Cindy merasa sangat terpuruk dan tidak berdaya. Dia merasa tidak punya siapa-siapa untuk diandalkan atau dibicarakan.
Dia merasa sangat kesepian dan merindukan keluarganya di kampung halamannya.
Suatu hari, saat Cindy sedang duduk di kantin dan menangis, seorang siswa bernama Evan mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi.
Cindy pun menceritakan semuanya pada Evan. Evan merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan bullying yang dilakukan oleh para siswa senior.
Evan adalah siswa senior yang populer dan dihormati di sekolah. Dia sangat dihormati oleh teman-temannya karena sifatnya yang baik dan perhatiannya terhadap orang lain.
Evan merasa bertanggung jawab untuk membantu Cindy dan melindunginya dari para siswa senior yang jahat.
Evan meminta teman-temannya, Kelly, Alex, dan Ben untuk membantunya menghentikan tindakan bullying di sekolah.
Mereka setuju untuk membantu dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini.
Mereka sadar bahwa tindakan bullying tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga pada siswa-siswa lain di sekolah.
Mereka mulai dengan mencari tahu lebih banyak tentang situasi bullying di sekolah dan siapa yang bertanggung jawab.
Mereka berbicara dengan guru-guru dan pihak sekolah tentang masalah ini dan meminta mereka untuk mengambil tindakan.
Namun, mereka menyadari bahwa tindakan pihak sekolah saja tidak akan cukup. Mereka perlu melakukan sesuatu untuk membantu Cindy dan siswa-siswa lainnya yang menjadi korban bullying.
Evan dan teman-temannya mulai memperkenalkan diri pada siswa-siswa baru lainnya dan membantu mereka merasa nyaman di lingkungan sekolah.
Mereka mulai memperhatikan siswa-siswa yang sering menjadi korban bullying dan membantu mereka menghindari situasi-situasi yang berpotensi menjadi tempat bagi bullying.
Mereka juga memutuskan untuk membuat kampanye anti-bullying di sekolah. Mereka mencetak brosur-brosur dan menyebar
kampanye tersebut ke seluruh siswa di sekolah, menyatakan bahwa bullying tidak diperbolehkan di sekolah Jayawijaya dan bahwa mereka semua harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
Setelah beberapa waktu, Evan dan teman-temannya melihat perubahan yang signifikan di sekolah. Para siswa senior yang sebelumnya mem-bully Cindy dan siswa-siswa baru lainnya, mulai menghormati mereka dan tidak lagi memperlakukan mereka dengan kasar.
Bahkan, beberapa siswa senior mulai membantu Cindy dan siswa-siswa baru lainnya, membimbing mereka dalam menghadapi ujian dan membantu mereka bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Cindy merasa sangat terharu dengan bantuan dan dukungan dari Evan dan teman-temannya.
Dia merasa bahwa dia akhirnya memiliki teman-teman sejati di sekolah. Dia tidak lagi merasa kesepian dan terasing.
Dia merasa bahwa dia sekarang menjadi bagian dari komunitas di sekolah Jayawijaya.
Pada akhirnya, kampanye anti-bullying yang dilakukan oleh Evan dan teman-temannya berhasil.
Sekolah Jayawijaya menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman bagi siswa-siswa. Tindakan bullying telah berhenti dan para siswa dapat belajar dan berkembang tanpa rasa takut dan intimidasi.
Cindy dan siswa-siswa baru lainnya tidak perlu lagi merasa terasing dan kesepian di sekolah. Mereka merasa diterima dan dihargai oleh teman-teman mereka.
Mereka merasa bahwa mereka akhirnya dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik di sekolah Jayawijaya.
Dalam perjalanan pulang, Cindy memikirkan semua perjuangan yang dia lalui selama di sekolah.
Itulah contoh contoh cerpen yang bisa kita pelajari tentang bully. Semoga cerita pendek ini dapat mengedukasi dan mengkampanyekan Stop Bullying.