Memakai softlens atau lensa kontak merupakan alternatif yang bisa dilakukan apabila indra penglihatan mengalami minus, namun tidak nyaman mengenakan kacamata. Lensa kontak banyak dipilih dibandingkan kacamata karena tidak rawan pecah dan tidak mengganggu penampilan.
Bahkan, saat ini ternyata softlens tidak hanya dikenakan oleh penderita mata minus saja, melainkan juga sebagai salah satu trend fashion. Namun, pemakaian softlens ini ternyata tidak hanya akan membantu mengatasi permasalahan, melainkan juga menimbulkan dampak tertentu pada pengguna.
Akibat dari pemakaian soflen yang pertama adalah menyebabkan iritasi ditandai dengan timbulnya warna merah pada mata. Pemakaian softlens juga bisa menyebabkan gatal pada mata dan orang yang mengenakannya tidak tahan, sehingga menggosoknya.
Akibat lainnya dari pemakaian softlens yang tidak tepat adalah bisa menyebabkan kebutaan, baik yang sementara maupun permanen. Potensi kebutaan ini menjadi akibat yang paling parah apabila penggunaan softlens tidak tepat.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab beberapa permasalahan dari pemakaian softlens tersebut. Faktor penyebab yang pertama adalah pemakaian softlens selama lebih dari 8 jam tanpa membasahi mata dengan cairan khusus.
Faktor selanjutnya adalah softlens yang digunakan tersebut dalam keadaan kotor dan belum dibersihkan, sehingga menimbulkan kuman dan bakteri. Kuman yang terdapat pada softlens akan menyebar pada mata saat digunakan.
Hal berikutnya yang bisa menyebabkan potensi kebutaan adalah penggunaan softlens terlalu sering dan dalam durasi lama. Kebiasaan memakai softlens hingga tertidur juga bisa meningkatkan resiko kebutaan tersebut.
Baca Juga: 3 Contoh Teks Argumentasi Singkong, Lengkap!
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan softlens harus tetap dilakukan dengan cara yang tepat agar tidak menimbulkan akibat buruk. Penggunaan softlens sebaiknya disertai dengan tata cara yang benar dengan memperhatikan kapan waktu untuk memakai dan melepasnya.
Di samping itu, penggunaan softlens yang berlebihan bisa membuat kenyamanan mata hingga pandangan terganggu. Saat memakai softlens, jangan lupa untuk membasahi mata dengan cairan tetes 3 jam sekali dan melepasnya apabila sudah selesai berkegiatan atau akan tidur.
4. Teks Argumentasi tentang Kesehatan IV
Kesehatan Mental
Adanya Pandemi tidak hanya memberikan dampak pada kesehatan fisik, tetapi juga berpengaruh pada kesehatan mental masyarakat.
Terlebih lagi ketika masyarakat diharuskan membatasi aktivitas di masa kenormalan baru. Kondisi tersebut diperburuk dengan dampak ekonomi sosial yang dirasakan masyarakat.
Kondisi ekonomi yang terpengaruh oleh Pandemi mengantarkan pada banyaknya PHK, masalah finansial, dan pekerjaan. Masa depan menjadi lebih tidak pasti karena situasi yang sulit. Hal ini dapat mengancam kesehatan mental masyarakat.
Dalam suatu seminar di ITB, dr. Teddy mengatakan bahwa 1 dari 4 orang mengalami gangguan jiwa dan setidaknya ada lebih dari 11 juta orang mengalami depresi. Namun, hanya 9 persen yang sudah ditangani.
Adanya Pandemi menyebabkan kepanikan dan berpotensi menimbulkan depresi. Berdasarkan penelitian, setelah 1 bulan Pandemi, ada 47 persen mahasiswa merasa depresi.
Masalah ini perlu segera ditangani. Salah satunya dengan mengetahui ciri-ciri gangguan mental. Di antaranya, perubahan pola tidur, sulit berkonsentrasi, timbul stress dan bosan, dan lain sebagainya.
5. Teks Argumentasi tentang Kesehatan V
Kesehatan Seputar Rokok
Merokok merupakan aktivitas yang dianggap nikmat tetapi ternyata bisa mengganggu kesehatan tubuh karena rokok banyak terkandung zat berbahaya. Rokok bisa merusak kesehatan dengan perlahan akan merusak organ dalam tubuh melalui racun tersebut.
Zat adiktif rokok yang disebut sebagai aseton bisa membuat penghisap menjadi kecanduan. Zat yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan cairan pembersih kuku ini mempunyai sifat memabukkan. Namun, aroma aseton pada rokok sendiri memang tersamarkan karena sudah tergabung dengan bahan lain.
Proses pembakaran rokok juga akan menambah jumlah gas beracun yang bisa membahayakan tubuh. Gas beracun yang ditimbulkan saat pembakaran rokok ini adalah karbon monoksida (CO). Ini sama dengan gas yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Gas ini memang cenderung tidak berwarna, berbau, maupun terasa, sehingga cukup sulit untuk dikenali. Gas karbon monoksida yang dihasilkan pada proses pembakaran rokok ini juga bisa menyebabkan gangguan pernapasan pada orang sekitar, yang tidak ikut merokok.
Selain itu, bahkan masih banyak zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok. Gas-gas tersebut akan semakin memperbesar potensi kerusakan organ tubuh, terutama jika seseorang terus merokok dalam jangka waktu yang lama.
Mengkonsumsi rokok dalam jangka panjang bisa mengganggu kesehatan tubuh karena kontaminasi dari berbagai zat berbahaya. Dari gagasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa menghindari merokok bisa menjadi salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh.
Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.