22 Contoh Teks Negosiasi di Sekolah dalam Dialog: Singkat dan Beragam Tema

8 Januari 2024 14:38 WIB
Kumpulan contoh teks negosiasi di sekolah dalam bentuk dialog yang singkat, pendek, dan beragam tema.
Kumpulan contoh teks negosiasi di sekolah dalam bentuk dialog yang singkat, pendek, dan beragam tema. ( Freepik.com)

Sonora.ID - Negosiasi pada dasarnya merupakan kegiatan berunding atau tawar menawar untuk mencapai kesepakatan atau persetujuan bersama antara beberapa pihak. 

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa teks negosiasi adalah sebuah teks yang menguraikan tentang proses tawar menawar oleh dua partisipan atau lebih untuk mencapai kesepakatan bersama baik berupa dialog maupun narasi.

Sebagai sebuah teks, teks negosiasi memiliki struktur sendiri, yaitu orientasi, pengajuan, penawaran, dan persetujuan.

Baca Juga: Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Semester 1 dan 2 Kurikulum Merdeka serta Rinciannya

Struktur Teks Negosiasi

(1) Orientasi

Orientasi biasanya dibuka dengan salam. Bagian ini menjadi proses awal dari negosiasi ketika pembicaraan atau tawar-menawar mulai dilakukan. 

Orientasi dapat ditulis dengan ucapan salam, sapaan, atau pertanyaan awal yang menjadi bahan atau pokok permasalahan dalam diskusi.

(2) Pengajuan

Pengajuan menjadi inisiasi dari satu pihak untuk mencapai suatu keinginan. Pengajuan dilakukan oleh satu pihak untuk mengungkapkan keinginannya kepada pihak lain. 

Dalam bagian ini, setiap pihak yang terlibat akan mengungkapkan tujuan masing-masing yang ingin dicapai dalam proses negosiasi.

(3) Penawaran

Penawaran menjadi inti dari negosiasi. Penawaran terjadi karena adanya pengajuan. Ketika pengajuan, satu pihak bisa saja tidak langsung setuju atau menolak. 

Pihak yang tidak setuju ataupun yang menawarkan akan saling memberikan penawaran. Pihak-pihak tersebut akan saling bernegosiasi atau saling tawar-menawar yang didasarkan pada perbedaan masing-masing. 

Durasi waktu penawaran dapat berlangsung dengan cepat ataupun lambat, bergantung pada kompromi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan negosiasi.

Pada proses penawaran biasanya terjadi konflik. Hal ini disebabkan oleh perbedaan keinginan dari pihak-pihak yang bernegosiasi.

(4) Persetujuan

Persetujuan menjadi hasil dari negosiasi yang mana pihak-pihak yang berdiskusi telah mencapai kesepakatan. 

Dalam persetujuan, perbedaan pihak-pihak yang bernegosiasi telah diselesaikan dan menghasilkan perjanjian yang saling menguntungkan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Contoh Teks Negosiasi di Sekolah dalam Bentuk Dialog

Berikut ini pun kami sajikan kumpulan contoh teks negosiasi di sekolah yang singkat, pendek, dan beragam tema, dikutip dari berbagai sumber.

Contoh 1

Dialog Wali Kelas dan Ketua Kelas

Wali kelas: Anto, bagaimana rencana Study Wisata ke Tanjung Bira, apakah semua temanmu setuju?

Ketua kelas: Saya sudah berbicara dengan teman teman bu. Cuma ada usulan study wisatanya ke pantai marina aja bu.

Wali kelas : Wah, kenapa bisa begitu?

Ketua Kelas: Kalau Tanjung Bira sekolah kita sudah sangat sering berkunjung ke sana bu. Sedangkan, pantai marina belum pernah sama sekali.

Wali kelas: Tapi Anto, ibu sudah bicarakan rencana ini ke bapak kepala sekolah dan beliau sudah menyetujuinya.

Ketua kelas: Iya bu, tapi sepertinya banyak teman-teman yang tidak ikut jika study wisata itu dilaksanakan di Tanjung Biara.

