Siswa B: "Saya pikir kita perlu memastikan tidak ada bentrok dengan jadwal ujian atau kegiatan penting lainnya. Kita bisa membuat rencana acara yang fleksibel."
Contoh 8
Pembagian Tugas dalam Tim Olimpiade
Siswa A: "Bagaimana kita bisa membagi tugas di dalam tim olimpiade? Setiap anggota tim harus berkontribusi."
Siswa B: "Saya setuju. Mari kita lihat dalam bidang apa masing-masing dari kita paling berbakat dan berkontribusi sesuai dengan keahlian kita."
Contoh 9
Penetapan Aturan dalam Kelompok Studi
Siswa A: "Agar kelompok studi kita efektif, kita perlu menetapkan beberapa aturan, seperti ketepatan waktu dan pembagian materi."
Siswa B: "Saya setuju. Kita harus membuat perjanjian tertulis tentang aturan-aturan tersebut."
Contoh 10
Menyelesaikan Konflik dalam Kelompok
Siswa A: "Ada ketegangan di dalam kelompok kita. Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik?"
Siswa B: "Kita bisa mengadakan pertemuan untuk mendengarkan perasaan setiap anggota dan mencari solusi yang adil untuk semua."
Contoh 11
Membagi Hasil Kerja Tim
Siswa A: "Setelah menyelesaikan proyek ini, bagaimana kita akan membagi hasilnya?"
Siswa B: "Kita bisa membuat kesepakatan tertulis tentang pembagian hasil dan peran masing-masing dalam penyampaian presentasi."
Contoh 12
Membagi Biaya untuk Perjalanan Studi
Siswa A: "Untuk perjalanan studi, kita perlu mengumpulkan dana. Bagaimana kita bisa membagi biaya ini secara adil?"
Siswa B: "Kita bisa membuat daftar biaya yang diperlukan dan membaginya berdasarkan jumlah anggota kelompok."
Contoh 13
Pemilihan Ketua Kelas
Siswa A: "Saya ingin mencalonkan diri menjadi ketua kelas. Bagaimana kita bisa menjalani kampanye yang adil?"
Siswa B: "Kita harus membuat peraturan kampanye yang setara dan memberi setiap calon kesempatan yang sama."
Contoh 14
Penggunaan Ruang Ibadah Sekolah
Siswa A: "Saya ingin mengadakan pertemuan agama di ruang ibadah sekolah. Bagaimana kita bisa mengatur penggunaan ruang ini dengan teman-teman yang memiliki keyakinan berbeda?"
Siswa B: "Kita harus membuat jadwal penggunaan ruang ibadah yang mempertimbangkan kebutuhan semua agama yang ada di sekolah."
Contoh 15
Teman 1: “Wah, jangkar kamu bagus sekali.”
Teman 2: “Iya, aku mendapatkannya di mal.”
Teman 1: “Berapa harganya? Aku juga ingin membelinya untuk adikku.”
Teman 2: “Harganya Rp50.000, tetapi hanya ada di mal luar kota.”
Teman 1: “Yah, jauh sekali. Padahal aku juga ingin membelinya. Bolehkah aku membeli punyamu saja?”
Teman 2: “Boleh, kamu mau bayar penuh?”
Teman 1: “Ayolah, kan kita berteman. Masa tidak boleh lebih murah? Uang tabunganku tinggal Rp30 ribu.”
Teman 2: “Tetapi ini masih baru. Kalau Rp45 ribu aku lepas.”
Teman 1: “Lagipula jangkarnya sudah tidak dibungkus, Rp40 ribu ya?”
Teman 2: “Oke deh, ini jadi milikmu.”
Teman 1: “Terima kasih, ini uangnya.”
Teman 2: “Sama-sama.”
Contoh 16
Murid 1: “Halo semuanya.”
Murid 2: “Halo.”
Murid 1: “Aku mau memastikan, di mana kita mau mengerjakan tugasnya?”
Murid 2: “Di rumahku boleh. Tempatnya luas, pastinya kalian nyaman. Plus, jaraknya cukup dekat dari sekolah.”
Murid 3: “Boleh, nah bagaimana dengan pembagian tugasnya?”
Murid 2: “Kita diminta untuk membuat makalah dan power point. Aku membuat makalah tak apa-apa. Siapa yang mau mengurus power point?”
