Bukan tanpa alasan, mengingat unggahan berisi hoaks, sangat berpengaruh pada pemilih pemula.
Melalui unggahan itu juga Ia mengkhawatirkan bisa mencuci otak para pemilih pemula.
Terlebih sejauh ini, pengguna internet secara nasional lebih besar bila dibandingkan jumlah daftar pemilih tetap di Indonesia.
"Ada 204,8 juta pemilih. Sedangkan menurut survei, pengguna internet di Indonesia ada sebanyak 215,63 juta," tekannya.
"Kami menginginkan para pemilih, bisa mengetahui calon yang mereka pilih sudah tepat. Bukan dipengaruhi oleh kampanye hitam atau informasi bohong," sambungnya.
Baca Juga: 10 Contoh Berita Hoax, Pernah Bikin Gempar Satu Indonesia Lho!
Lantas, apakah KPU memiliki tim siber untuk mengantisipasi hal itu? Tenri mengaku tidak memilikinya.
Namun demikian, dia mengaku sudah bekerja sama dengan jajaran Polda Kalsel.
"Untuk melakukan pengecekan sosial media yang mengunggah informasi hoaks," tutupnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan Reja Pahlevi mengungkapkan, keseharian pemilih pemula erat kaitannya dengan penggunaan gadget.
"Banjir informasi itu di gadget," ujarnya akademisi di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin itu.
Pemilih pemula menurutnya, juga kerap menjadi sasaran berita hoaks, hingga informasi berisi ujaran kebencian.
Salah satu faktor, lantaran pemilih pemula tidak memiliki wawasan politik yang cukup.
"Ini yang sangat patut diwaspadai. Kami di akademisi tentunya di perkuliahan, juga menyarankan bagaimana cara menelaah sebuah pemberitaan," tekannya.
Lebih lanjut Ia membeberkan, beberapa tip agar pemilih pemula bisa dengan mudah membedakan informasi hoaks dengan benar.
"Lihat sumber beritanya, penulisnya dan medianya. Isinya juga penting apakah isinya menghina atau bagaimana," sarannya.
Baca Juga: 17 Jurnalis Radio Sumsel Ikuti Pelatihan dari Google Terkait Berita Hoax