Wali kelas: Aduh, jadi gimana yah, padahal ibu sudah mempersiapkan semuanya.

Ketua kelas: Begini saja bu, biar saya dan teman teman yang menghadap ke kepala

sekolah dan menceritakan rencana ini.

Wali kelas: Baiklah kalau begitu, secepatnya kamu bicara dengan beliau, laporkan hasilnya ke ibu.

Ketua kelas: Baik bu.

Contoh 2

Sama-Sama Lupa

Pagi itu, seperti biasa, Ayu berangkat sekolah sesuai jadwal yang telah disepakati antara jiwa dan raganya agar berangkat tepat waktu. Apa yang terjadi? Bel sekolah berbunyi tepat pukul 07.00 WIB, tetapi Ayu belum terlihat.

Ayu : Ah, akhirnya sampai juga di sekolah.

Bijak: Memang kenapa baru sampai?

Ayu : Aku bangun kesiangan karena tadi malam mengerjakan PR Bahasa Indonesia sampai larut.

Bijak: Apa ada PR Bahasa Indonesia? (Sambil terkejut)

Ayu : Ada, PR untuk menganalisis jenis kalimat berpredikat verba. Kamu sudah mengerjakannya?

Bijak: Astaga, aku benar-benar lupa. 

Ayu: Kenapa bisa lupa? Hari ini harus sudah selesai.

Bijak: Tadi malam, aku sibuk menyiapkan peralatan praktikum Biologi. Aku kelelahan seharian mencari jangkrik.

Ayu : Oh ya. Kelompokku juga belum ada yang membawa jangkrik.

Bijak: Siapa yang ditugaskan membawanya?

Ayu : Aku sendiri.

Bijak: Kamu akan mencari di mana sekarang?

Ayu: Belum tahu. Bagaimana kalau aku minta beberapa ekor jangkrik milikmu? 

Bijak: Enak saja. Aku sudah berjuang seharian mencari jangkrik-jangkrik ini hingga melupakan PR Bahasa Indonesiaku.

Ayu: Begini saja. Kamu menyalin PR yang telah aku kerjakan, tapi dengan syarat kamu harus memberikan beberapa jangkrikmu kepadaku. 

Bijak: Bagaimana ya? Sebenarnya aku tidak rela memberikan jangkrik ini kepadamu.

Ayu: Kenapa tidak rela. Kamu dapat salinan PR ku dan aku mendapat beberapa jangkrik darimu. Aku juga lelah menyelesaikan PR ini hingga berangkat kesiangan.

Bijak: Baiklah. Ini beberapa jangkrik untukmu. Mana PR mu?

Ayu : Ini PRku. Jangan sampai kamu rusak.

Bijak: Oke, beres.

Ayu : Nanti kembalikan ke mejaku lagi ya!

Bijak: Tenang saja.

Dengan kecepatan tinggi, Bijak menyalin semua PR milik Ayu dan berharap akan selesai sebelum guru masuk kelas.

Contoh 3

Irwan selaku ketua OSIS menghadap kepala sekolah untuk menyerahkan proposal kegiatan latihan dasar kepemimpinan.

Irwan : "Selamat siang, Pak." 

Kepsek: "Siang, masuk Wan! Ada apa, Wan?"

Irwan: "Ini Pak, ada proposal acara LDK untuk bulan depan."

Kepsek : "Coba Bapak lihat!" (sambil membolak-balik halaman proposal) "Ini acara puncaknya di luar sekolah, Wan?"

Irwan: "Iya, Pak. Rencana mau kami adakan di Kandang Badak, Gunung Pangrango, Cibodas."

Kepsek: "Kalau untuk ini, mohon maaf, Bapak tidak bisa izinkan. Risikonya terlalu besar untuk dilaksanakan di luar sekolah, apalagi di gunung. Bagaimana kalau acaranya di sekolah saja. Biaya sedikit dan tanggung jawabnya tidak terlalu berat."

