Bandung, Sonora.ID - Pertama dalam sejarah Indonesia, Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan secara serentak di tahun 2024. Diawali pada 14 Februari 2024, masyarakat akan memilih presiden dan wakil presiden, serta legislator yang terdiri dari DPR, DPD, dan DPRD.
Sementara pada 27 November 2024, masyarakat juga akan memilih kepala daerah baik itu gubernur, bupati, maupun wali kota.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) pun telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024, yang didominasi dari oleh generasi (gen) milenial dan (gen) Z.
Ketua KPU Kota Bandung Suharti mengatakan, bahwa Pemilu 2024 didominasi sebanyak 56% pemilih yang berasal dari generasi Y dan Z, yang berarti kecenderungan pemilih pemula sangat jelas terlihat.
"Para pemilih pemula ini sangat mendominasi, dan ini juga menjadi PR bagi kita dalam menyediakan berbagai layanan informasi terkait Pemilu, ditambah perspektif terkait tantangan informasi digital," kata Suharti usai acara diskusi bersama Tular Nalar di Bandung, (25/11/2023/).
Baca Juga: TKD Koalisi Indonesia Maju Jawa Barat, Siap Menangkan Prabowo Subianto di Pemilu 2024
"Mereka ini sangat peka dengan digitalisasi, jadi kita pastikan alur informasi yang akurat dan terpercaya, terutama di era informasi digital yang rawan disinformasi," papar Suharti
Sementara itu, Program Manager Tular Nalar 3.0 Santi Indra Astuti mengatakan, adanya tantangan yang cenderung mengarah pada 'kebaperan dan stagnasi budaya literasi'.
"Perbaikan ekosistem informasi menjadi kunci mengatasi tantangan tersebut. Di tengah maraknya informasi palsu atau hoaks," tegas Santi
"Kami punya tim riset yang menemukan bahwa konten dis atau misinformasi yang paling sering disebarkan adalah konten yang dimanipulasi dengan konsep 3 Kacau IDE, yaitu Kacau Isi, Kacau Diri, dan Kacau Emosi," jelas Santi.
"Jadi satu sisi kita harus perkuat literasi digital dengan metode prebunking, mengajak peserta program untuk mengindera hoaks sebelum menyebar, dan di masa Pemilu hal-hal tersebut sangat mudah terjadi," imbuhnya.
Lebih lanjut Santi mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan oleh Tular Nalar dengan dukungan para mitra strategis dan dukungan penuh dari Google.org, seperti mengadakan kelas-kelas Sekolah Kebangsaan.
"Kami buat kelas-kelas kebangsaan untuk pemilih pemula dan Akademi Digital Lansia untuk pre-lansia dan lansia. Dan kini, kami menargetkan akan dibuka di 38 provinsi di seluruh Indonesia," kata Santi.
Usai diskusi, sejumlah mitra bergabung dalam perjanjian kerjasama untuk meningkatkan kapasitas literasi digital dan pemikiran kritis masyarakat Indonesia, khususnya para pemilih pemula menjelang tahun politik 2024.
Mitra yang hadir dan menandatangani perjanjian kerjasama yaitu Bandung Bergerak, Universitas Informatika dan Bisnis Bandung (UNIBI), Next Generations Indonesia (NXG), Relawan TIK, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), Universitas Sangga Buana, Universitas Padjadjaran (UNPAD), dan Universitas Pasundan (UNPAS).
"Bersama-sama kami berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menyaring informasi di era digital yang penuh tantangan," pungkas Santi.