Ia menilai, melalui program tersebut, dua hal telah dilakukan oleh Pemprov Sulsel dibawah kepemimpinan Bahtiar sebagai Pj Gubernur.
Pertama perubahan metode menanam pisang yang sebelumnya secara tradisonal beralih ke moderen. Kemudian, mengubah budaya konsumtif menjadi industri.
"Itu dua keinginan Bapak Gubernur, dan tentu kami DPRD Sulawesi Selatan mendukung penuh keinginan Pak Gubernur untuk 100.000 ribu hektar yang ada di Sulsel," sebutnya.
Baca Juga: Pemprov Sulsel Gandeng GGP Lampung Kembangkan Budidaya Pisang
Sedangkan, Sekretaris Provinsi Sulsel, Andi Muhammad Arsjad, menyampaikan, kegiatan ini sebagai upaya pengentasan kemiskinan, inflasi, ketahanan atau kedaulatan pangan dengan melibatkan banyak pihak.
"Ini merupakan gerakan bersama yang didukung oleh seluruh elemen dan kita berharap gerakan ini bisa menjadi solusi untuk permasalahan. Bukan hanya pertahanan dan kekuatan pangan, tetapi juga menciptakan peluang kerja atau peluang pendapatan yang kita harapkan mengintervensi kemiskinan ekstrem," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Sulsel, Imran Jauzi, bergerak cepat menindaklanjuti hasil rapat sebelumnya. Termasuk melakukan pendataan lahan. Pihaknya juga menurunkan 2.000 orang penyuluh untuk memberikan pemahaman cara menanam pisang yang baik dan benar.
Ia menyebutkan, untuk tahap awal, pihaknya menyiapkan anggaran sebesar Rp30 miliar untuk penanaman pisang. Dalam jangka panjang, pihaknya akan menggunakan teknologi kultur jaringan agar dapat menghasilkan bibit pisang dalam jumlah besar. "Nantinya bibit sudah dapat diproduksi sendiri dan Sulsel menjadi sumbernya," imbuhnya.
Adapun jumlah produksi pisang di Sulsel dalam lima tahun terakhir tergolong meningkat.
Pada 2018, produksi pisang Sulsel tercatat mencapai 136 ribu ton, kemudian pada 2019 naik menjadi 142,4 ribu ton. Lalu pada 2020 sebanyak 146,5 ribu ton, 2021 sebanyak 161,5 ribu ton dan 2022 mencapai 179,7 ribu ton.