12 Contoh Naskah Drama Singkat, Berbagai Tema untuk Referensi Tugas

31 Agustus 2023 14:00 WIB
Ilustrasi contoh naskah drama singkat
Ilustrasi contoh naskah drama singkat ( freepik.com)

Sonora.ID - Artikel kali ini akan membahas tentang 12 contoh naskah drama singkat berbagai tema yang dapat dijadikan sebagai referensi tugas.

Drama adalah sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan suatu kisah melalui peran lakon dan dialog yang dipentaskan.

Sebagai siswa kelas XI, kamu pasti akan mendapatkan materi tentang drama yang memerlukan contoh naskah drama singkat sebagai referensi belajar.

Dengan adanya contoh naskah ini, kamu dapat dengan mudah mencari inspirasi dalam mengembangkan ide dan tema terkait drama yang akan kamu pentaskan bersama teman-teman.

Berikut Sonora ID bagikan informasi lengkap 12 contoh naskah drama singkat yang sudah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Naskah Drama Singkat I

Baca Juga: 7 Contoh Kalimat Lugas dan Kiasan, Ketahui Perbedaannya

Mengejar Cita-Cita

Ada dua anak yang bersahabat sejak kecil bernama Adi dan Anjas. Mereka selalu bersama, tetapi semenjak ayah Adi pindah bekerja mereka berdua pun terpisah. Pada suatu ketika tanpa disadari  mereka bertemu kembali.

Ketika bertemu, mereka berbincang-bincang perihal rencana  kuliah. 

Anjas: “Adi,  rencananya kamu mau kuliah di mana?”
Adi: “Aku mau kuliah di PIP.”
Anjas: “Memangnya kamu mau pilih jurusan apa?”
Adi: “Pelayaran. Mau jadi kapten kapal dong hehehe. Hmm tap i…”
Anjas: “Kamu kenapa?”
Adi: “Tapi aku lemah dengan  pelajaran fisika.”
Anjas: “Duh jangan sedih dong, sudah enggak apa-apa. Kalau  kamu belajar lebih giat lagi kamu pasti bisa. Teruslah berusaha, jangan menyerah. Kejar cita-cita kamu. Eits! Tapi jangan lupa kalau sudah usaha, kita juga harus tetap berdoa.”
Adi: “Iya, terima kasih ya atas masukannya. asti aku bakal belajar lebih giat lagi.”
Anjas: “Nah gitu dong!”
Adi: “Kalau kamu? Mau kuliah dimana?”
Anjas: “Aku belum tau nih. Kira-kira menurut kamu di mana ya? Terus, jurusan apa?” 
Adi: “Kalau menurut aku sih lebih baik kamu ikuti kata hati kamu aja. Pastinya yang sesuai dengan bakat dan minat kamu juga.”
Anjas: “Iya sih,  tapi masalahnya aku belum tau nih bakat aku di mana.”
Adi: “Ya, kalau menurut aku sih, soal bakat kamu sebaiknya minta pendapat ke orang lain. Misalnya, ke teman, guru, dan juga orang tua. Terus kalau kamu masih bingung juga, aku saranin kamu untuk minta petunjuk Tuhan Yang Maha Esa. Ya, dengan berdoa.
Anjas: “Wah makasih ya, Adi, atas pendapat dan saran kamu. Aku akan coba ikuti saran kamu. Oh iya, udah sore, nih. Aku pulang, ya. Makasih Adi.”
Adi: “Oh iya, oke, deh. Sama-sama. Makasih juga ya Anjas.”

Setelah perbincangan tadi, mereka berdua menjadi lebih giat belajar. Akhirnya, Anjas telah mengetahui bakat dan minatnya untuk melanjutkan kuliah. .

Waktu terus berlalu. Tidak terasa mereka berdua telah lulus ujian dan mereka pun ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yang mereka inginkan. Berkat kegigihan yang dilakukan Adi dan Anjas, akhirnya mereka diterima di perguruan tinggi yang mereka impikan. 

2. Naskah Drama Singkat II

Pengajuan Skrip Naskah

Andi adalah anak sekolah yang gemar menulis. Dirinya memiliki sebuah naskah yang hendak dia terbitkan.