Irwan: "Kami sudah memikirkan soal risiko itu, Pak. Pak Cuntawan sebagai Pembina sudah sepakat. Kandang Badak tidak terlalu tinggi. Kami pun akan mengikutsertakan para alumni. Soal biaya 50% ditanggung alumni, tetapi dengan syarat acara outbound diadakan di luar."

Kepsek: "Begitu ya? Baiklah, nanti akan Bapak pertimbangkan."

Irwan: "Terima kasih, Pak

Contoh 4

Suatu hari, ketua kelas mewakili siswa yang lain melakukan negosiasi dengan guru agar diizinkan menjalani pelajaran di luar kelas.

Ketua kelas: Selamat siang, Pak. Saya mewakili teman-teman bermaksud menyampaikan aspirasi.

Guru: Iya, Rudi. Apakah ada masalah yang terjadi di kelas?

Ketua kelas: sebenarnya tidak, Pak. Tetapi hampir sebagian besar mata pelajaran yang diajarkan di kelas X dilakukan di dalam ruangan kecuali olahraga. Kami sebagai siswa sedikit bosan, apalagi jeda antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain tidak terlalu lama.

Guru: Begini, Rudi. Kurikulum di sekolah kita sudah ditetapkan sejak awal. Jadi, Bapak tidak bisa mengubahnya sesuka hati

Ketua kelas: Apa tidak bisa dipertimbangkan, Pak? Mengingat semester satu baru dimulai dan kami harus tetap fokus di kelas. Kalau teman-teman bosan, pelajaran yang diajarkan bisa kurang maksimal. Apalagi kondisi kelas kami di gedung paling belakang di pojok yang terkadang lembap serta berisik.

Guru: Begitu, ya. Bapak tidak bisa berjanji akan segera menyetujui aspirasi kalian. Tetapi Bapak akan berusaha membicarakannya bersama wakil kurikulum dan kepala sekolah. Lagipula, jika ada salah satu kelas yang belajar di luar ruangan, kelas yang lain juga perlu menyesuaikan.

Ketua kelas: Iya, Pak. Atau mungkin hanya beberapa mata pelajaran saja yang di luar ruangan, seperti bahasa Inggris, bahasa Jawa, dan mata pelajaran yang tidak memerlukan papan tulis atau LCD.

Guru: Ide bagus. Kalau mata pelajaran biologi dan fisika sepertinya memang tidak memungkinkan. Apalagi kamu tahu kalau ada banyak gambar yang perlu disampaikan agar siswa semakin paham.

Ketua kelas: Iya, Pak. Kalau begitu saya mohon aspirasi teman-teman bisa diteruskan agar belajar kami bisa maksimal.

Guru: Ya, silakan kembali ke kelas. Sampaikan pada teman-temanmu kalau pendapat mereka akan Bapak sampaikan ke atas.

Ketua kelas: Terima kasih, Pak

Guru: Sama-sama

Contoh 5

Seorang siswa bernama Benten setiap istirahat selalu menyempatkan diri untuk membeli  makanan ringan di kantin.

Sebagai siswa kelas 6 SD, ia hanya dibekali uang jajan Rp1000 per hari. Benten ingin membeli makanan yang murah tetapi membuat perutnya kenyang.

Benten: Selamat pagi, Bu. Jajanannya masih lengkap ya?

Ibu kantin: Iya, Nak. Alhamdulillah ini dapat setoran lagi dari supplier barusan.

Benten: Jajanan yang sering saya beli biasanya masih, Bu?

Ibu kantin: Wah, kebetulan sekali jajanan yang itu sudah habis. Beberapa menit yang lalu sudah diborong anak kelas 4.

Benten: Yah, kalau yang rasanya mirip seperti harum manis itu ada tidak, ya?

Ibu kantin: Ada. Ini rambut nenek. Warnanya macam-macam. Ada yang hijau, oranye, merah, ungu.

Benten: Biasanya tidak ada rambut nenek. Baru, Bu?

Ibu kantin: Iya ibu coba jual rambut nenek. Mau coba, tidak? Harganya Rp2000 per bungkus.

