Inilah pangkal cedera yang memanjangkan lelakon permaisuri raja Daha mangkat, karena termakan-racun. Putri Galuh Candra Kirana, merasa tersisih, bahkan terusir dan pergi meninggalkan negeri, mengembara dengan beberapa pengiring, termasuk Mahadewi, yang menaruh kasih dan sayang kepada Candra Kirana, yang sudah piatu itu.
Dan Sang Raja yang lemah pembawaannya tidak berdaya menghadapi rekadaya Sang Selir yang serakah itu.
Dalam pada itu, sebenarnya Candra Kirana telah dipertunangkan dengan putra Raja Kuripan yang dalam hubungan-keluarga masih Pak-tua dari Candra Kirana. Ketika putra Kuripan datang akan membawa uang jujur, ternyata Candra Kirana sudah tak ada di keraton Daha.
Putra Kuripan, bernama R. Inu Kertapati, terpaksa menerima Galuh Ajeng sebagai ganti. Tapi Galuh Ajeng, bukan saja tabiatnya kasar, melainkan juga tidak patut jadi pasangan putra Kuripan, yang mempunyai perangai halus dan tindak-tanduk serba baik.
Maka pergilah R. Inu meninggalkan Daha dengan maksud mencari kekasih yang hilang, Candra Kirana. Kelak kedua taruna-teruni ini bertemu di negeri Gagelang, dalam keadaan sama-sama menyamar.
Kirana jadi Panji Semirang dan Raden Inu jadi putra raja Lalana. Berbahagialah kelak kedua putra raja yang baik-baik perangainya ini. Inu dan Kirana kembali ke Kuripan dan diangkat menjadi raja pengganti ayahnya, yang sudah tak kuat lagi untuk memangku Kaprabon.
Dikisahkan juga kehidupan terakhir dari para pelaku lainnya terutama yang memegang peranan sebagai manusia-manusia yang berakhlak buruk dan jahat.
Paduka Liku menderita sakit batin, akibat kehendak dan cita-cita yang dilahirkannya dengan melalui jalan-jalan yang berliku (jahat dan serong), akhirnya melibat diri sendiri. Ia meninggal karena merana, menderita tekanan batin.
Galuh Ajeng dalam versi-baru olahan S. tidak ditampilkan lagi. Tapi dalam versi-lama diceritakan akhirnya berbahagia juga, dapat pasangan putra raja Gagelang (saudara sepupunya), yang juga mempunyai perangai yang sama: kasar dan ceroboh.
Pelaku-pelaku pembantu, panakawan-panakawan yang setia, orang-orang yang ikut mempertahankan kebenaran akhirnya berbahagia juga, misalnya Ken Sangit dan pengiring-pengiring lainnya yang setia kepada Candra Kirana. Dan yang ikut dalam per- kara-perkara kejahatan: menteri negara Daha, karena sekongkol dengan Paduka Liku menamatkan riwayatnya dengan disambar petir.