Andi: "Shan, aku ingin cerita, nih?"
Shani: "Cerita apa? Soal mimpi gilamu, kan? Kamu sekarang mau bermimpi apa lagi? Jadi astronot? Atau, berkelana ke planet Neptunus?"
Andi: "Hahaha, kau ini tahu saja. Aku memang mau menceritakan mimpiku. Namun, mimpiku kali ini bukan seaneh yang dulu. Kali ini, mimpi yang aku wujudkan ini lebih realistis. Aku ingin jadi penulis novel, Shan. Tepatnya menjadi penulis novel fantasi. Kamu tahu sendiri kan kalau ini tukang ngayal. Jadi, aku yang menjadi penulis novel fantasi adalah yang bisa aku wujudkan."
Shani: "Widih, tumben-tumbenan mimpimu sial, mana bagus juga lagi. Eh, ngomong-ngomong, kamu udah bikin naskahnya belum?"
Andi: "Udah, dong. Malah kemarin aku kirim ke penerbit."
Shani: "Widih, mantap kali kalau begitu! Semoga naskah diterima penerbit ya, Ndi."
Andi: "Aamiin. Makasih ya Shan."

Beberapa waktu kemudian

Shani: "Ndi, bagaimana dengan naskah novelmu? Diterima penerbit tidak?"
Andi: "Nggak, nih Shan. Malahan, aku disuruh revisi sama penerbitnya. Mana revisiannya banyak lagi. Ah, mimpi indah untuk bikin novel fantasi mimpi yang bisa aku wujudkan."
Shani: "Yaelah, Ndi. Naskah kamu kan cuma disuruh direvisi; bukan ditolak. Jadi, naskah kamu masih punya peluang buat diterbitkan oleh penerbit. Lagian, jika tidak diterbitkan di penerbit yang kamu tuju itu, kamu masih bisa kirim ke penerbit lain. Iya, kan"
Andi: "Iya sih, Shan. Eh, ngomong-ngomong, terima kasih ya atas masukannya."
Shani: "Sama-sama, Ndi."

Andi pun kembali merevisi naskah novelnya tersebut. Shani sebagai sahabatnya pun terus memberi dukungan dan memberi masukan kepada Andi. Cerita pendek, novel karangan fantasi Andi pun diterbitkan dan digemari oleh banyak pembaca.

3. Naskah Drama Singkat III

Menanti

(Panggung menggambarkan ruang depan. Di kanan, jendela kaca tertutup. Sebelah belakang, ada pintu menuju ruang dalam. Ada beberapa gambar tua dan jam dinding, sebuah meja dan beberapa kursi. Pukul setengah delapan malam. Di luar angin kencang bertiup dan sekali-kali terlihat cahaya kilat). (Amran gelisah dan mondar-mandir, sekali-kali melihat jam).

Amran: (Bicara sendiri) “Sudah jam setengah delapan lewat. Ke mana perginya, Anhar?” (melihat ke pintu dalam).
Gunadi: (Masih di dalam) “Ya, Kak…” (keluar menemui Amran).
Amran: (Duduk) “Ke mana katanya, Anhar tadi?”
Gunadi: “Mau mancing ke tempat kita mendapat ikan besar dulu, Kak.”
Amran: “Kenapa kau bolehkan saja? Kalau ayah dan ibu tahu, tentu akan marah.” (Berdiri dan berjalan pelan) “Kau tahu, kau tahu itu bahaya?”
Gunadi: “Bahaya apa, Kak?”
Amran: (Berdiri di jendela) “Tempat itu ada penunggunya.”
Gunadi: “Ada yang jaga, Kak? Itu kan kali biasa, masa ada yang memilikinya. Siapa saja boleh mancing di situ, kan?”
Amran: (Kesal) “Ah, kamu. Ada, ada setannya, tahu?”
Gunadi: (Ketakutan) “Aaah, Kak Amran. Jangan begitu ah…. Saya takut.” (Gunadi melihat ke kiri dan kanan).

(Di luar kilat memancar terang. Kemudian, petir menggelegar).

