Sonora.ID - Membaca dan menulis cerpan tentang anti bullying bisa membantu siswa untuk lebih memahami kenapa perundungan tidak patut dilakukan.
Perundungan atau bully menjadi kekhawatiran yang patut diperhatikan oleh setiap elemen masyarakat.
Bullying yang terjadi di lingkungan sekolah bisa berdampak buruk bagi kkorban hingga lingkungan sekolah itu sendiri. Bahkan, korban bisa saja menjadi trauma dan mengingatnya seumur hidup.
Lebih buruknya lagi, korban bully bisa melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan diri mereka sendiri karena tekanan yang diterimanya.
Berikut Sonora.ID rangkum 7 contoh cerpen anti bullying yang bisa jadi referensi dan bacaanmu.
Baca Juga: Lirik Lagu 'Anti Bullying di Sini Teman' - Stop Bullying
Contoh Cerpen Stop Bullying 1
Oksa namanya, dia orang kaya, sayang dia punya sifat sombong dan pamer. Dia selalu saja merundung siapa saja yang terlihat lemah. Bahkan dia menghasut teman-teman lainnya untuk memfitnah siswa lain. Oksa, merasa dirinyalah yang paling berkuasa di kelas 9A.
Aku sebagai ketua kelas selalu saja meminta maaf kepada mereka yang selalu dibully-nya. Sebenarnya aku tidak mau menjadi sahabatnya, tetapi jika aku tidak ingin menjadi sahabatnya, aku di-bully dia selamanya.
Pernah suatu hari dia memfitnah Rahma. Dia berkata bahwa ayahnya mempunyai banyak uang dari kerja sambilannya sebagai pemalak, dan pencopet. Padahal ayah Rahma bekerja sebagai seorang ketua DPRD. Rahma menangis karena ayahnya dituduh seperti itu. Aku pun meminta maaf kepadanya secara diam-diam.
Dia juga pernah membully Sira. Dia membaca buku diary Sira, lalu menyebar luaskan isinya, Sira juga diejek karena sepatu yang sudah bisa dikatakan ‘buluk’. Karena kejadian itu, Hanna menangis dan melaporkannya ke guru BK. Oksa pun terkena hukuman skors selama 3 hari.
Aku yang sudah tidak tahan dengan kelakuannya pun bercerita kepada sahabat rahasiaku, yaitu Reina.
“Saski, aku udah gak tahan nih sama kelakuannya,” ucapku pada Saski.
“Heh siapa suruh temenan sama dia! Dari dulu kan udah aku bilang, jangan temenan sama dia,” kata Saski.
“Ya mau gimana lagi, aku gak mau dibully selamanya.”
“Memangnya kamu doang yang gak pengen dibully? Kami juga kali.”
“Ok, ok. Aku akan bilang kepadanya bahwa aku gak akan berteman dengannya lagi,” ucapku dengan penuh semangat.
Beberapa hari setelah percakapan antara aku dan Saski, aku mengajak Nadira kehalaman belakang sekolah untuk berbicara empat mata dengannya.
“Kenapa? Kamu mau minjem uang? Bilang aja, gak usah diajak sampe ke sini juga kali!” ucap Nadira dengan nada angkuh.
“Aku gak butuh uang. Aku cuma mau bilang aku gak mau jadi sahabatmu lagi.”
“Kenapa?” Tanya Oksa kebingungan.
“Aku gak mau berteman denganmu karena sikapmu itu!”
“Kalau kau mau aku tetap menjadi sahabatmu, kau harus mengubah sikapmu itu. Kamu tahu gak, aku selalu malu karena sikapmu!” Seruku lantas meninggalkannya.
Esoknya, aku terheran-heran karena sikap Nadira yang sudah berubah. Dia meminta maaf kepada semua orang. Tanpa sadar aku tersenyum karena dia mau merubah sikapnya, aku teringat dengan kata-kata guru TK-ku dulu. ”Yang buruk pasti bisa berubah.”
Baca Juga: Contoh Hikayat Si Miskin Lengkap dengan Unsur dan Nilai-Nilainya
Contoh Cerpen Stop Bullying 2
Sekolah adalah tempat di mana anak-anak belajar dan bertumbuh menjadi dewasa. Namun, sekolah juga dapat menjadi tempat yang sangat sulit bagi beberapa siswa.
Ini terutama berlaku bagi siswa-siswa baru yang sering menjadi korban bullying dari siswa senior.