Benten: Saya hanya bawa uang jajan Rp1000 seperti biasa. Kalau beli harum manis kan ada kembalian permen. Tapi kalau untuk beli rambut nenek uang saya kurang, Bu

Ibu kantin: Kalau ibu jual Rp1500 bagaimana?

Benten: Uangnya tetap kurang, Bu. Kalau Rp1000 boleh tidak?

Nanti saya bantu promosikan ke teman-teman juga supaya mereka ikut beli.

Ibu kantin: Boleh kalau gitu. Khusus untuk Dik Benten saya beri Rp1000. Tapi besok harganya Rp2000 ya.

Benten: Siap, Bu. Terima kasih. Berarti saya beli rambut nenek Rp1000 ya. Ini uangnya

Ibu kantin: Sama-sama

Contoh 6

Libur akhir semester akan segera tiba. Untuk mengisi waktu, seorang guru akan memberi penugasan bagi siswa-siswinya.

Guru juga melakukan negosiasi dengan guru lainnya agar penugasan yang diberikan tidak tumpang tindih dan bisa membuat siswa tetap produktif.

Guru 1: Selamat siang, Pak. Libur akhir semester tinggal satu minggu lagi. Apakah Bapak ingin memberikan tugas bagi siswa?

Guru 2: Selamat siang. Iya, untuk penugasan sudah saya rencanakan. Kebetulan mata pelajaran biologi semester ini menyangkut metamorfosis. Bagaimana dengan mata pelajaran yang Ibu ampu?

Guru 1: Pada mata pelajaran fisika materinya tekanan. Saya ingin memberikan penugasan siswa berupa praktik mandiri dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya.

Guru 2: Saya juga berencana begitu. Kemudian siswa akan membuat laporan hasil pengamatannya.

Guru 1: Kalau tugas biologi dan fisika sama, apakah siswa tidak keberatan? Bagaimana jika tugas mata pelajaran kita dibedakan, Pak?

Guru 2: Berarti saya harus membuat ulang konsep penugasannya?

Guru 1: Iya, Pak. Agar siswa tidak bosan mengerjakan tugas di lapangan perlu divariasi. Jika konsep pemberian tugasnya sama, saya khawatir siswa akan malas dan cenderung mengerjakan saat tugas akan dikumpulkan.

Guru 2: Baiklah kalau begitu. Saya akan mengubah skema penugasannya. Untuk tugas biologi, saya akan meminta siswa tetap mengamati binatang di sekitarnya. Namun, bentuk pelaporannya tidak tertulis tetapi dengan video.

Guru 1: Kalau begitu penugasan saya tetap dengan pengamatan yang laporannya ditulis tangan

Guru 2: Berarti kita sudah sepakat dengan penugasannya ya, Bu.

Guru 1: Iya, Pak. Terima kasih.

Contoh 7

Penjadwalan Acara Kepemimpinan Siswa 

A: "Saya ingin mengadakan acara amal sebagai proyek kepemimpinan sekolah. Bagaimana kita bisa menyelaraskan jadwal?" 

Siswa B: "Saya pikir kita perlu memastikan tidak ada bentrok dengan jadwal ujian atau kegiatan penting lainnya. Kita bisa membuat rencana acara yang fleksibel." 

Contoh 8

Pembagian Tugas dalam Tim Olimpiade 

Siswa A: "Bagaimana kita bisa membagi tugas di dalam tim olimpiade? Setiap anggota tim harus berkontribusi." 

Siswa B: "Saya setuju. Mari kita lihat dalam bidang apa masing-masing dari kita paling berbakat dan berkontribusi sesuai dengan keahlian kita." 

Contoh 9

Penetapan Aturan dalam Kelompok Studi 

Siswa A: "Agar kelompok studi kita efektif, kita perlu menetapkan beberapa aturan, seperti ketepatan waktu dan pembagian materi." 

Siswa B: "Saya setuju. Kita harus membuat perjanjian tertulis tentang aturan-aturan tersebut." 