Gunadi: (Terkejut dan melompat) “Au, tolong, Kak!”
Amran: (Ke dekat adiknya) ”Ada apa, Gun?”
Gunadi: “Tidak apa-apa kak, saya hanya kaget saja. Tapi….(ragu-ragu) apakah Anhar tidak apa-apa, Kak?”
Amran: “Itulah. Kakak takut ia kehujanan. Akan kususul ia ke sana.”
Gunadi: “Jangan, kak. Saya takut tinggal sendiri di rumah.”
Amran: “Ayolah ikut, kita kunci saja rumah.”
Gunadi: “Tapi kak….tapi jalan ke sana gelap, saya tidak berani ikut.”
Amran: (Kesal dan bingung) “Habis bagaimana? Ditinggal tidak berani, diajak juga takut. Anhar kan harus dicari!” (Diam dan mendengar sesuatu). “Hah…suara apa itu?
Gunadi: (Mendekap Amran) “Kak, Kak…! Ada apa, Kak?”

(Pintu depan terbuka. Anhar berdiri memegang kail dan ikan kecil-kecil).

Anhar: (mengangkat ikannya) “Lihat, Kak. Lihat banyak, ya….”
Amran: (Tersenyum tapi agak kesal) “Kamu anak nakal. Ayo ke belakang sana. Membuat orang bingung.”

4. Naskah Drama Singkat IV

Perdebatan Tukang Becak dan Polisi

Seorang tukang becak asal Madura yang dipergoki seorang polisi saat memasuki kawasan 'Becak Dilarang Masuk!'.

Dengan santainya si tukang becak itu melintas di depan polisi sampai polisi datang meniup peluit.

Polisi: "Apakah kamu tidak melihat gambar di sana? Becak tidak boleh masuk ke jalan ini, dengan nada tinggi sambil menunjuk rambu-rambu."
Tukang becak: "Oh, iya saya lihat Pak Polisi. Tapi itu kan gambar becaknya kosong, tidak ada orangnya. Sementara becak saya kan ada orangnya, berarti boleh masuk."
Polisi: "Bodoh! Apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisannya becak dilarang masuk!"
Tukang becak: "Memang tidak bisa baca saya, Pak. Kalau saya bisa baca, pasti saya bisa jadi polisi seperti Bapak, bukan jadi tukang becak seperti sekarang."

5. Naskah Drama Singkat V

Siang itu lima sekawan yakni Danu, Dina, Dita, Didi, dan Dadang sepakat untuk mengerjakan tugas sepulang sekolah bersama.

Dita: “Nanti kita kerjakan tugas di tempat biasa ya teman-teman.”
Didi: “Di balai desa atau di rumah Danu?”
Dita: “Di balai desa saja.”
Dina: “Baiklah teman-teman, kalau begitu saya pulang ganti baju dan makan dulu baru saya ke balai desa.”

Setelah mereka semua pulang ke rumah masing-masing dan jam menunjukkan pukul empat sore, Dina, Dita, dan Didi segera berangkat menuju balai desa. Hanya Danu yang tidak berangkat karena sepulang sekolah ia tertidur pulas dan lupa jika sudah sepakat mengerjakan tugas.

(Sampai di balai desa)

Didi: “Danu mana ya? Sudah hampir jam lima dia tak kunjung datang.”
Dina: “Jangan-jangan dia lupa jika sekarang kita akan mengerjakan tugas?”
Dita: “Atau mungkin dia mengira kalau kita akan mengerjakan tugas di rumahnya. Sebaiknya kita ke rumahnya mungkin dia sudah menunggu kita.”
Dadang: “Mungkin dia ada urusan tetapi lupa memberitahu kita. Kita tunggu saja disini sembari menyelesaikan separuh tugas.”

Mereka berempat mengerjakan tugas bersama terlebih dahulu sembari menunggu kedatangan Danu. Setelah jam tangan Dadang menunjukkan angka pukul 5:30 sore, terlihat dari jauh anak laki-laki terengah-engah berlari membawa tas.

Didi: “Tuh kan, Danu baru kemari.”
Dina: “Eh.. iya. Tetapi kenapa dia berlari seperti dikejar hantu dan memakai seragam sekolah?”
Danu: “Teman-teman? Sedang apa kalian sepagi ini di balai desa? Apa kalian tidak takut terlambat ke sekolah?”

