Menurut pakar pengasuhan dan perkembangan anak, dalam situasi ini penting untuk tetap sabar dan memvalidasi perasaan mereka lho!
Sejatinya, anak kecil memang akan bertindak natural sesuai dengan usianya.
Kita tidak bisa memaksa mereka untuk menangani situasi yang terjadi dengan kedewasaan. Sebagai ayah, penting untuk mengakui perasaan anak.
Ketika anak stres karena sesuatu, mudah untuk mengabaikan masalah yang tampaknya tidak membuat kita stres.
Sayangnya, praktik ini bisa membuat anak merasa malu karena memiliki emosi dan kecemasan.
Alih-alih mempermalukan emosi, akui mereka dan bicarakan perasaan anak secara terbuka.
Mengancam anak dengan cara ini membuat mereka merasa tidak diterima.
Seringkali merupakan ancaman kosong karena kita tidak mungkin mengusir anak dari rumah karena pelanggaran kecil.
Jika anak diintimidasi, mudah untuk mengatakan kepadanya untuk melawan.
Menurut sebuah artikel oleh CNN Internasional, mengajari anak-anak untuk membalas (baik secara fisik maupun metaforis) hanya mengajarkan mereka untuk menggunakan kekerasan alih-alih penyelesaian masalah yang tenang dan logis.
Memaksakan harapan yang mungkin tidak sesuai dengan minat dan bakat anak bisa membuatnya merasa tidak diterima apa adanya.
Meskipun menyatakan rasa kecewa adalah hal wajar, tanpa memberikan konteks atau solusi, anak bisa merasa tidak berharga.
Tentu, seorang Ayah mungkin kewalahan di tempat kerja, tetapi ketika anak-anak ingin menghabiskan waktu bersama atau bahkan mengajukan pertanyaan PR sekolah, Ayah harus membiasakan diri untuk tidak mengucapkan frasa ini.
Baca berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.
Baca Juga: 6 Cara Berbakti kepada Orang Tua yang Sudah Meninggal Menurut Islam