Contoh 10

Menyelesaikan Konflik dalam Kelompok 

Siswa A: "Ada ketegangan di dalam kelompok kita. Bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik?" 

Siswa B: "Kita bisa mengadakan pertemuan untuk mendengarkan perasaan setiap anggota dan mencari solusi yang adil untuk semua." 

Contoh 11

Membagi Hasil Kerja Tim 

Siswa A: "Setelah menyelesaikan proyek ini, bagaimana kita akan membagi hasilnya?" 

Siswa B: "Kita bisa membuat kesepakatan tertulis tentang pembagian hasil dan peran masing-masing dalam penyampaian presentasi." 

Contoh 12

Membagi Biaya untuk Perjalanan Studi 

Siswa A: "Untuk perjalanan studi, kita perlu mengumpulkan dana. Bagaimana kita bisa membagi biaya ini secara adil?" 

Siswa B: "Kita bisa membuat daftar biaya yang diperlukan dan membaginya berdasarkan jumlah anggota kelompok." 

Contoh 13

Pemilihan Ketua Kelas 

Siswa A: "Saya ingin mencalonkan diri menjadi ketua kelas. Bagaimana kita bisa menjalani kampanye yang adil?" 

Siswa B: "Kita harus membuat peraturan kampanye yang setara dan memberi setiap calon kesempatan yang sama." 

Contoh 14

Penggunaan Ruang Ibadah Sekolah 

Siswa A: "Saya ingin mengadakan pertemuan agama di ruang ibadah sekolah. Bagaimana kita bisa mengatur penggunaan ruang ini dengan teman-teman yang memiliki keyakinan berbeda?"

Siswa B: "Kita harus membuat jadwal penggunaan ruang ibadah yang mempertimbangkan kebutuhan semua agama yang ada di sekolah."

Contoh 15

Teman 1: “Wah, jangkar kamu bagus sekali.”

Teman 2: “Iya, aku mendapatkannya di mal.”

Teman 1: “Berapa harganya? Aku juga ingin membelinya untuk adikku.”

Teman 2: “Harganya Rp50.000, tetapi hanya ada di mal luar kota.”

Teman 1: “Yah, jauh sekali. Padahal aku juga ingin membelinya. Bolehkah aku membeli punyamu saja?”

Teman 2: “Boleh, kamu mau bayar penuh?”

Teman 1: “Ayolah, kan kita berteman. Masa tidak boleh lebih murah? Uang tabunganku tinggal Rp30 ribu.”

Teman 2: “Tetapi ini masih baru. Kalau Rp45 ribu aku lepas.”

Teman 1: “Lagipula jangkarnya sudah tidak dibungkus, Rp40 ribu ya?”

Teman 2: “Oke deh, ini jadi milikmu.”

Teman 1: “Terima kasih, ini uangnya.”

Teman 2: “Sama-sama.”

Contoh 16

Murid 1: “Halo semuanya.”

Murid 2: “Halo.”

Murid 1: “Aku mau memastikan, di mana kita mau mengerjakan tugasnya?”

Murid 2: “Di rumahku boleh. Tempatnya luas, pastinya kalian nyaman. Plus, jaraknya cukup dekat dari sekolah.”

Murid 3: “Boleh, nah bagaimana dengan pembagian tugasnya?”

Murid 2: “Kita diminta untuk membuat makalah dan power point. Aku membuat makalah tak apa-apa. Siapa yang mau mengurus power point?”

Murid 1: “Aku tidak punya laptop.”

Murid 3: “Aku tidak bisa, kakakku sedang menggunakan laptopku untuk mengerjakan tugas kuliah.”

Murid 2: “Pakai punya adikku saja.”

Murid 1: “Biarkan aku yang mengurus PPT.”

Murid 3: “Maaf, tetapi aku tidak bisa bantu membuat power point. Tidak apa-apa kan? Aku lebih mahir menyusun makalah.”

Murid 1: “Tidak apa-apa. Kamu kerjakan makalahnya dengan baik ya.”

Murid 2: “Tenang, aku akan selalu siap membantu.”