Seketika Dita, Dina, Didi dan Dadang tertawa terbahak-bahak.

Dita: “Ini masih sore, Danu. Pasti kamu baru bangun tidur kan?”
Dina: “Makanya Dan, kita dilarang tidur sampai hampir petang.”

Wajah Danu memerah disertai rasa malu dan menyesal.

6. Naskah Drama Singkat VI

Baca Juga: 5 Contoh Naskah Drama 5 Orang, Singkat tentang Persahabatan Abadi

Pergaulan Bebas

Pagi itu di sebuah sekolah SMA, Bayu berlari menghampiri Jono, Liyana, Nina, Ardi, Mira, Cici, dan Ahmad.

Bayu: "Teman-teman, kemarin ada salah seorang teman kita yang ditahan polisi karena terlibat kasus narkotika."
Jono: "Iya, kemarin saya mendengar kabar burung, tetapi saya tidak mengetahui siapa anak yang ditahan tersebut."
Nina: "Katanya sih, kalau tidak salah dengar yang ditangkap polisi itu si Riko anak kelas sebelah."
Ahmad: "Kasihan sekali, pasti dia ada masalah sehingga sampai mencoba obat-obatan terlarang sebagai pelariannya. Di satu sisi, kejadian tersebut merusak nama baik sekolah kita."
Liyana: "Namun, bisa saja dia merupakan korban atau dijebak orang. Kita tidak boleh menuduhnya sebagai pengguna terlebih dahulu sebelum ada bukti yang kuat."
Nina: "Setahuku, dia memang berasal dari keluarga cukup mampu, tetapi kurang kasih sayang dari orang tuanya."
Ardi: "Benar kata Liyana, sekarang banyak oknum tidak bertanggung jawab yang menjebak atau mencari korban lainnya."
Cici: "Sekarang memang sedang marak kasus narkotika di kalangan remaja. Hampir setiap hari tayangan di televisi menyiarkan berita tentang kasus narkotika."
Ahmad: "Kita harus pandai-pandai memilih teman bergaul dan mewaspadai orang asing di sekitar kita."
Mira: "Kasih sayang dan perhatian orang tua memang sangat berpengaruh pada kehidupan remaja yang masih labil. Kalau orang tua terus mengabaikan anak-anaknya, mereka akan terjerumus ke pergaulan bebas."
Bayu: "Katanya sih, dia tidak sampai dipenjarakan karena masih di bawah umur. Dia hanya akan melewati tahap rehabilitasi dan kedua orang tuanya perlu diselidiki lebih jauh terkait ketidaktahuan mereka tentang anaknya yang sudah berulang kali menggunakan obat terlarang tersebut."
Cici: "Semoga saja setelah direhabilitasi, Riko bisa sembuh dan bersekolah seperti biasanya."
Liyana: "Semoga saja, perjalanan hidup kita masih panjang. Usia kita sekarang ini merupakan usia di mana kita menemukan jati diri dan merencanakan masa depan. Sangat disayangkan jika tindakan buruk yang kita perbuat sekarang dapat menghancurkan masa depan kita."
Jono: "Mari kita bersama-sama saling mendukung dan mengingatkan supaya kita tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang akan merusak masa depan kita. Kuatkan iman dan terbuka kepada orang tua, keluarga, dan teman terdekat jika ada masalah agar kita tidak depresi dan memicu kita melakukan perbuatan terlarang seperti mencoba menggunakan narkotika!"

7. Naskah Drama Singkat VII

Ketika Pangeran Mencari Istri

Suatu ketika, terdapat sebuah kerajaan yang diperintah seorang raja yang bijaksana. Namanya Raja Henry. Raja Henry memiliki seorang anak bernama Pangeran Arthur. Pada suatu hari, datanglah seorang pemuda pengembara. Ia datang ke kerajaan dan menemui Pangeran yang sedang melamun di taman istana.