Di SMA Jayawijaya, Cindy adalah salah satu siswa baru yang bergabung di kelas 10. Cindy sangat gugup ketika dia pertama kali masuk ke sekolah barunya, dan dia sangat berharap bisa mendapatkan teman-teman baru di sana.
Namun, harapannya segera lenyap ketika dia bertemu dengan beberapa siswa senior yang sangat kasar dan mengintimidasi.
Mereka mulai memanggilnya dengan sebutan yang tidak sopan, merobek buku-bukunya, dan bahkan membuatnya menangis di depan semua orang.
Cindy merasa sangat terpuruk dan tidak berdaya. Dia merasa tidak punya siapa-siapa untuk diandalkan atau dibicarakan.
Dia merasa sangat kesepian dan merindukan keluarganya di kampung halamannya.
Suatu hari, saat Cindy sedang duduk di kantin dan menangis, seorang siswa bernama Evan mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi.
Cindy pun menceritakan semuanya pada Evan. Evan merasa sangat marah dan tidak terima dengan tindakan bullying yang dilakukan oleh para siswa senior.
Evan adalah siswa senior yang populer dan dihormati di sekolah. Dia sangat dihormati oleh teman-temannya karena sifatnya yang baik dan perhatiannya terhadap orang lain.
Evan merasa bertanggung jawab untuk membantu Cindy dan melindunginya dari para siswa senior yang jahat.
Evan meminta teman-temannya, Kelly, Alex, dan Ben untuk membantunya menghentikan tindakan bullying di sekolah.
Mereka setuju untuk membantu dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini.
Mereka sadar bahwa tindakan bullying tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga pada siswa-siswa lain di sekolah.
Mereka mulai dengan mencari tahu lebih banyak tentang situasi bullying di sekolah dan siapa yang bertanggung jawab.
Mereka berbicara dengan guru-guru dan pihak sekolah tentang masalah ini dan meminta mereka untuk mengambil tindakan.
Namun, mereka menyadari bahwa tindakan pihak sekolah saja tidak akan cukup. Mereka perlu melakukan sesuatu untuk membantu Cindy dan siswa-siswa lainnya yang menjadi korban bullying.
Evan dan teman-temannya mulai memperkenalkan diri pada siswa-siswa baru lainnya dan membantu mereka merasa nyaman di lingkungan sekolah.
Mereka mulai memperhatikan siswa-siswa yang sering menjadi korban bullying dan membantu mereka menghindari situasi-situasi yang berpotensi menjadi tempat bagi bullying.
Mereka juga memutuskan untuk membuat kampanye anti-bullying di sekolah. Mereka mencetak brosur-brosur dan menyebar
kampanye tersebut ke seluruh siswa di sekolah, menyatakan bahwa bullying tidak diperbolehkan di sekolah Jayawijaya dan bahwa mereka semua harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
Setelah beberapa waktu, Evan dan teman-temannya melihat perubahan yang signifikan di sekolah. Para siswa senior yang sebelumnya mem-bully Cindy dan siswa-siswa baru lainnya, mulai menghormati mereka dan tidak lagi memperlakukan mereka dengan kasar.
Bahkan, beberapa siswa senior mulai membantu Cindy dan siswa-siswa baru lainnya, membimbing mereka dalam menghadapi ujian dan membantu mereka bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Cindy merasa sangat terharu dengan bantuan dan dukungan dari Evan dan teman-temannya.
Dia merasa bahwa dia akhirnya memiliki teman-teman sejati di sekolah. Dia tidak lagi merasa kesepian dan terasing.
Dia merasa bahwa dia sekarang menjadi bagian dari komunitas di sekolah Jayawijaya.
Pada akhirnya, kampanye anti-bullying yang dilakukan oleh Evan dan teman-temannya berhasil.
Sekolah Jayawijaya menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman bagi siswa-siswa. Tindakan bullying telah berhenti dan para siswa dapat belajar dan berkembang tanpa rasa takut dan intimidasi.
Cindy dan siswa-siswa baru lainnya tidak perlu lagi merasa terasing dan kesepian di sekolah. Mereka merasa diterima dan dihargai oleh teman-teman mereka.
Mereka merasa bahwa mereka akhirnya dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik di sekolah Jayawijaya.
Dalam perjalanan pulang, Cindy memikirkan semua perjuangan yang dia lalui selama di sekolah.
Itulah contoh contoh cerpen yang bisa kita pelajari tentang bully. Semoga cerita pendek ini dapat mengedukasi dan mengkampanyekan Stop Bullying.