakit setiap mendengarkan Tanpa sadar air mata terus bercucuran
Hidupku kini bagai tanpa tujuan Entah lurus atau berbelok kuberjalan Diriku tidak tahu apa-apa Karena hanya kehampaan yang kurasa
Pergimu
Karya: Syahbet Arbiah Nasution
Dinginnya malam merasuk ke tulangku Aku roboh saat itu Menatapmu terbujur kaku Dalam balutan gaun perpisahan
Mataku merah tanda kesakitan Suaraku paruh teriakkan namamu Dalam diam kau tersenyum lihat tingkahku Haruskah aku menangis seperti bayi yang meminta susu Agar kau bangkit menenangkanku
Aku hancur sehancur-hancurnya kaca yang tak berbentuk Mengikhlaskan pergimu sama dengan membunuhku, ibu
Saat Perpisahan Tiba
Karya: Vandim Hermawan
Akankah semuanya jadi terkenang Atau hanyut terbawa gelombang Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan Semua bukanlah sekedar renungan
Tersimpan cakap dalam kenangan Tak akan ada kehilangan Kita mungkin berbeda jalan Pasti ada banyak rintangan Tuk wujudkan segala impian
Perpisahan bukan akhir pertemuan Bukan berarti suatu kerelaan Kebersamaan akan terajut dalam naungan persaudaraan Tak akan terlepas kelak meraih kesuksesan
Terlalu Rindu
Karya: Tadha Armani
Hari ini hujan lagi Sedang rindu itu belum lagi sunyi Jantung merindukan detaknya Detak merindukan rentaknya
Malam ini dingin lagi Sedang rindu itu masih lagi wangi Gula merindukan kopinya Kopi merindukan pahitnya
Sekedar mendengar suara Tampaknya tak lagi cukup Jadi penutup bahagia Karena seiring berjalannya waktu Kaktus mungil itu mulai berduri Dengan saling menyalahkan Tentang siapa yang menyebabkan rindu ini
Hingga mulai kau pertanyakan tentang waktuku Mulailah aku mengungkit kata "susah senang bersama" itu
Hati mulai hilang kehati-hatiannya Dan terbawalah kita ke ambang perpisahan Hanya karena Kita sama-sama terlalu rindu