Untuk itulah peran perpustakaan dibutuhkan. Bukan lagi hanya menyediakan buku bacaan saja. "Pada 2016 lalu, kami menciptakan teori tentang pustakawan, dan dunia harus belajar ke Indonesia. Yakni 10 persen melakukan manajamen terhadap koleksi, 20 persen manajemen ilmu pengetahuan, dam 70 persen transfer ilmu."
"Perpustakaan tidak boleh menjadi menara gading. Tapi harus melibatkan peran serta masyarakat. Percuma punya berjuta-juta buku, tapi tidak tahu apa yang dibutuhkan masyarakat," beber Kepala Perpusnas.
Kaitannya dengan PILM di Kota Bogor, Syarif mengapresiasi program yang dimiliki Perpustakaan Kota Bogor saat ini. Keberadaan gedung baru, menunjukkan komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor untuk memberikan fasilitas kepada publik.
"Secara de facto, Bogor sudah menjadi ibu kota negara karena Presiden tinggal di sini," katanya.
Bogor, lanjut Syarif, memiliki sejarah dengan ilmu pengetahuan yang dibuktikan dengan keberadaan Kebun Raya Bogor (KRB), dan balai pustaka yang telah berusia ratusan tahun.
"Gagasan baru (Dinas Arsip dan Perpustakaan) Kota Bogor melibatkan masyarakat dengan beragam program menarik. Seperti menjadi kepala dinas sehari bagi generasi Z dan lain sebagainya," tukas Syarif.
Hadir pula sebagai pembicara Penulis Buku Trinity dan Influencer/Pegiat Literasi Eka Ardhinie. Dimoderatori oleh Visual Storyteller Moch. Rizky Candiaz, talk show berjalan menarik.