Sonora.ID – Berikut pembahasan mengenai pengertian presipitasi hingga proses terjadinya.
Pernahkah kamu bertanya-tanya, apakah air di bumi bisa habis jika digunakan terus menerus oleh makhluk hidup?
Lalu, bagaimana proses perputaran air sehingga kita bisa menggunakannya setiap hari?
Dalam siklus air atau situs hidrologi ada beberapa istilah seperti evaporasi, kondensasi, prespitasi, dan infiltrasi.
Di antara beberapa proses tersebut, artikel ini akan fokus membahas pengertian presipitasi dan proses terjadinya.
Baca Juga: Mengapa Warna Air Laut Berbeda-beda? Berikut Penjelasan Ilmiahnya!
Presipitasi adalah proses jatuhnya segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk cair (hujan) maupun padat (salju).
Presipitasi terjadi karena kondensasi uap air di awan. Di mana uap air di atmosfer cukup besar dan berat untuk kemudian turun ke bumi cair atau padat seperti es dan salju.
Pengertian Presipitasi
Presipitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi.
Presipitasi sendiri merupakan proses akhir dari serangkaian tahapan yang menyebabkan jatuhnya hujan.
Fenomena itu terjadi ketika atmosfer (yang merupakan suatu larutan gas raksasa) menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut (terpresipitasi).
Udara menjadi jenuh melalui dua proses, pendinginan atau penambahan uap air.
Presipitasi yang mencapai permukaan bumi dapat menjadi beberapa bentuk, termasuk diantaranya hujan, hujan beku, hujan rintik, salju, dan hujan es.
Virga adalah presipitasi yang pada mulanya jatuh ke bumi, tetapi menguap sebelum mencapai permukaannya.
Presipitasi adalah komponen penting dalam siklus air dan menjadi sumber sebagian besar air tawar di Bumi.
Sekitar 505.000 km3 air turun melalui proses presipitasi tiap tahunnya, sebanyak 398.000 km3 turun di lautan.
Bila didasarkan pada luasan permukaan bumi, presipitasi tahunan global adalah sekitar 1 m, dan presipitasi tahunan rata-rata di atas lautan sekitar 1,1 m.
Presipitasi perlu diukur untuk mendapatkan data hujan yang sangat berguna bagi perencanaan hidrologis, semisal perencanaan pembangunan bendung, dam, dan sebagainya.
Proses Terjadinya Presipitasi
Merangkum buku Pengendalian Pencemaran Lingkungan, disebutkan bahwa presipitasi merupakan bagian dari siklus air, yaitu sirkulasi air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus-menerus.
Pada mulanya, awan mengalami adveksi, yaitu proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.
Awan yang mengalami adveksi selanjutnya akan mengalami proses presipitasi.
Terjadinya proses presipitasi dimulai saat awan mencair akibat pengaruh suhu udara yang tinggi.
Baca Juga: Begini Proses Terjadinya Hujan, Lengkap dengan Penjelasannya
Pada proses presipitasi, hujan akan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.
Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga mencapai nol derajat celcius, proses presipitasi berpotensi menghasilkan salju.
Awan yang mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis, seperti pada daerah iklim sub tropis.
Berdasarkan buku Lingkungan Abiotik, proses presipitasi dapat dijelaskan dengan berbagai teori.
Dua di antaranya yang dapat menjelaskan dengan baik adalah proses kolisi-koalesensi (collision-coalescence process) untuk daerah latitudinal rendah (sekitar khatulistiwa) dan proses Bergeron (Bergeron process atau disebut juga proses kristal es) untuk daerah latitudinal tinggi.
Merujuk pada buku Pengantar Meteorologi, pada proses kolisi-koalesensi, tahap pertama adalah pembentukan titik-titik air melalui inti kondensasi.
Ada beberapa titik air yang lebih besar dari yang lain karena tabrakan antara beberapa titik-titik air atau inti kondensasi yang dimiliki lebih kuat.
Titik-titik air yang besar ini bertabrakan (kolisi) dan bergabung dengan titik-titik air yang lebih kecil, sehingga membentuk tetes hujan.
Pembentukan tetes hujan dipengaruhi oleh muatan listrik pada awan, titik-titik air, arus naik pada wan, ketebalan awan, dan jangkauan ukuran titik-titik air.
Pada proses Bergeron, tahap pertama adalah pembentukan titik-titik air di dasar awan melalui proses kolisi-koalesensi.
Titik-titik air sebagian ada yang terdorong arus naik ek atas awan, kemudian titik-titik air ini mendingin.
Titik-titik air ada yang sebagian berubah menjadi kristal es dengan bantuan partikel-partikel yang disebut inti es.
Tekanan uap jenuh kristal es lebih kecil dari tekanan uap jenuh titik-titik air. Akibatnya, titik-titik air menguap dan terdeposisi pada kristal-kristal es.
Kristal es akan membesar, bertabrakan, dan berkumpul sehingga membentuk salju.
Presipitasi dari awan nimbostratus atau stratus biasanya terbentuk melalui proses Bergeron.
Presipitasi yang turun dari awan kumulonimbus biasanya terbentuk dari campuran sebagian proses Bergeron dan kolisi-koalesensi.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: 20 Contoh Benda Cair dan Sifatnya, Lengkap dengan Perubahan Wujudnya