Pengembara: “Selamat pagi, Pangeran Arthur!”
Pangeran Arthur: “Selamat pagi. Siapakah kau?”
Pengembara: “Aku pengembara biasa. Namaku Theo. Kudengar, Pangeran sedang bingung memilih calon istri?”
Pangeran Arthur: “Ya, aku bingung sekali. Semua wanita yang dikenalkan padaku, tidak ada yang menarik hati. Ada yang cantik, tapi berkulit hitam. Ada yang putih, tetapi bertubuh pendek. Ada yang bertubuh semampai, berwajah cantik, tetapi tidak bisa membaca. Aduuh!”
Pengembara: “Hmm, bagaimana kalau kuajak Pangeran berjalan-jalan sebentar. Siapa tahu di perjalanan nanti Pangeran bisa menemukan jalan keluar.”
Pangeran Arthur: ”Ooh, baiklah.”

Mereka berdua lalu berjalan-jalan ke luar istana. Theo mengajak Pangeran ke daerah pantai. Di sana mereka berbincang-bincang dengan seorang nelayan. Tak lama kemudian nelayan itu mengajak pangeran dan Theo ke rumahnya.

Nelayan: “Istriku sedang memasak ikan bakar yang lezat. Pasti Pangeran menyukainya.”
Istri nelayan: (Datang dari dapur untuk menghidangkan ikan bakar). “Silakan Tuan-tuan nikmati makanan ini.”(Kembali lagi ke dapur)
Pengembara: “Wahai, Nelayan! Mengapa engkau memilih istri yang bertubuh pendek?”
Nelayan: (Tersenyum). “Aku mencintainya. Lagi pula, walau tubuhnya pendek, hatinya sangat baik. Ia pun pandai memasak.”
Pangeran Arthur: (Mengangguk-angguk)

Selesai makan, Pangeran Arthur dan pengembara itu berterima kasih dan melanjutkan perjalanan. Kini Theo dan Pangeran Arthur sampai di rumah seorang petani. Disana mereka menumpang istirahat. Mereka beberapa saat bercakap dengan Pak Tani. Lalu, keluarlah istri Pak Tani menyuguhkan minuman dan kuekue kecil. Bu Tani bertubuh sangat gemuk. Pipinya tembam dan dagunya berlipatlipat. Kemudian, Bu Tani pergi ke sawah,

Pengembara: “Pak Tani yang baik hati. Mengapa kau memilih istri yang gemuk?”
Pak Tani: (Tersenyum). “Ia adalah wanita yang rajin. Lihatlah, rumahku bersih sekali, bukan? Setiap hari ia membersihkannya dengan teliti. Lagipula, aku sangat mencintainya.”
Pangeran Arthur: (Mengangguk-angguk).

Pangeran dan Theo lalu pamit, dan berjalan pulang ke Istana. Setibanya di Istana, mereka bertemu seorang pelayan dan istrinya. Pelayan itu amat pendiam, sedangkan istrinya cerewet sekali.

Pengembara: “Pelayan, mengapa kau mau beristrikan wanita sebawel dia?”
Pelayan: “Walaupun bawel, dia sangat memperhatikanku. Dan aku sangat mencintainya.”
Pangeran Arthur: (Mengangguk-angguk). “Kini aku mengerti. Tak ada manusia yang sempurna. Begitu pula dengan calon istriku. Yang penting, aku mencintainya dan hatinya baik.”
Pengembara: (Bernapas lega, lalu lalu membuka rambutnya yang ternyata palsu. Rambut aslinya ternyata panjang dan keemasan. Ia juga membuka kumis dan jenggot palsunya. Kini di hadapan Pangeran ada seorang puteri yang cantik jelita.) “Pangeran, sebenarnya aku Puteri Rosa dari negeri tetangga. Ibunda Pangeran mengundangku ke sini. Dan menyuruhku melakukan semua hal tadi. Mungkin ibundamu ingin menyadarkanmu.”
Pangeran Arthur: (Sangat terkejut). “Akhirnya aku dapat menemukan wanita yang cocok untuk menjadi istriku.”

Pangeran Arthur dan Putri Rosa akhirnya menikah dan hidup bahagia selamanya.