Murid 1: “Oke, nanti kita ketemuan di kantin ya, setuju?”

Murid 3: “Jangan, kantin akan sepi. Kita ketemuan di gerbang sekolah saja.”

Murid 2: “Aku setuju, di gerbang sekolah saja.”

Murid 1: “Baiklah, kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, aku mau kembali ke kelas dulu.”

Murid 3: “Aku juga. Sampai ketemu nanti siang.”

Murid 2: “Sampai ketemu juga.”

Contoh 17

Dia: “Natha, Putra, nanti sore kita mau mengerjakan PR bu Irma, kan?”

Nathan: “Iya, tetapi jangan sore.”

Putra: “Terus maunya jam berapa?”

Putra: “Bagaimana kalau kita ubah menjadi jam 12 setelah pulang sekolah?”

Dia: “Yah, jangan siang, pasti panas.”

Putra: “Lantas, mau kapan lagi kita mengerjakannya?”

Nathan: “Sepertinya kita baru bisa mengerjakannya besok sore.”

Putra: “Oke, lagipula batas pengumpulannya hari Senin. Kita punya waktu banyak.”

Dia: “Karena masih lama, aku setuju.”

Nathan: “Nah senang mendengarnya. Aku tunggu besok di rumahku ya.”

Contoh 18

Dua murid kelas 11 diminta untuk menemui wali kelasnya di ruang guru. Ketika guru menyampaikan sanksi, kedua murid saling bernegosiasi meminta keringan.

Guru: “Apakah kalian tahu apa alasan kalian kemari?”

Siswa 1: “Tidak tahu bu.”

Siswa 2: “Saya telat 5 menit ke kelas bu.”

Guru: “Kalian berdua sudah melanggar peraturan di kelas. Pertama tidak mengumpulkan tugas, dan kedua datang ke kelas tidak tepat waktu.”

Guru: “Karena sudah melanggar peraturan, ada konsekuensinya.”

Siswa 1: “Konsekuensi seperti apa bu?”

Guru: “Kalian berdua menyapu kelas selama 1 minggu.”

Siswa 2: “Maaf jika menyela, tetapi sebentar lagi pekan ujian bu. Bisa-bisa waktu belajar kami terganggu apabila harus membersihkan kelas selama 1 minggu.”

Siswa 1: “Betul bu. Kami meminta keringanan bu. Bagaimana kalau sanksinya hanya dua hari saja tepat sebelum pekan ujian dimulai?”

Guru: “Oke, kalian bertugas membersihkan kelas sampai lusa.”

Siswa 1: “Baik, terima kasih bu.”

Guru: “Ibu minta kalian serius membersihkan kelas.”

Siswa 2: “Pasti bu, tidak usah dipikirkan.”

Guru: “Ya sudah, sekarang kembalilah ke kelas.”

Siswa 2: “Terima kasih atas keringanannya bu.”

Contoh 19

Gladis: “Halo teman-teman, mau kapan kita mengerjakan tugasnya?”

Ana: “Kalau aku sendiri bisa kapan saja,”

Tantan: “Aku hanya bisa hari Senin dan Kamis, sisanya aku bimbel dan ekskul.”

Gladis: “Aku juga kosong di hari Kamis. Tetapi mau di rumah siapa mengerjakannya?”

Ana: “Butuh motor untuk ke rumahku, sangat jauh. Kasihan nanti merepotkan kalian. 

Gladis: “Rumah Tantan dekat sekolah, benarkan ya?”

Tantan: “Iya betul, itu rumah keluarga besarku. Takutnya berisik dan mengganggu karena banyak orang. Bagaimana jika rumah kamu sendiri, Gladis?”

Gladis: “Rumah aku sih boleh saja.”

Ana: “Oke, di rumah Gladis ya.”

Gladis: “Baik, nanti kita sepulang sekolah langsung saja ke rumahku. Kebetulan aku dijemput oleh supirku.”

Tantan: “Baiklah.”

Contoh 20

Dalam rangka mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah, para murid diberikan bimbel supaya menambah kapasitas belajar. Guru bernegosiasi menentukan jadwal dengan para murid.

