Sonora.ID - Styrofoam bisa dikategorikan sebagai salah satu jenis plastik yang kerap digunakan sebagai wadah untuk makanan atau minuman.
Banyak orang menggunakan styrofoam karena harganya yang terjangkau dan kemudahan penggunaannya.
Namun, penggunaan styrofoam dapat berdampak negatif pada kesehatan. Styrofoam mengandung beberapa zat kimia yang diyakini berbahaya bagi kesehatan manusia.
Beberapa di antaranya termasuk benzena dan styrene, yang telah terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit kanker.
Bahkan, World Health Organization (WHO), organisasi kesehatan dunia, telah mengklasifikasikan benzene sebagai zat karsinogenik yang dapat menyebabkan pertumbuhan sel kanker dalam tubuh.
Styrene, sebagaimana yang terbukti, memiliki efek negatif serupa terhadap kesehatan.
Sebenarnya, risiko styrofoam berasal dari kemungkinan kontaminasi styrene dalam makanan Anda. Transfer zat ini bergantung pada beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut:
1. Tingginya lemak makanan
Makanan yang mengandung tingkat lemak yang tinggi lebih cenderung mengalami kontaminasi styrene yang lebih besar daripada makanan yang memiliki sedikit lemak.
Namun, hingga saat ini, para ahli belum dapat menjelaskan dengan pasti mengapa kandungan lemak dalam makanan mempengaruhi perpindahan styrene ke dalam makanan Anda.
Baca Juga: 7 Cara Mengusir Laron Tanpa Harus Mematikan Lampu, Bisa Pakai Wadah Air!
2. Suhu makanan
Semakin tinggi suhu makanan yang ada di dalam wadah styrofoam, semakin besar kemungkinan zat styrene berpindah ke dalam makanan.
Oleh karena itu, disarankan untuk tidak menggunakan styrofoam saat memanaskan makanan atau saat menyimpan makanan dalam suhu panas.
3. Lama kontak dengan makanan
Semakin lama makanan disimpan dalam styrofoam, semakin meningkat risiko berdampak negatif pada kesehatan Anda.
Meskipun demikian, WHO menyatakan bahwa styrene tidak akan menjadi ancaman bagi kesehatan jika konsentrasinya dalam tubuh tidak melebihi 5000 ppm.
Sementara itu, kemasan makanan atau styrofoam yang sering digunakan untuk menyimpan makanan hanya melepaskan styrene dalam jumlah sekitar 0,05 ppm.
Oleh karena itu, Badan Pengawasan Obat Indonesia menyatakan bahwa penggunaan styrofoam untuk makanan dianggap aman.
Gangguan kesehatan apa saja yang bisa terjadi akibat adanya kontaminasi zat styrene? Risiko styrofoam berasal dari kemungkinan transfer zat kimia dari styrofoam ke dalam makanan Anda. Beberapa dampak yang mungkin timbul jika terjadi transfer tersebut adalah:
1. Meningkatkan risiko leukemia dan limfoma.
2. Menyebabkan gangguan pada sistem saraf.
3. Dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan janin dan menyebabkan bayi lahir cacat.
4. Mengalami sakit kepala.
Baca Juga: 12 Macam Penyakit Mental yang Bisa Saja Kita Alami
Bagaimana cara mencegah bahaya styrofoam dari wadah makanan? Meskipun styrofoam telah dianggap aman untuk digunakan, risiko yang terkait dengan styrofoam masih bisa muncul jika tidak berhati-hati dalam menghindari kontaminasi zat styrene. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menghindari potensi risiko dari penggunaan styrofoam yang sering Anda lakukan:
1. Hindari kontak langsung dengan styrofoam, Anda bisa memberi plastik atau kertas nasi sebagai alas dari styrofoam.
2. Hindari penggunaan styrofoam untuk makanan yang panas.
3. Jika makanan bersifat asam, mengandung banyak lemak atau alkohol, maka sebaiknya hindari penggunaan styrofoam.
4. Jangan menggunakan styrofoam berulang kali. Gunakanlah hanya untuk satu kali pakai.
5. Jika makanan bersifat asam, mengandung banyak lemak atau alkohol, maka sebaiknya hindari penggunaan styrofoam.
Baca Juga: 7 Manfaat Kencur untuk Kesehatan yang Bisa Menyembuhkan Penyakit