Murid 1: “Aku tidak punya laptop.”
Murid 3: “Aku tidak bisa, kakakku sedang menggunakan laptopku untuk mengerjakan tugas kuliah.”
Murid 2: “Pakai punya adikku saja.”
Murid 1: “Biarkan aku yang mengurus PPT.”
Murid 3: “Maaf, tetapi aku tidak bisa bantu membuat power point. Tidak apa-apa kan? Aku lebih mahir menyusun makalah.”
Murid 1: “Tidak apa-apa. Kamu kerjakan makalahnya dengan baik ya.”
Murid 2: “Tenang, aku akan selalu siap membantu.”
Murid 1: “Oke, nanti kita ketemuan di kantin ya, setuju?”
Murid 3: “Jangan, kantin akan sepi. Kita ketemuan di gerbang sekolah saja.”
Murid 2: “Aku setuju, di gerbang sekolah saja.”
Murid 1: “Baiklah, kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, aku mau kembali ke kelas dulu.”
Murid 3: “Aku juga. Sampai ketemu nanti siang.”
Murid 2: “Sampai ketemu juga.”
Contoh 17
Dia: “Natha, Putra, nanti sore kita mau mengerjakan PR bu Irma, kan?”
Nathan: “Iya, tetapi jangan sore.”
Putra: “Terus maunya jam berapa?”
Putra: “Bagaimana kalau kita ubah menjadi jam 12 setelah pulang sekolah?”
Dia: “Yah, jangan siang, pasti panas.”
Putra: “Lantas, mau kapan lagi kita mengerjakannya?”
Nathan: “Sepertinya kita baru bisa mengerjakannya besok sore.”
Putra: “Oke, lagipula batas pengumpulannya hari Senin. Kita punya waktu banyak.”
Dia: “Karena masih lama, aku setuju.”
Nathan: “Nah senang mendengarnya. Aku tunggu besok di rumahku ya.”
Contoh 18
Dua murid kelas 11 diminta untuk menemui wali kelasnya di ruang guru. Ketika guru menyampaikan sanksi, kedua murid saling bernegosiasi meminta keringan.
Guru: “Apakah kalian tahu apa alasan kalian kemari?”
Siswa 1: “Tidak tahu bu.”
Siswa 2: “Saya telat 5 menit ke kelas bu.”
Guru: “Kalian berdua sudah melanggar peraturan di kelas. Pertama tidak mengumpulkan tugas, dan kedua datang ke kelas tidak tepat waktu.”
Guru: “Karena sudah melanggar peraturan, ada konsekuensinya.”
Siswa 1: “Konsekuensi seperti apa bu?”
Guru: “Kalian berdua menyapu kelas selama 1 minggu.”
Siswa 2: “Maaf jika menyela, tetapi sebentar lagi pekan ujian bu. Bisa-bisa waktu belajar kami terganggu apabila harus membersihkan kelas selama 1 minggu.”
Siswa 1: “Betul bu. Kami meminta keringanan bu. Bagaimana kalau sanksinya hanya dua hari saja tepat sebelum pekan ujian dimulai?”
Guru: “Oke, kalian bertugas membersihkan kelas sampai lusa.”
Siswa 1: “Baik, terima kasih bu.”
Guru: “Ibu minta kalian serius membersihkan kelas.”
Siswa 2: “Pasti bu, tidak usah dipikirkan.”
Guru: “Ya sudah, sekarang kembalilah ke kelas.”
Siswa 2: “Terima kasih atas keringanannya bu.”
Contoh 19
Gladis: “Halo teman-teman, mau kapan kita mengerjakan tugasnya?”
Ana: “Kalau aku sendiri bisa kapan saja,”
Tantan: “Aku hanya bisa hari Senin dan Kamis, sisanya aku bimbel dan ekskul.”
Gladis: “Aku juga kosong di hari Kamis. Tetapi mau di rumah siapa mengerjakannya?”
Ana: “Butuh motor untuk ke rumahku, sangat jauh. Kasihan nanti merepotkan kalian.
Gladis: “Rumah Tantan dekat sekolah, benarkan ya?”
Tantan: “Iya betul, itu rumah keluarga besarku. Takutnya berisik dan mengganggu karena banyak orang. Bagaimana jika rumah kamu sendiri, Gladis?”
Gladis: “Rumah aku sih boleh saja.”