Guru: “Berhubung, ujian sekolah kian mendekat, ibu mau mendiskusikan jadwal bimbel dengan kalian.”

Ketua kelas: “Baik bu, teman-teman mohon didengarkan.”

Guru: “Kita akan mengadakan bimbel tiga kali seminggu, apakah kalian setuju?”

Murid: “Setuju bu.” (menjawab bersamaan)

Guru: “Mau hari apa?”

Ketua kelas: “Senin sampai Rabu, boleh bu?”

Guru: “Waduh, ibu lupa bilang. Ibu tidak bisa hari Selasa. Ada jadwal mengajar les di rumah. Bagaimana kalau Kamis?”

Ketua kelas: “Kamis tidak bisa bu. Kami ada pelajaran olahraga yang melelahkan, takutnya kami tidak fokus.”

Guru: “Berarti Jum’at sepulang sekolah? Kan kalian pulang lebih awal.”

Murid: “Setuju bu.”

Ketua kelas: “Baik bu, berarti jadwal bimbel kelas kami yaitu Senin, Rabu dan Jum’at setiap pulang sekolah.”

Guru: “Iya, betul. Ada yang mau ditanyakan lagi sebelum ibu berikan latihan soal?”

Murid: “Tidak ada bu.”

Guru: “Baiklah, mari kita belajar.

Contoh 21

Andhika: "Eh, buku apa, tuh, Nas?"

Anas: "Ohh itu, judulnya Kece Tanpa Kere."

Andhika: "Keren juga, ya judulnya. Isinya apaan?"

Anas: "Menurut gue bagus banget, sih. Isinya kayak semacam pendidikan finansial gitu. Gimana caranya biar kita bisa lebih hemat, tapi nggak sampai yang kesiksa-siksa banget, tetep jajan dan liburan gitu."

Andhika: "Wah, mantep banget."

Anas: "Terus di dalamnya juga ada tips-tips mengatur keuangan, sama kisah dari orang-orang hebat, lho yo."

Andhika: "Wih, bagus dah. Gue jadi pengen beli. Itu lu beli di mana?"

Anas: "Gue dulu beli di toko buku yang di Galuh Mas itu. Mending lu beli yang gue punya aja ini. Rp 80 ribu dah."

Andhika: "Yah, duit gue nggak cukup kalau segitu. Lagi nggak bawa dompet, nih. Rp 50 ribu aja gimana?

Anas: "Hem.. gimana ya.. Rp 70 ribu, ya. Nggak papa sisanya yang Rp 20 ribu nanti aja besok-besok."

Andhika: "Oke, deh, siap. Ini uangnya, ya. Sisanya besok kalau gue main lagi. Langsung gue baca, dah, tuh, sekarang bukunya."

Contoh 22

Tono: "Pit. Sore ini aku ingin berkemah. Apa aku boleh meminjam peralatan berkemah milikmu?"

Pipit: "Ya, tentu saja boleh. Memang akan dipinjam sampai berapa lama?"

Tono: "Kira-kira 1 minggu, Pit. Bagaimana?

Pipit: "Wah, kalau 1 minggu tidak bisa, Ton. Mungkin hanya bisa 3 hari."

Tono: "Apa tidak bisa lebih lama? Bagaimana kalau 5 hari?"

Pipit: "Mungkin 4 hari cukup, Ton."

Tono: "Baiklah, 4 hari saja. Oke?"

Pipit: "Oke. Kapan kamu mengambil peralatannya?"

Tono: "Nanti pulang sekolah aku akan pergi ke rumahmu dan mengambilnya. Terima kasih, Pit."

Pipit: "Sama-sama.”

Demikianlah paparan mengenai kumpulan contoh teks negosiasi di sekolah dalam bentuk dialog atau percakapan yang singkat dan beragam tema.

Baca Juga: 10 Cerita Kegiatan Liburan Sekolah yang Seru, Singkat, dan Pendek

Baca artikel dan berita update lainnya dari Sonora.id di Google News.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm