Solo, Sonora.ID - Ada berbagai metode yang dapat dilakukan untuk menciptakan nilai tambah pada suatu produk.
Apabila berada di tepi jalan, sebutir kelapa muda atau degan dapat dijual dengan harga antara Rp 8-10 ribu.
Namun, dalam tangan Muhammad Nur (37) dan Novia Karmiama (35) harganya bisa meningkat dua kali lipat.
Pasangan suami istri (Pasutri) yang tinggal di Perumahan Bhayangkara, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali Kota itu mengolah kelapa muda menjadi Jelly dan tumb utuh seperti coconut thumb dari Thailand.
Pada awalnya, kelapa muda segar dikupas kulitnya hingga menyisakan sedikit serabut kelapannya.
Kemudian, kelapa muda tersebut direndam ke dalam air selama 15 menit.
Air kelapa kemudian dikeluarkan untuk dimasak bersama gula dan bubuk jelly hingga matang.
Kelapa muda yang telah dimasak itu kemudian dimasukkan ke dalam cangkang kepala dan ditutup kembali. Tidak lupa, potongan buah segar dimasukkan untuk menambah variasi citarasa.
Terakhir, degan siap dibungkus dan diletakkan ke dalam kulkas.
Baca Juga: Jangan Lupa! Akan Ada Trophy Experience WC U-17 di CFD 5 November
Novia Karmiana, pembuat Degan Jelly mengakui usaha ini bermula dari percobaan.
"Pertama-tama kami pergi ke salah satu restoran di Solo dan mencoba degan jelly, rasanya enak. Degan itu berbentuk jeli, hal itu menarik minat kami. Ternyata itu adalah reseller, produk dari Banyuwangi. Kemudian kami mencoba dulu, uji coba," ungkap Novia.
Seperti halnya bisnis, kegagalan adalah hal yang umum. Tidak terhitung lagi berapa banyak degan yang dia produksi dan berakhir sia-sia.
Dia pernah mengalami degan jelly terlalu keras, kulit kelapa yang dikupas warnanya coklat dan sebagainya.
"Jumlah degan yang gagal tidak dapat dihitung (habisnya) banyak, sebulan itu. Jadi setiap suami pulang kerja, malam, kami mencoba begitu terus," ungkapnya.
Hingga akhirnya, keduanya berhasil menemukan rumus yang tepat.
Meski sudah selesai, namun mereka tidak segera menjualnya. Dengan itu malah dia berbagi ke teman-temannya. Dia juga berbagi dengan teman-temannya untuk mencoba.
Awal Juli menjadi titik awal produksi degan jelly ini. Dia kemudian mengirimkan ke salah satu restoran temannya di Selo. Ternyata, banyak yang tertarik.
Sekarang, dia sudah menyetor ke enam restoran dan kafe lainnya. Selain degan jelly dan thumb varian original, dia juga menjual dengan jelly buah.
Permintaan dengan jelly mulai meningkat. Dari produksi awal hanya beberapa butir saja.
Sekarang sehari bisa produksi sampai 50-80 butir per hari. Setiap restoran meminta pengiriman dari 30-100 butir per minggunya.
"Walaupun bisa bertahan selama tujuh hari, tapi Alhamdulillah, sebelum itu sudah habis. Kalau harganya, dengan jeli Rp 18 ribu - Rp 20 ribu. Sedangkan jeli buah itu Rp 25 ribu. Pendapatan sebulan bisa Rp 10 juta," jelasnya.
Baca Juga: Warga Temukan Seorang Korban Tewas Tertabrak KA Kahuripan Di Surakarta
Penulis : Anggeswara Adam