8. Naskah Drama Singkat VIII

Tentang Makna Kebersamaan

Suatu hari lima sekawan sedang bermain bola di lapangan desa tempat mereka tinggal. Mereka memang sering bermain bola sore hari di lapangan tersebut. Saat ini, mereka sedang beristirahat di pinggir lapangan.

Bayu: "Dod, kamu dibawakan bekal apa oleh ibumu?" (sambil membuka kotak bekalnya).
Dodi: "Aku dibawakan bekal ayam goreng ini. Kalau kamu, Bay?"
Bayu: "Aku dibawain bekal udang besar sama bundaku. Soalnya kemarin ayahku menangkap udang bersama ayah Ehsan."
Dodi: "Jadi, bekalmu juga juga pakai udang, San?"
Ehsan: "Iya, Dod. Aku sama dengan Bayu" (tersenyum semringah).
Dodi: "Waaahhh enaknya... aku juga suka sekali udang. Kalau kamu, Ham?"
Ilham: "Aku dibawakan sayur daun ubi dengan ikan sambal, Dod. Makanan kesukaanku."
Dodi: "Wahhh, itu juga tak kalah enaknya. Kalau kamu, Ton?"
Anton: (tersenyum meringis), "Aku tidak membawa bekal. Ibuku pagi-pagi sekali sudah bekerja karena abangku akan masuk SMA. Oleh karena itu, ayah dan ibu harus giat mencari uang. Jadi, ibuku tak sempat memasakkan aku dan membawakanku bekal," (sedih).
Dodi: "Ya sudah, Ton. Kamu masih bisa kok makan bersama kami."
Anton: "Maksudnya?"
Ehsan: "Bagaimana kalo kita ramai-ramai makannya biar Anton juga bisa makan, makanan kita."
Ilham: "Bagaimana caranya?"
Ehsan: "Begini saja, bagaimana kalo kita memakan menggunakan daun pisang? Jadi, makanan kita nantinya dituang ke daun pisang itu. Biar kita semua bisa makan bareng-bareng."
Dodi: "Ide bagus tuh. Ayo!"

Ilham dan Bayu mengambil daun pisang yang tak jauh dari tempat mereka. Mereka semua menuangkan makanannya di daun pisang tersebut. Mereka makan dengan lahap.

Anton: "Terima kasih ya teman-teman. Cuma kalian teman yang mengerti keadaanku."

Bayu: "Siap. Santai aja, Ton," (tersenyum).

9. Naskah Drama Singkat IX

Lomba Masak

Reni, Ria, Untari, dan Susi sedang duduk-duduk di teras rumah Ria. Di atas meja terhidang minuman dan sepiring pisang goreng. Peristiwa itu terjadi pada suatu sore hari.

Reni: “Bagaimana Ri, kau sudah mendapat ide?”
Ria: (Penuh tanda tanya). “Sebetulnya sudah, tapi… apakah kalian setuju dengan ideku ini?”
Untari dan Susi: (Hampir bersamaan). “Coba katakan, apa idemu?”
Ria: “Begini (diam sebentar). Kita buat saja masakan dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Kebetulan kami panen pisang dan singkong, kemarin. Nah, kita bisa memanfaatkan kedua bahan itu.”
Untari: “Tapi… apakah masakan kita tidak memalukan? Sebab, singkong dan pisang hanya bahan murah.”
Susi: “Benar pendapat Untari, tentunya kelompok kita akan membuat masakan dari bahan yang lebih baik dan lebih mahal.”
Reni: “Tetapi aku setuju dengan pendapat Ria. Dengan bahan yang sederhana kita pun dapat membuat makanan yang enak. Kebetulan kakakku pernah membuat makanan dari bahan singkong dan pisang. Jadi, kita dapat belajar dari dia.”
Ria: “Ya, ibuku pun pernah memasaknya, dan hasilnya… Kami semua senang.”
Untari: (Bernada khawatir). “Tapi… Bagaimana dengan kelompok lain?”
Susi: “Wah, mereka pasti akan memasak makanan yang enak dan mahal.”
Reni: “Ah, makanan mahal belum tentu enak rasanya. Dan kita harus mengingat kemampuan kita.”
Ria: “Betul kata Reni, sebaliknya makanan yang murah belum tentu tidak enak. Maka, sekarang kita putuskan saja, kelompok kita, kelompok II, akan membuat makanan dari bahan singkong dan pisang.”
Reni: “Ya, aku setuju, bagaimana Untari, dan kau Susi?”
Untari: (Bernada pasrah). “Bisa begitu… Ya sudahlah, aku setuju.”
Susi: “Aku juga setuju.”

