Seperti halnya bisnis, kegagalan adalah hal yang umum. Tidak terhitung lagi berapa banyak degan yang dia produksi dan berakhir sia-sia.
Dia pernah mengalami degan jelly terlalu keras, kulit kelapa yang dikupas warnanya coklat dan sebagainya.
"Jumlah degan yang gagal tidak dapat dihitung (habisnya) banyak, sebulan itu. Jadi setiap suami pulang kerja, malam, kami mencoba begitu terus," ungkapnya.
Hingga akhirnya, keduanya berhasil menemukan rumus yang tepat.
Meski sudah selesai, namun mereka tidak segera menjualnya. Dengan itu malah dia berbagi ke teman-temannya. Dia juga berbagi dengan teman-temannya untuk mencoba.
Awal Juli menjadi titik awal produksi degan jelly ini. Dia kemudian mengirimkan ke salah satu restoran temannya di Selo. Ternyata, banyak yang tertarik.
Sekarang, dia sudah menyetor ke enam restoran dan kafe lainnya. Selain degan jelly dan thumb varian original, dia juga menjual dengan jelly buah.
Permintaan dengan jelly mulai meningkat. Dari produksi awal hanya beberapa butir saja.
Sekarang sehari bisa produksi sampai 50-80 butir per hari. Setiap restoran meminta pengiriman dari 30-100 butir per minggunya.
"Walaupun bisa bertahan selama tujuh hari, tapi Alhamdulillah, sebelum itu sudah habis. Kalau harganya, dengan jeli Rp 18 ribu - Rp 20 ribu. Sedangkan jeli buah itu Rp 25 ribu. Pendapatan sebulan bisa Rp 10 juta," jelasnya.
Baca Juga: Warga Temukan Seorang Korban Tewas Tertabrak KA Kahuripan Di Surakarta
Penulis : Anggeswara Adam