2. Contoh Cerpen tentang Ayah II
Banting Tulang demi Anak
Aku adalah seorang dosen lulusan universitas Jepang, kiprahku di dunia pendidikan tidak diragukan lagi karena memang aku sudah 10 tahun mengajar di sebuah kampus di Jogja. Apa yang aku dapat ini semuanya adalah cita-citaku sedari kecil, dan aku bangga bisa mencapainya di umurku yang sudah 50 tahun ini.
Keberhasilan ini tidak lepas dari peran dari sang ayah yang mengupayakan keberhasilanku. Berkat beliau, aku bisa bersekolah hingga menyelesaikan S3. Bagiku, ayah adalah orang yang sangat hebat. Beliau mau bekerja keras, tak segan untuk bekerja keras demi keberhasilan keluarga dan anaknya.
Pernah pada suatu ketika pada saat aku masih duduk di bangku sekolah, aku hampir saja putus sekolah karena memang aku tidak tega melihat ayahku yang bekerja keras untuk keberhasilanku dan memberikan nafkah kepada keluarga kami. Namun, ayah melarangku untuk keluar dari sekolah karena memang ayah tidak mau nasib anaknya sama dengan ayahnya hanya kerja serabutan.
Ayah juga pernah menitip pesan yang hingga saat ini masih ku ingat,”Jangan pernah menyerah menghadapi masalah, bila kau mulai lelah maka ingatlah selalu niatmu dan cita-citamu yang begitu berharga”, begitulah kata ayah.
Aku merasa meski sudah puluhan tahun kata itu diucapkan namun masih teringat sangat jelas di memori otaku, karena memang aku sadar bahwa memang karena ucapan tersebutlah aku bisa berhasil seperti sekarang.
Karena mendengar kata-kata tersebut aku yang tadinya hampir saja putus sekolah, mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S3. Ini tentu karena doa dan upaya ayahku yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepadaku hingga aku bisa sukses seperti ini. Meskipun sebenarnya akupun tidak tega melihat ayahku bekerja keras setiap hari. Namun, ayahku tidak suka bila aku keluar dari sekolah dan ikut bersama-sama bekerja serabutan. Ayahku lebih suka bila aku bersekolah hingga ke jenjang yang tinggi dan kemudian menjadi sukses.
Karena memang hanya itu yang bisa membuat ayah bahagia, akhirnya akupun menuruti apa kata beliau dan sampailah aku jadi seperti saat ini.
Baca Juga: Contoh Cerpen tentang Anti Bullying di Sekolah, Mengandung Pesan Moral
3. Contoh Cerpen tentang Ayah III
Aku Rindu Ayah
Cerita oleh: Santi Hendrawati.
Saudaraku ada tujuh orang. Ditambah aku, Ayah, dan Ibu jumlahnyajadi sepuluh orang. Banyak, ya? lya, makanya suasana rumah kami selalu riuh rendah. Gelak tawa, rengek tangis, omelan, atau nyanyian, silih berganti. Suasana rumah tidak pernah lengang, kecuali bila Ayah di rumah.
"Titi, turunkan sikutmu dari meja!" perintah Ayah sewaktu makan bersama.
“Ya, Ayah," jawab Titi, kakakku dengan manis.