Ana: “Oke, di rumah Gladis ya.”
Gladis: “Baik, nanti kita sepulang sekolah langsung saja ke rumahku. Kebetulan aku dijemput oleh supirku.”
Tantan: “Baiklah.”
Contoh 20
Dalam rangka mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah, para murid diberikan bimbel supaya menambah kapasitas belajar. Guru bernegosiasi menentukan jadwal dengan para murid.
Guru: “Berhubung, ujian sekolah kian mendekat, ibu mau mendiskusikan jadwal bimbel dengan kalian.”
Ketua kelas: “Baik bu, teman-teman mohon didengarkan.”
Guru: “Kita akan mengadakan bimbel tiga kali seminggu, apakah kalian setuju?”
Murid: “Setuju bu.” (menjawab bersamaan)
Guru: “Mau hari apa?”
Ketua kelas: “Senin sampai Rabu, boleh bu?”
Guru: “Waduh, ibu lupa bilang. Ibu tidak bisa hari Selasa. Ada jadwal mengajar les di rumah. Bagaimana kalau Kamis?”
Ketua kelas: “Kamis tidak bisa bu. Kami ada pelajaran olahraga yang melelahkan, takutnya kami tidak fokus.”
Guru: “Berarti Jum’at sepulang sekolah? Kan kalian pulang lebih awal.”
Murid: “Setuju bu.”
Ketua kelas: “Baik bu, berarti jadwal bimbel kelas kami yaitu Senin, Rabu dan Jum’at setiap pulang sekolah.”
Guru: “Iya, betul. Ada yang mau ditanyakan lagi sebelum ibu berikan latihan soal?”
Murid: “Tidak ada bu.”
Guru: “Baiklah, mari kita belajar.
Contoh 21
Andhika: "Eh, buku apa, tuh, Nas?"
Anas: "Ohh itu, judulnya Kece Tanpa Kere."
Andhika: "Keren juga, ya judulnya. Isinya apaan?"
Anas: "Menurut gue bagus banget, sih. Isinya kayak semacam pendidikan finansial gitu. Gimana caranya biar kita bisa lebih hemat, tapi nggak sampai yang kesiksa-siksa banget, tetep jajan dan liburan gitu."
Andhika: "Wah, mantep banget."
Anas: "Terus di dalamnya juga ada tips-tips mengatur keuangan, sama kisah dari orang-orang hebat, lho yo."
Andhika: "Wih, bagus dah. Gue jadi pengen beli. Itu lu beli di mana?"
Anas: "Gue dulu beli di toko buku yang di Galuh Mas itu. Mending lu beli yang gue punya aja ini. Rp 80 ribu dah."
Andhika: "Yah, duit gue nggak cukup kalau segitu. Lagi nggak bawa dompet, nih. Rp 50 ribu aja gimana?
Anas: "Hem.. gimana ya.. Rp 70 ribu, ya. Nggak papa sisanya yang Rp 20 ribu nanti aja besok-besok."
Andhika: "Oke, deh, siap. Ini uangnya, ya. Sisanya besok kalau gue main lagi. Langsung gue baca, dah, tuh, sekarang bukunya."
Contoh 22
Tono: "Pit. Sore ini aku ingin berkemah. Apa aku boleh meminjam peralatan berkemah milikmu?"
Pipit: "Ya, tentu saja boleh. Memang akan dipinjam sampai berapa lama?"
Tono: "Kira-kira 1 minggu, Pit. Bagaimana?
Pipit: "Wah, kalau 1 minggu tidak bisa, Ton. Mungkin hanya bisa 3 hari."
Tono: "Apa tidak bisa lebih lama? Bagaimana kalau 5 hari?"
Pipit: "Mungkin 4 hari cukup, Ton."
Tono: "Baiklah, 4 hari saja. Oke?"
Pipit: "Oke. Kapan kamu mengambil peralatannya?"
Tono: "Nanti pulang sekolah aku akan pergi ke rumahmu dan mengambilnya. Terima kasih, Pit."
Pipit: "Sama-sama.”
Demikianlah paparan mengenai kumpulan contoh teks negosiasi di sekolah dalam bentuk dialog atau percakapan yang singkat dan beragam tema.
Baca Juga: 10 Cerita Kegiatan Liburan Sekolah yang Seru, Singkat, dan Pendek
Baca artikel dan berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.