Sonora.ID - Pemerintah Indonesia menggandeng negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk menguatkan komitmen bersama dalam mempercepat transformasi pendidikan anak usia dini (PAUD).
Sebagai wujud komitmen memprioritaskan PAUD, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), terus konsisten lakukan modifikasi kurikulum agar responsif terhadap perkembangan zaman, menyusun metode pembelajaran bervariasi, serta membuka peluang kolaborasi yang melibatkan sektor swasta.
Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah (Dirjen PDM), Iwan Syahril, di Jakarta dalam Dialog Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di ASEAN atau forum Southeast Asia Policy Dialogue on Early Childhood Care and Education (SEA PD on ECCE).
Dialog kebijakan ini digelar bersamaan dengan Konferensi Internasional ke-3 tentang PAUD dan Pengasuhan Anak atau 3rd International Conference on Early Childhood Care Education and Parenting (ICECCEP).
“Saya berharap konferensi hari ini menjadi kesempatan bagi negara-negara ASEAN untuk menyatukan berbagai gagasan dengan saling berbagi praktik baik dalam penyediaan layanan PAUD yang berkualitas. Bersama-sama kita dapat membangun masa depan yang lebih baik, dimulai dari komitmen yang lebih kuat dalam meningkatkan kualitas layanan PAUD,” ujar Iwan di Jakarta, Selasa (25/7).
Baca Juga: Jaga Keselarasan Pendidikan Anak dari Jenjang PAUD ke SD/MI
Iwan menambahkan besar harapan semua pihak akan terlibat dalam diskusi yang bermanfaat dan bermakna dalam rangka memajukan PAUD di kawasan ASEAN.
Sementara itu, Direktur Southeast Asia Ministers of Education Organization Regional Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP), Prof. Vina Adriany menjelaskan, dalam konferensi internasional tersebut dibahas 5 topik bahasan pada sesi pararel.
“Dalam konferensi ini akan dibahas seputar Pendidikan Pengasuhan Anak Universal dan Transisi ke Pendidikan Dasar, Pengaruh Lokal & Global pada PAUD, PAUD Holistik dan Terintegrasi, Membangun Ketahanan PAUD, dan Pendidikan Pengasuhan Anak “, ujar Prof. Vina.
Di sela konferensi, Head of Early Childhood Education and Development (ECED) Tanoto Foundation, Eddy Henry menjelaskan perkembangan filantropi dalam mendukung pengembangan anak usia dini (PAUD).
“Filantropi terkini sudah mengalami perubahan”, ujar Eddy.
Setidaknya ada 4 perubahan strategi filantropi era dahulu dan masa kini. Pertama, dari pemberian amal berubah fokus pada dampak.
Kedua, dari terfragmentasi menjadi penyelarasan untuk skala besar dan dampak jangka Panjang.
Ketiga, dari bekerja sendiri menjadi kolaboratif atau memobilisasi berbagai jenis pendanaan (Pemerintah, organisasi filantropi, lembaga pembangunan dan sektor swasta) Keempat, dari dukungan keuangan saja menjadi pengembangan kapasitas dan bantuan Teknis.
Perubahan strategi filantropi ini turut mempengaruhi program utk anak usia dini agar dapat tumbuh dan berkembang optimal.
Secara umum, Dialog Kebijakan dan Konferensi Internasional PAUD ditujukan untuk mendorong perlunya penguatan program transisi PAUD ke SD sebagai upaya mengurangi mengatasi ketertinggalan masa belajar dan tumbuh kembang pada anak usia dini yang sempat diperparah oleh situasi pandemi Covid-19.
Baca Juga: 12 Aturan dan Larangan Atribut MPLS 2023 untuk Jenjang PAUD-SMA
Penyelenggaraan Dialog Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di ASEAN dan Konferensi Internasional ke-3 tentang PAUD dan Pengasuhan Anak yang berlangsung 25-26 Juli 2023 ini, merupakan hasil kerjasama antara Kemendikbudristek bersama Sekretariat ASEAN, SEAMEO CECCEP, Tanoto Foundation, dan Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC).
Nantinya, selain mendapatkan laporan dari tiap negara (country report), dari sesi dialog kebijakan diharapkan lahir deklarasi atau komitmen bersama para Menteri pendidikan di Asia Tenggara di bidang PAUD dan scoping study program PAUD di Asia Tenggara.