Baca Juga: 7 Contoh Naskah Drama Persahabatan, Pendek dan Mudah Dihafal

10. Naskah Drama Singkat X

Masa Depan

Ilham, Mamad, Zahra, Rira, Alan, dan Intan adalah 6 orang yang sudah bersahabat sejak sekian lama.

Berbeda dengan keempat temannya, sikap dan kepribadian Rira dan Alan sangat kontras dengan pemikiran Ilham, Mamad, Zahra, dan Intan.

Pada suatu hari ketika mereka sedang bertemu, Rira dan Alan mendapat teguran dari teman-temannya lantaran sikapnya masih saja seperti anak kecil.

Ilham: "Apa sih yang harus kita lakukan supaya keinginan kita itu nantinya bisa terealisasi dan tidak hanya sekedar mimpi saja?" (sambil melirik ke arah Rira dan Alan)
Mamad: "Ya tentunya harus banyak sekali yang harus kamu lakukan! Sederhananya, misalkan dari sekarang, kamu harus mulai menata kehidupan dan kepribadian kamu lebih dewasa lagi!"

Jawaban Mamad sejatinya ditunjukan kepada Riri dan Alan. Pasalnya, sebagai sahabat ia ingin membuat sahabatnya bersikap lebih baik lagi dan sama-sama belajar untuk memahami dan menghormati karakter masing-masing, agar pertemanan tetap terjalin.

11. Naskah Drama Singkat XI

Naik Kelas

Ardi: “Aku tahu kamu adalah juara kelas. Tetapi dari tadi aku perhatikan wajahmu tampak bimbang, seperti angin ribut. Coba lihat mereka! Bersorak-sorak gembira! Mereka telah berhasil merebut kemenangan dalam kenaikan kelas ini meskipun tidak menjadi juara seperti kau!”
Citra: “Itulah bedanya!”
Ardi: “Tentunya ada yang sedang kamu pikirkan.”
Citra: “Tentu saja! Namanya juga orang hidup!”
Ardi: “Apakah kamu sedang memikirkan hasil juaramu itu?”
Citra: “Tidak!”
Ardi: “Nilaimu yang bagus?”
Citra: “Tidak!”
Ardi: (Bersungut) “Semua tidak!” (Setelah diam sejenak) “Yang kamu pikirkan itu, apakah ada hubungannya dengan makhluk hidup?”
Citra: “Ya dan tidak!”
Ardi: “Sejenis hewan?”
Citra: “Tidak!”
Ardi: “Manusia? Tumbuhan? Cacing?”
Citra: “Tidak!”
Ardi: “Manusia tidak, hewan tidak, tumbuhan juga tidak! Eng… apa ada hubungannya dengan orang lain?”
Citra: “Ya!”
Ardi: (Kecewa) “Ah, kalau saja aku tahu apa yang ada di dalam kepalamu, aku tentu tidak akan main ragam pesona seperti ini! Tak tahulah apa yang hendak aku lakukan dengan proyek termenungmu itu! Semula…sebagai seorang kawan, aku ingin membantu.Siapa tahu kepalaku yang dungu ini bisa memberikan pertolongan. Atau paling tidak, semacam perhatian yang khusus terhadap masalah yang khusus pula.”
Citra: “Nah! Mendekati hal itu, Ar!”
Ardi: “O, soal yang khusus-khususan itu, toh?”
Citra: “Ya. Bahkan sangat khusus dan sangat pribadi!”
Ardi: “Apa itu?”
Citra: “Aku kagum dan tidak mengerti terhadap dirimu, Ardi!”
Ardi: “Terhadap aku yang bodoh dan tidak naik kelas ini?”
Citra: “Ya. Kamu tidak naik kelas, tetapi begitu besar perhatianmu padaku. Kamu tidak naik kelas, tetapi tampak tidak merasa kecewa, bahkan tenang-tenang saja. Itulah yang membuat aku bingung!”

