Dewi (27), warga Kayutangi, Banjarmasin Utara, mengaku hanya mengetahui momumen tersebut sebagai tugu biasa. Tak ada sejarah lengkap yang pernah diperdengarkan padanya, terutama ketika masih duduk di bangku sekolah.
"Biasanya yang diajarkan ya tentang peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, kalau yang di Banjarmasin malah baru tahu belakangan," tuturnya.
Sementara itu, Okta (38) yang tinggal di kawasan dekat monumen, mengungkapkan bahwa saat ini sudah jarang ada pengunjung ke lokasi bersejarah itu.
Baca Juga: Musim Politik, ASN Banjarmasin Jangan Bikin Simbol-Simbol Aneh!
Padahal biasanya ada apel peringatan dan kegiatan lainnya yang menjadi penanda bahwa tempat tersebut memang punya makna besar bagi perjuangan bangsa ini.
Tak jarang, area monumen yang cukup luas dijadikan lokasi parkir mobil ataupun motor warga setempat.
"Apalagi sekarang penghuni di sekitar lokasi bukan warga asli alias pendatang, sehingga sejarahnya bisa dikatakan terlupakan," ungkapnya.
Ia berharap ada upaya dari pemerintah daerah untuk memperkenalkan sejarah peristiwa 9 November 1945 kepada masyarakat luas, tak hanya lewat apel rutin tiap tahun di lokasi tersebut.
Setidaknya agar sejarah penting itu tidak terlupakan dan hanya jadi monumen belaka.
Mengingat pertempuran sengit yang dibayar keringat dan darah para pejuang, berkontribusi besar bagi upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.