Malang, Sonora.ID - Kemenkominfo dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sepakat mengangkat isu penting tentang cara bermedia sosial di era digital ini.
Di kota Malang, para pemimpin gereja Katolik dari seluruh Indonesia berkumpul untuk membagikan pandangan dan pesan penting tentang bagaimana kita dapat menggunakan media sosial secara cerdas dan bijak.
Konferensi ini merupakan upaya kolaboratif Kemenkominfo untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para pelaku media sosial, terutama generasi muda.
“Isilah ruang digital kita dengan konten-konten positif, isilah dengan karya-karya yang baik, jangan takut apabila teman-teman menemukan konten negatif, bisa diadukan ke kami melalui aduankonten.id dan apabila sudah menjadi korban dari penipuan online atau ragu dalam melakukan pembelian online bisa mengadukan atau mengecek rekening pelaku melalui cekrekening.id. dan apabila diteror nomor tidak dikenal bisa diadukan di aduannomor.id. Jadi jangan takut untuk bertindak sendiri,” ujar Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo Bonifasius Wahyu Pudjianto dalam pidato pembukaan acara literasi digital di hotel Aliante Kidul Dalem, kecamatan Klojen kota Malang Jawa Timur. Minggu (03/09/2023)
Bonifasius juga menekankan kepada seluruh peserta yang datang pada acara hari ini untuk selalu membanjiri ruang digital dengan konten-konten yang positif sehingga terciptanya
ruang digital yang aman dan ramah bagi setiap kalangan.
Baca Juga: Menpora Dipanggil Kejagung Terkait Kasus Dugaan Korupsi BTS, Jokowi: Datang dan Berikan Klarifikasi
“Harus diingat bahwa era digital yang berkembang pesat, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. maka dari itu saya berharap kepada teman-teman untuk dapat ikut andil dalam mengisi ruang digital ini dengan hal-hal yang positif,” tambahnya.
Acara ini juga dihadiri Sekretaris Eksekutif Komsos KWI Romo Anthonius Stevel Lalu yang
membahas berbagai aspek media sosial, mulai dari etika bermedia sosial hingga dampak sosial yang muncul dari penggunaan yang tidak bijak.
“Gereja Katolik itu sangat positif melihat perkembangan teknologi, sangat positif. Teknologi dinilai sebagai rahmat dan berkat yang kami terima. Sambil tentu menyadari tentang bahaya potensi negatif dari informasi yang ada,” ujarnya.
Dalam pidatonya Romo Anthonius menjelaskan bahwa informasi yang didapatkan di media sosial adalah Rahmat atau berkah bagi seluruh kalangan yang membacanya namun yang menjadi perhatiannya adalah banyaknya berita bohong dan informasi palsu yang beredar di media sosial.
Maka dari itu Romo Anthonius menekankan kepada seluruh peserta untuk menyebarkan cinta kasih melalui media sosial.
“Paus Fransiskus mengingatkan kita, Kasih adalah bahasa yang dapat dipahami oleh semua orang, termasuk yang tidak memiliki agama. Oleh karena itu, dalam bermedia sosial, kasih tidak memandang agama, ras, atau latar belakang lainnya. Kasih adalah prinsip universal yang harus mengarahkan perilaku kita online” tambahnya dalam pembukaan acara Literasi Digital bersama KWI.
Romo Anthonius juga menambahkan dalam pidatonya di era informasi dan disinformasi yang melimpah, menjadi penjaga kebenaran sangatlah penting. Sebagai pengguna media sosial, kita memiliki tanggung jawab untuk memverifikasi informasi sebelum membagikannya.
“Saya mengutip dari Paus Benediktus XVI pernah mengatakan, Kebenaran itu sendiri tidak selalu populer, dan seringkali benar bukan yang paling mudah atau nyaman.” tegasnya.
Para narasumber juga mengajak untuk meningkatkan kesadaran tentang potensi bahaya media sosial.
Edukasi tentang bagaimana mengenali berita palsu (hoaks), menghindari perundungan daring, dan melindungi privasi pribadi sangat penting. Selain itu, acara hari ini juga menekankan pentingnya dialog antar agama dalam ruang media sosial.
Membangun pemahaman dan toleransi antar agama di platform online adalah langkah kunci dalam menciptakan harmoni sosial.
Talkshow Literasi Digital bersama Konferensi Waligereja Indonesia merupakan salah satu rangkaian kegiatan Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2023 dengan target 50 juta orang mendapatkan literasi digital hingga tahun 2024.