Pontianak, Sonora.ID – PuskopCUIna yang merupakan Federasi Nasional Credit Union Indonesia menggelar Peresmian Gedung Kantor yang baru sekaligus merayakan Hari jadinya yang ke-35 tahun, pada Senin (27/11/2023).
Deputi Bidang Perkoperasian, Kementerian Koperasi dan UKM, Ahmad Zabadi, SH., MM., yang langsung meresmikan Gedung baru PuskopCUIna dimana diadakan ritual secara tradisi adat Dayak Mualang.
Ahmad Zabadi mengatakan koperasi harus memiliki ekosistem kelembagaan yang baik seperti sektor perbankan karena pada Koperasi Simpan Pinjam bergerak di jasa keuangan sama seperti sektor keuangan lainnya. “Tentu di koperasi kita perlu membangun ekosistem itu karena memang melalui RUU Perkoperasian mengafirmasi keberadaan ekosistem kelembagaan koperasi, “ ujarnya usai kegiatan.
Dia melanjutkan ekosistem yang dimaksud diantaranya, adanya LPS Koperasi, adanya Otoritas Pengawasan Koperasi yang kuat dan independent serta tepat membangun dan mempraktekkan karakteristik khas yang dimiliki koperasi.
Kemudian memperkuat peran sekunder Koperasi Simpan Pinjam sebagai lembaga sehingga nanti Koperasi Simpan Pinjam tidak boleh lagi tidak terhubung dengan Koperasi Sekundernya untuk menjamin likuiditas dari koperasi yang terjaga dan tidak merugikan anggotanya, dan juga memitigasi apabila koperasi – koperasi primer anggotanya menghadapi masalah.
Baca Juga: Kabar Baik, UMR Pontianak 2024 Ditetapkan Naik
“Dan kita atur adanya peraturan tentang sanksi pidana terhadap praktek – praktek yang menyalahgunakan koperasi. Ini penting untuk antisipasi pihak – pihak yang memanfaatkan koperasi untuk kepentingan pribadinya, “ jelas Ahmad Zabadi.
Menurutnya keberadaan RUU Perkoperasian harus segera dibahas bersama dan diharapkan bisa diselesaikan pada masa siding berikutnya sehingga bisa mengatasi praktek – praktek yang merugikan koperasi.
Dia juga menyoroti bahwa Koperasi Simpan Pinjam harus memahami anggota koperasi adalah pelaku usaha, dimana kebutuhan anggota ini bukan hanya dilihat dari aspek pembiayaan saja akan tetapi menyangkut hal – hal yang bersifat non biaya. Sebut saja bahan baku, benih, alat produksi, packaging sampai pemasarannya, kepastian masket dan masih banyak lagi.
“Itu tidak bisa hanya diselesaikan dengan Koperasi Simpan Pinjam, makanya Koperasi Simpan Pinjam yang punya banyak anggota ini untuk mengembangkan usaha secara horizontal dengan membentuk koperasi – koperasi sektor riil untuk melayani kebutuhan anggota, kalau misalnya satu koperasi CU anggotanya ada 100 ribu orang lalu sebagiannya adalah peternak ayam, mereka tidak hanya sekedar butuh membeli pakan, tapi mereka butuh juga bimbingan bagaimana memilih benih yang baik, bimbingan cara mengelola bisnis, panen, kepastian pasar, dan sebagainya, “ ucapnya.
Karena itu lanjutnya, koperasi perlu untuk mempertimbangkan setelah melihat atau mengkaji anggotanya kalau sudah layak ekonomi, harus didorong agar mereka bisa membuat koperasi. Misalnya koperasi maju, sehingga pengembangan koperasi secara horizontal ini memberikan kesempatan koperasi untuk membangun ke depan menjadi sebuah holding.
“Sehingga ke depan memungkinkan akan hadirnya Konglomerasi ekonomi dalam badan hukum koperasi. Ini lah salah satu cara dari dulu yang kita ingin afirmasikan untuk kemudian bagaimana koperasi mengatasi over likuidutas tadi. Kemudian pembiayaan yang tadi disalurkan bukan hanya untuk pembiayaan, tapi juga bisa digunakan untuk anggota, investasi biaya kandang, biaya inves alat produksi, modal dan sebagainya Sehingga over likuiditas bisa diatasi, “ jelasnya.
Sementara itu di waktu yang sama Ketua Pengurus PuskopCUIna, Marselus Sunardi, S.Pd., sependapat dengan Deputi Bidang Perkoperasian, Kementerian Koperasi dan UKM. Dimana dia menyatakan mengapa ada koperasi yang bertumbuh dan ada yang hilang, serta bagaimana peran sekunder itu bekerja.
“Koperasi yang berkomitmen mengikuti sekundernya ketika sekundernya bergerak dan berjalan dengan baik maka sekunder akan menjadi penyambung regulasi atau penyambung standar, “ terangnya.
Marselus menegaskan dengan adanya standar yang mana regulasi dari pemerintah justru membantu mereka untuk bertumbuh dengan belajar melakukan hal yang benar, maka dari itu sebagai sekunder PuskopCUIna sangat membuka diri untuk koperasi – koperasi yang mau berkomitmen melaksanakan koperasi yang sejati.
Baca Juga: Peringatan HUT Korpri Ke-52 dan HKN ke-59, Juga digelar Gerakan Pangan Murah
Memang seharusnya mereka yang bergabung dengan koperasi ikut dengan kegiatan – kegiatan pemberdayaan sehingga melalui banyak kegiatan walaupun hanya Koperasi Simpan Pinjam, bukan hanya menyediakan pembiayaan namun memberikan banyak sekali pemahaman pembelajaran dan pelatihan bersama yang berguna untuk mengembangkan diri.
“Karena target akhir kita seorang anggota koperasi harus berkembang jiwa entrepreneurshipnya, “ tegasnya.
CU bisa mempercepat mencapai kesejahteraan itu dengan cara memberi ruang Pelajaran kepada anggota untuk berwirausaha. Dengan begitu kalau mereka membutuhkan modal, CU akan siapkan modalnya. Modal yang disiapkan tidak perlu dikhawatirkan karena disertai dengan pendampingan usaha – usaha yang dilakukan.
“Jadi peran Federasi dan sekunder sangat penting di masa depan, tidak boleh sebuah Koperasi Simpan Pinjam tidak bergabung degan sekunder, maka kami yakin kalo kebijakan ini dijalankan secara konsisten ini akan mendorong kemajuan koperasi Indonesia ke depan, “ pungkasnya.
Turut hadir pada acara peresmian tersebut, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Kalbar, Drs. Ignasius, IK, S.H., M.Si., mewakili Pj Gubernur Kalbar, Kepala Dinas Koperasi UKM Provinsi Kalbar, Drs. Junaidi, MM., Uskup Agung di Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus., Perwakilan TNI/Polri, Jajaran Forkopimda dan segenap tamu undangan yang hadir.