12. Naskah Drama Singkat XII

Persahabatan

Ruangan kelas terasa sangat dingin dan tegang, karena bertepatan dengan momen ujian semester sekolah. Andi dan Bani duduk sebangku, kemudian ada Siti dan Dina duduk sebangku di depannya, sedangkan Bidu duduk sendiri di samping Bani.

Saat itu, matematika adalah mata pelajaran yang sedang diujikan. Semua murid pun tampak kebingungan dan kewalahan saat melihat soalnya. Sehingga, terjadilah percakapan antara para sekawan, Andi, Bani, Bidu, Siti dan Dina.

Bani: "Dina, aku mau minta jawaban dari soal nomor 6 dan 7 dong!"
Dina: "B dan D"
Siti: "Kalau nomor 11, 12, dan 13 jawabannya apa Ban?"
Bani: "11 A, 12 D, nomor 13 aku belum nih."
Andi: "Husssttt... jangan kenceng-kenceng nanti guru dengar lho."
Siti: "Soalnya susah sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan nih."

Kemudian mereka berempat pun memutuskan untuk saling contek menyontek. Namun, tidak dengan di Bidu. Bidu malah terlihat tenang dan mengerjakan soal ujiannya sendiri tanpa bergabung untuk menyontek.

Bani: "Bid, kamu udah selesai jawab soal?"
Bidu: "Belum, masih 2 soal lagi."
Bani: "Aku mau minta jawaban nomor 16 sampai 20 Bid!"
Bidu: "Nggak bisa, Ban."
Bani: "Lah kenapa? Kita kan sahabat, harus kerja sama."
Dina: "Iya Bidu, kita harus kerja sama."
Andi: "Iya, kamu kan paling pintar di sini Bid."
Bidu: "Tapi bukan kerja sama yang seperti ini harusnya."
Siti: "Kenapa emangnya? Cuma beberapa soal doang!"
Bidu: "Menyontek atau memberi contekan itu hal buruk sama dengan soda. Aku tidak mau menyontek karena dosa, atapun memberi contekan ke kalian. Aku minta maaf ya."
Siti: "Tapi saat ini mendesak Bid."
Dina: "Ya Bidu, bantu kami."
Bidu: "Tidak, maaf."
Andi: "Ya sudah, biarkan. Uruslah urusanmu sendiri Bid dan kami akan urus urusan kami sendiri."
Bani: "Kita lihat buku saja."

Bani pun lalu mengeluarkan buku matematika dari kolong mejanya secara diam-diam. Kemudian melihat rumus dan jawabannya. Lalu, Siti menanyakan hasilnya.

Siti: "Bagaimana Ban, ada tidak? apa jawabannya?"
Bani: "Ada. kalian dengar ya. 16 A, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C."

Namun, suara Bani yang terdengar keras, membuat guru pun mendengarnya. Seketika menghampiri mereka.

Guru: "Hey, kalian ini, mencontek terus. Kelar saja kalian!"

Mereka berempat pun keluar dari kelas dan dihukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera.

Bani: "Aku tidak menyangka akan dihukum seperti ini."
Siti: "Seharusnya kita belajar ya."
Andi & Dina: "Iya benar!"

Tiba-tiba Bidu keluar kelas dan menghampiri mereka. Kemudian ia ikut berdiri hormat sama seperti yang lain.

Dina: "Kenapa Bid? Kamu dihukum juga?"
Bidu: "Tidak, aku ingin menjalani hukuman kalian juga. Kita kan sahabat? Aku ingin kita bersama."
Siti: "Aku berharap ini jadi pelajaran untuk kita semua ya."
Dina: "Dan tidak boleh diulang lagi."
Andi: "Kita sahabat sejati!"

Lalu, mereka pun menjalani hukuman dengan tawa dan senyum. Persahabatan akan mengalahkan segala keburukan dan membuat kita tidak akan mengulangi hal buruk lagi.

Itu dia 12 contoh naskah drama singkat yang dapat kamu jadikan sebagai referensi dalam membuat naskah; sudah coba mengembangkan ide sendiri?

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm